commit to user 16
16
d. Ciri-ciri Anak Tuna Grahita
Anak-anak tuna grahita memiliki ciri berbeda dari anak yang lain diantara anak yang lainnya yaitu :
1 Terbatas dan terhambat prestasi dalam bidang akademis.
2 Memiliki keterbatasan dalam pemerolehan dan penggunaan bahasa terutama
dalam hal struktur dan maknanya. 3
Penampilan fisik tidak seimbang contohnya kepala terlalu besar atau kecil. 4
Kurang daya konsentrasi. 5
Bermasalah dalam hal tingkah laku. 6
Tidak dapat mengurus diri sendiri. 7
Kurang dalam koordinasi gerakan gerakan tak terkendali. 8
Perhatian terhadap lingkungan kurang. Berdasarkan ciri-ciri anak tuna grahita yang telah di jabarkan dapat di ketahui
bahwa anak tuna grahita dalam hal akademis sangat kurang karena memiliki tingkat kecerdasan rendah dan di akibatkan karena tingkat kecerdasan yang rendah anak tuna
grahita juga terdapat yang mengalami kesulitan pada pelaksanaan kegiatan sehari- hari.
e. Kebutuhan Pembelajaran Anak Tuna Grahita
1 Dalam proses belajar antara anak normal dan anak tuna grahita sangatlah
berbeda dalam hal hambatan, masalah, dan karakteristiknya. 2
Selama proses belajar anak tuna grahita memiliki masalah dalam : a
Kemampuan dalam memecahkan masalah b
Melakukan pengembangan masalah dan mentransfer ilmu c
Minat dan perhatian dalam menyelesaikan tugas Selain itu anak tuna grahita juga dapat diberi pelatihan-pelatihan selain belajar
secara formal hal ini sesuai dengan pendapat Dever Knapczyk dalam Ilknur Cifci Tekinarrslan Bulbin Sucuoglu 2007:7 yaitu The aim of training for individuals
commit to user 17
17 with mental retardation is to prepare them for social life and to help them the skills
necessary to lead independent or least dependent lives.
f. Dampak Ketuna Grahitaan
Berdasarkan teori kecerdasan beranggapan bahwa kecerdasan bukanlah suatu unsur yang beraspek tunggal namun terdiri dari kemampuan yang bersifat umum
general ability dan kemampuan yang bersifat khusus special ability. Kemampuan umum yang dimaksud di sini adalah rangkuman dari berbagai kemampuan pada
bidang tertentu sedangkan kemampuan khusus adalah kemampuan yang dimiliki pada bidang-bidang tertentu misalnya kemampuan berhitung, bahasa, pengamatan ruang,
dan lain-lain. Pada umumnya kecerdasan menunjuk pada kemampuan umum general ability sehingga kelemahan kecerdasan berakibat pada kelemahan fungsi kognitif
dan juga pada sikap dan keterampilan lainnya. Pada anak tuna grahita sesuatu yang dianggap wajar bagi anak normal terlihat
sangat luar biasa bagi mereka. Semua ini dikarenakan keterbatasan fungsi kognitif anak tuna grahita. Fungsi kognitif adalah kemampuan seseorang untuk mengenal atau
memperoleh pengetahuan. Menurut Mussen, Conger, dan Ragan dalam Mohammad Efendi 2006:96 mengemukakan kognitif dalam prosesnya melalui beberapa tahap
yaitu persepsi, ingatan, pengembangan ide, penilaian, penalaran. Pada anak tuna grahita terjadi kelemahan di salah satu proses tersebut. Pada proses pembelajaran
anak tuna grahita memiliki ingatan yang lemah dan prestasi yang rendah dibandingkan anak normal lainnya. Sehingga tidak mengherankan jika instruksi yang
diberikan pada anak tuna grahita tidak melalui proses analisis kognitif seperti yang dikemukakan Mussen,dkk. Seseorang yang mempunyai tingkat kecerdasan normal
perkembangan kognitifnya menurut Piaget akan melewati periode atau tahapan perkembangan sebagai berikut :
