commit to user 19
19 b
Pada penyandang tunagrahita ringan perkembangan kognitifnya
terhenti pada perkembangan operasional konkret. Untuk mengukur derajat ketuna grahitaan seseorang dapat dilakukan melalui
beberapa tes diantaranya Stanford-Binet dan Revise Weschler Scale For Children WISC-R. Materinya meliputi performance test menyusun balok, mengukur warna,
menggambar dengan kertas dan pensil, tes verbal [tes perbendaharaan kata] . Mengukuran tingkat ketunagrahitaan seseorang tentunya tidak mudah karena
diperlukan informasi yang sangat lengkap. Oleh sebab itu, diperlukan team approach yang melibatkan psikolog, psikiater, neurology, pekerja sosial dan orthopedagog
sehingga dapat meminimalisir diagnosis yang keliru karena pemeriksaan dilakukan secara integrative dan komprehensif.
Jadi, dapat kita simpulkan bahwa masalah kognitif pada anak tuna grahita sangat berpengaruh dan menjadi masalah saat meniti tugas perkembangannya.
Berikut ini beberapa hambatan yang tampak pada anak tuna grahita dari segi kognitif dan sekaligus menjadi karakteristiknya :
1. Memiliki kecenderungan berfikir konkret dan sukar berfikir
2. Mengalami kesulitan dalam konsentrasi
3. Kemampuan dalam bersosialisasi terbatas
4. Tidak mampu menyimpan instruksi yang sulit
5. Kurang mampu menganalisis dan menilai kejadian yang dihadapi
Pada tuna grahita mampu didik, prestasi tertinggi bidang baca, tulis, hitung tidak lebih dari anak noral setingkat kelas III-IV Sekolah Dasar.
g. Kemampuan Bahasa dan Bicara Anak Tuna Grahita
Pakar yang pernah melaksanakan penelitian untuk mencari hubungan antara tingkat kecerdasan dengan kemampuan bahasa dan bicara adalah Eisenson dan
Ogilvie dalam Mohammad Efendi 2006:99 dengan hasil penelitian dapat dibuktikan bahwa antara tingkat kecerdasan dengan kematangan bahasa dan bicara mempunyai
hubungan yang positif. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan memiliki peranan
commit to user 20
20 penting dalam meningkatkan perolehan bahasa dan kecakapan bicara disamping
faktor eksternal lain yaitu latihan, pendidikan, dan stimulasi lingkungan. Bagi anak anak normal yang dapat dengan mudah memanfaatkan potensi psikofosik dalam
perolehan kosakata sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan bahasa dan bicaranya. Semua ini dikarenakan mereka tidak memiliki permasalahan dengan
kecerdasan yang merupakan aspek psikologis yang berkontribusi cukup besar dalam mekanisme fungsi kognisi terhadap stimulasi verbal maupun nonverbal, terutama
yang memiliki unsur kebahasaan. Namun, beda dengan anak tuna grahita seringkali stimulsi verbal maupun nonverbal dari lingkungannya gagal untuk dicerna oleh
mereka. Sebagai akibat tidak dapat dicernanya hal-hal sederhana oleh mereka peristiwa kebahasaan yang lazim terjadi menimbulkan suatu keanehan bagi anak tuna
grahita. Pada anak tuna grahita berat atau mampu latih kegagalan dalam apersepsi
terhadap suatu peristiwa bahasa sering kali diikuti kelainan sekunder yaitu gangguan artikulasi bicara. Akibat kelainan sekunder tersebut anak tuna grahita mengalami
ketidak teraturan dalam penyampaian struktur kalimat aphasia conceptual, dalam pengucapan sering terjasi omisi pengurangan kata maupun distorsi kekacauan
dalam pengucapan. Untuk mengembangkan kemampuan bahasa anak tuna grahita perlu diawali
dari hal yang sederhana sebelum menuju pada hal yang kompleks. Salah satu yang dapat dilakukan adalah berlatih menyebutkan namanya sendiri. Semua ini
dikarenakan biasanya anak tuna grahita suka menyebutkan namanya selain itu juga untuk menambah motivasi belajar mereka. Setelah anak dianggap baik dalam
menyebutkan namanya dapat dilanjutkan dengan berlatih menyebutkan nama-nama benda disekitarnya. Saat anak tuna grahita mulai menyebutkan nama benda-benda
yang ditunjukkan pada saat yang sama dapat mengontrol artikulasi bicaranya dan membetulkan jika terjadi suatu kesalahan. Setelah penguasaan kosa kata anak sudah
baik maka dilanjutkan dengan memperkenalkan benda di lingkungan sekitarnya seperti delman, sungai, mobil, sepeda dan lain sebagainya.
commit to user 21
21 Selain upaya yang telah dipaparkan diatas demi mengembangkan kemampuan
berbahasa dan bicara anak tunagrahita dapat dengan model pembelajaran yang membawa mereka dalam situasi yang wajar dan alamiah misalnya dengan menyebut
nama-nama benda yang kita pakai saat anak turut membantu pekerjaan kita, serta mengulangi beberapa kali sehingga anak mampu memahaminya. Namun, tidak
menutup kemungkinan saat proses pengembangan mengalami kesulitan karena anak tuna grahita mengalami beberapa kelainan diantaranya kelainan artikulasi, arus ujar,
nada suara, atau afasia sensoris dan afasia motoris oleh Patton dalam Mohammad Efendi 2008:100. Beberapa model latihan pendahuluan yang berfungsi sebagai
pendukung dalam pengembangan kemampuan bahasa dan bicara anak tuna grahita antara lain :
1 Latihan pernapasan. Saat melakukan latihan ini anak tuna garhita dapat dilatih
dengan meniup perahu kecil dari kertas atau plastik yang diapungkan di air, meniup lilin pada jarak tertentu, meniup harmonika, meniup kincir dari kertas
sampai berputar, atau meniup gelembung balon dari busa dan kapas ke udara. 2
Latihan otot bicara seperti lidah, bibir, dan rahang. Saat anak tuna grahita melaksanakana latihan ini mereka disuruh mengunyah, menelan, batuk-batuk,
atau menggerakkan bibir, lidah dan rahangnya. Latihan ini dapat menggunakan permen yang dikunyah dan dipindah-pindahkan dari kanan ke
kiri atau diletakkan diujung lidah sambil dijulurkan, mengunyah makanan atau madu yang dioleskan disekitar bibir dan anak disuruh untuk membersihkan
dengan lidahnya 3
Latihan pita suara. Latihan ini dapat dilakukan dengan menyebutkan nama- nama benda disekitar dengan menggunakan kata lembaga yaitu daftar kata
yang telah disusun sesuai dengan tingkt kesulitan konsonan tertentu. Selain itu dapat dimasukkan pula menirukan macam-macam suara binatang dan bendal
lain disekitar sebagai improvisasinya seperti suara kucung, anjing, bebek, ayam jantan atau betina, kerbau, sirine, klakson kereta api, jam welker, mobil,
pesawat terbang dan lain sebagainya.
commit to user 22
22 Jadi, dapat di simpulkan bahwa kemampuan bahasa dan bicara anak tuna grahita
sedikt bermasalah dan perlu latihan untuk membantu menanganinya.
h. Penyesuaian Sosial Anak Tuna Grahita