Karakteristik pembelajaran kontekstual Pembelajaran Kontekstual

5. Prinsip Dasar Komponen Utama CTL

Setiap komponen utama CTL mempunyai prinsip-prinsip dasar yang harus diperhatikan ketika akan menerapkan dalam pembelajaran. Prinsip-prinsip dasar CTL menurut Mansur 2007: 44 yaitu: a. Konstruktivisme Konstruktivis memerupakan landasan filosofis berpikir pendekatan CTL. Menekankan terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif, dan produktif berdasarkan pengetahuan dan pengetahuan terdahulu dan dari pengalaman belajar yang bermakna. Pengetahuan bukanlah serangkaian fakta, konsep, dan kaidah yang siap dipraktikannya. Manusia harus mengkonstruksikannya terlebih dahulu pengetahuan tersebut dan memberikan makna melalui pengalaman nyata. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan mengembangkan ide-ide yang ada pada dirinya. b. Bertanya questioning Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya. Penerapan bertanya dalam CTL harus difasilitasi oleh guru. Belajar dalam pembelajaran CTL dipandang sebagai upaya guru yang bisa mendorong siswa untuk mengetahui sesuatu, mengarahkan siswa untuk memperoleh informasi, sekaligus mengetahui sesuatu, mengarahkan siswa untuk memperoleh informasi, sekaligus mengetahui perkembangan kemampuan berpikir siswa. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI c. Menemukan inquiry Komponen menemukan merupakan kegiatan inti CTL. Kegiatan ini diawali dari pengamatan terhadap fenomena, dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan bermakna untuk menghasilkan temuan yang diperoleh sendiri oleh siswa. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh oleh siswa tidak dari hasil mengingat seperangkat fakta, tetapi hasil menemukan sendiri dari fakta yang dihadapinya. d. Masyarakat Belajar learning community Pada konsep ini hasil belajar diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dengan sharing antar teman, antar kelompok, dan antara yang tahu kepada yang tidak tahu, baik di dalam maupun di luar kelas. Pembelajaran yang dikemas dalam berdiskusi kelompok yang anggotannya heterogen, dengan jumlah yang bervariasi, sangat mendukung komponen learning community. e. Pemodelan modelling Pendekatan CTL menyarankan bahwa pembelajaran keterampilan dan pengetahuan tertentu diikuti dengan model yang bisa ditiru oleh siswa. Model yang dimaksud bisa berupa dengan pemberian contoh tentang, misalnya cara mengoperasikan sesuatu, menunjukkan hasil karya, mempertontonkan suatu penampilan. Model atau contoh bisa diperoleh langsung dari yang berkompeten atau ahlinya. Cara pembelajaran ini akan lebih cepat dipahami oleh siswa daripada hanya bercerita atau memberikan penjelasan kepada siswa tanpa ditunjukkan model ataupun contohnya. f. Refleksi reflection Komponen ini merupakan bagian perenungan kembali atas pengetahuan yang baru dipelajari. Dengan memikirkan apa yang baru dipelajari, menelaah dan merespon semua kejadian, aktivitas, atau pengalaman yang terjadi dalam pembelajaran, bahkan memberikan masukan atau saran jika diperlukan siswa akan menyadari bahwa pengetahuan yang baru diperoleh merupakan pengayaan atas pengetahuan sebelumnya. Kesadaran seperti ini penting ditanamkan kepada siswa agar bersikap terbuka terhadap pengetahuan-pengetahuan baru. g. Penilaian autentik authentic assesment Penilaian autentik bukan menghakimi siswa, namun merupakan pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran atau informasi tentang perkembangan pengalaman belajar siswa. Penilaian autentik diarahkan pada proses mengamati, menganalisis, dan menafsirkan data yang telah terkumpul ketika atau dalam proses pembelajaran siswa berlangsung, bukan semata-mata pada hasil pembelajaran. Penilaian autentik memberikan kesempatan siswa untuk dapat mengembangkan penilaian diri dan penilaian sesama. Penilaian autentik juga dapat dimanfaatkan oleh siswa, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dokumen yang terkait

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat belajar siswa.

0 0 2

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat belajar siswa: survei pada siswa kelas XII IIS di SMA N 1 Wates, SMA N 2 Wates, dan

0 2 219

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat belajar siswa.

0 2 229

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada Materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat belajar peserta didik : survei pada lima SMA di Kabupaten Gunungkidul.

0 0 211

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat belajar siswa: survei pada siswa Kelas XII IIS SMA Negeri di Kabupaten Bantul.

0 0 232

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat belajar siswa.

5 14 226

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dengan Keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat belajar siswa.

0 0 205

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi Akuntansi dengan kecerdasan emosional dan keterampilan berpikir kreatif siswa

0 1 163

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi Akuntansi dengan keterampilan berpikir kreatif dan efikasi diri

0 4 189

SURVEY KETERLAKSANAAN KURIKULUM 2013 PADA PEMBELAJARAN KIMIA DI SMA WILAYAH KOTA YOGYAKARTA.

0 0 1