1 Periode Sensorimotor 0-2 tahun
Periode ini ditandai dengan penggunaan sensori motor dalam pengamatan dan penginderaan yang intensif terhadap lingkungan disekitarnya. Paada periode
commit to user 18
18 ini prestasi intelektual yang diperoleh adalah perkembangan bahasa, konsep
tentang objek, kontrol skema, dan pengenalan hubungan sebab akibat 2
Periode Praoperasional 2-7 tahun Pada periode ini terbagi menjadi dua tahap yaitu :
a Periode prekonseptual 2-4 tahun
Seseorang yang berada pada periode ini memiliki cara berfikir yang bersifat transduktif menarik kesimpulan tentang sesuatu atas dasar
karakteristiknya yang khas misalnya sapi disebut juga kerbau. b
Periode intuitif 4-7 tahun Seseorang yang berada pada periode ini memiliki sifat egosentris yang
tinggi belum memahami cara orang lain memandang objek yang sama, bersifat searah
3 Periode operasional konkret 7-1112 tahun
Anak yang berada pada periode ini memiliki kecakapan dan kemampuan baru yaitu mengklasifikasikan, menyusun dan mengasosiasikan angka-angka atau
bilangan. Selain itu anak mulai mengkonservasi pengetahuan tertentu. 4
Periode operasional formal 1112-1314 tahun Anak yang berada pada periode ini memiliki kemampuan untuk
mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal yang tidak terikat lagi oleh objek yang bersifat konkret. Akan tetapi, berbeda dengan anak tuna grahita
dimana perkembangan kognitifnya seringkali gagal dalam periodenya atau dalam melampaui tahapan perkembangan diatas. Bahkan pada taraf
perkembangan yang sederhana anak tuna grahita tidak dapat menyelesaikan dengan baik.
Inhelder dalam Mohammad Efendi 2006:91 dalam penelitiannya mengemukakan :
a Penyandang tuna grahita berat perkembangan kognitifnya terhambat
pada tingkat perkembangan sensorimotorik.
commit to user 19
19 b
Pada penyandang tunagrahita ringan perkembangan kognitifnya
terhenti pada perkembangan operasional konkret. Untuk mengukur derajat ketuna grahitaan seseorang dapat dilakukan melalui
beberapa tes diantaranya Stanford-Binet dan Revise Weschler Scale For Children WISC-R. Materinya meliputi performance test menyusun balok, mengukur warna,
menggambar dengan kertas dan pensil, tes verbal [tes perbendaharaan kata] . Mengukuran tingkat ketunagrahitaan seseorang tentunya tidak mudah karena
diperlukan informasi yang sangat lengkap. Oleh sebab itu, diperlukan team approach yang melibatkan psikolog, psikiater, neurology, pekerja sosial dan orthopedagog
sehingga dapat meminimalisir diagnosis yang keliru karena pemeriksaan dilakukan secara integrative dan komprehensif.
Jadi, dapat kita simpulkan bahwa masalah kognitif pada anak tuna grahita sangat berpengaruh dan menjadi masalah saat meniti tugas perkembangannya.
Berikut ini beberapa hambatan yang tampak pada anak tuna grahita dari segi kognitif dan sekaligus menjadi karakteristiknya :
1. Memiliki kecenderungan berfikir konkret dan sukar berfikir
2. Mengalami kesulitan dalam konsentrasi
3. Kemampuan dalam bersosialisasi terbatas
4. Tidak mampu menyimpan instruksi yang sulit
5. Kurang mampu menganalisis dan menilai kejadian yang dihadapi
Pada tuna grahita mampu didik, prestasi tertinggi bidang baca, tulis, hitung tidak lebih dari anak noral setingkat kelas III-IV Sekolah Dasar.
g. Kemampuan Bahasa dan Bicara Anak Tuna Grahita