Novel Nilai Pendidikan Novel

commit to user 200 mengendurkan semangatnya untuk menuntut ilmu. Di tengah kemiskinan yang melandanya, ia tetap bersemangat dan bercita-cita menjadi matematikawan. Sedangkan dari novel OMDS, pesan ini diperoleh dari ketiga Anak Alam yakni Pambudi, Yudi, dan Pepeng. Ketiganya berasal dari keluarga miskin. Bapaknya bekerja sebagai buruh di sebuah peternakan sapi. Ketiganya tetap berkemauan bersekolah walaupun hal ini mengharuskan mereka belajar sambil bekerja untuk membiayai sekolahnya. Keterbatasan tidak menghambat langkah mereka dalam menggapai mimpi. Alur novel LP dan OMDS mempunyai persamaan yaitu sama-sama menggunakan alur maju atau progresif. Plot ini dimulai dari tahap eksposition, Inciting moment, ricing action, complication, climax, dan denouement. Pengarang menyusun peristiwa-peristiwa yang ada berdasarkan hubungan sebab-akibat kausalitas. Pradopo dalam Suwardi Endraswara, 2003: 133 menyatakan prinsip dasar intertekstualitas: “Karya hanya dapat dipahami maknanya secara utuh dalam kaitannya dengan teks lain yang menjadi hipogram. Hipogram adalah karya sastra terdahulu yang dijadikan sandaran berkarya. Hipogram tersebut bisa sangat halus dan juga sangat kentara. Dalam kaitan ini, sastrawan yang lahir berikut adalah reseptor dan transformator karya sebelumnya. Dengan demikian, mereka selalu menciptakan karya asli, karena dalam mencipta selalu diolah dengan pandangannya sendiri, dengan horison dan atau harapannya sendiri”. Mengacu pendapat di atas, maka jelaslah sekarang bahwa LP merupakan sebuah karya hipogram, yaitu karya yang melatarbelakangi penciptaan karya selanjutnya. Sementara itu, OMDS disebut dengan karya transformasi karena mentransformasikan teks-teks yang menjadi hipogramnya.

4. Nilai Pendidikan Novel

LP dan OMDS

a. Novel

LP 1 Nilai Pendidikan ReligiusAgama Dalam novel ini nilai pendidikan agama, khususnya agama Islam sangat kental. Namun penyajiannya sangat sederhana dan tidak menggurui pembacanya. commit to user 201 Sehingga pesan-pesan religi di dalam novel ini dapat dikembangkan atau dipakai untuk penganut semua agama. Agama Islam, begitu juga agama lainnya selalu mengajarkan bahwa Tuhan itu satu. Maka dalam Islam selalu ditekankan bahwa Allah Maha Esa. Allah Maha Agung. Allah Maha Mengetahui, Maha Kuasa. Allah yang menuliskan nasib makhluknya. Tidak ada satu lembar pun daun jatuh tanpa sepengetahuan-Nya. Manusia hanya menjalani apa yang sudah ditakdirkan. Manusia diwajibkan untuk berusaha, tetapi hasil akhirnya tetap di tangan Allah. Dalam agama islam, banyak aturan atau etika yang harus dipatuhi. Dalam novel ini banyak dipenuhi nilai pendidikan keagamaan, diantaranya untuk selalu berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Al-Hadist, selalu melaksanakan solat tepat waktu, dan seorang muslim dianjurkan untuk diam dan menghentikan sejenak aktivitasnya ketika mendengar suara azan. Nilai pendidikan agama dapat diambil dari sikap Pak Harfan dalam memelihara jenggot. Dan ketika ditanya tentang jenggotnya, Pak Harfan mengatakan bahwa manusia hidup harus mempunyai pegangan, sehingga apa pun perilaku yang kita kerjakan haruslah mempunyai sebuah dasar. Pak Harfan sebagai penganut agama islam mencoba untuk mengikuti sunah Nabi Muhammad S.A.W. yakni memelihara jenggot. Karena melaksanakan sebuah sunah di dalam Islam akan mendatangkan pahala. Pak Harfan dan Bu Mus dalam pertemuan pertama pembelajaran menjelaskan secara gamblang implikasi amar makhruf nahi mungkar sebagai pegangan moral anggota Laskar Pelangi sepanjang hayat. Amar makhruf nahi mungkar adalah sebuah ajaran agama islam yang sangat dalam maknanya. Arti umum dari ayat itu adalah “mengajak sesama pada kebenaran atau kebaikan dan menjauhi segala yang buruk dan dilarang oleh Allah S.W.T.”. Implikasinya adalah bahwa kita sebagai manusia harus selalu berjalan, bertindak, dan bertingkah laku sesuai dengan jalan kebenaran dan menjauhi perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai dengan kehendak masyarakat dan Tuhan. commit to user 202 2 Nilai Pendidikan Moral Nilai moral dalam karya sastra biasanya bertujuan untuk mendidik manusia agar mengenal nilai-nilai budi pekerti dan estetika. Nilai pendidikan moral menunjukkan peraturan-peraturan tingkah laku dan adat istiadat seorang individu atau dari suatu kelompok yang meliputi perilaku, tata karma yang menjunjung tinggi budi pekerti dan nilai susila. Demikian pula dalam novel LP karena latar penceritaannya adalah di lingkungan masyarakat maka ceritanya tentu tidak terlepas dari nilai-nilai moral yang hidup di tengah masyarakat. Seperti peristiwa ketika Ikal ditanya ibunya mengenai bekas merah di dadanya. Ikal tetap berkata jujur meskipun sangat malu untuk membongkar ketololannya yang mempercayai hasutan Borek. Selain itu ada juga tokoh Sahara yang juga patut dijadikan teladan. Sahara selalu menjunjung tinggi kejujuran. Pantang baginya untuk berkata bohong. Meskipun diancam dicampakkan ke dalam api, tidak satupun bohong keluar dari mulutnya. Hal inilah yang ingin disampaikan pengarang bahwa di dalam hidup ini harus selalu berkata jujur. Karena apabila sudah berbohong, maka selanjutnya akan berbohong lagi untuk menutupi kebohongan yang dulu. Begitu seterusnya. Pelajaran moral lain juga datang dari tokoh Lintang. Lintang merupakan sosok yang super jenius. Namun dengan kejeniusannya itu tidak menjadikannya kalap. Lintang selalu beranggapan bahwa kepandaian bukan untuk disombongkan. Pengetahuan yang dimilikinya belum seberapa dibanding lautan ilmu yang terbentang sangat luas. Di atas langit masih ada langit. Pelajaran moral dari tokoh Lintang lainnya yaitu ketika peristiwa Lintang putus sekolah. Lintang sangat bersedih dengan peristiwa ini, namun tidak menyesali usaha yang telah dilakukannya selama ini. Hal ini memberikan isyarat untuk tidak bersedih apabila seseorang tidak dapat menggapai cita-cita besar yang sudah diperjuangkan, karena paling tidak dapat mewujudkan keinginan dan membahagiakan orang-orang yang dicintai. Hal ini mengisyaratkan untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan, karena kesempatan tidak datang dua kali. Penyesalan pasti akan datang terlambat commit to user 203 Pesan moral yang lain dapat dambil dari peristiwa pemilihan ketua kelas. Pemilihan ketua kelas dilaksanakan dengan cara voting. Setiap orang bebas menentukan pilihannya. Tak terkecuali Harun. Meskipun Harun mempunyai kecacatan, Bu Mus tetap memberikan kesempatan kepada Harun untuk memberikan suaranya. Hal ini memberikan pendidikan moral untuk menghargai setiap orang bagaimanapun keadaannya. Bu Mus berlaku sangat demokratis dalam pemilihan ketua kelas, karena tahu Harun tidak dapat menulis maka sebagai penggantinya memberi kesempatan kepada Harun untuk menggunakan hak politiknya yaitu dengan cara lisan. 3 Nilai Pendidikan Sosial Nilai pendidikan sosial sebuah cerita novel, dapat diambil dari hal-hal yang bersifat positif maupun negatif. Kedua hal tersebut perlu disampaikan agar pembaca memperoleh banyak teladan yang bermanfaat. Segi positif harus ditonjolkan sebagai sesuatu yang patut ditiru dan diteladani. Demikian pula segi negatif perlu dikatakan serta ditampilkan agar seseorang tidak tersesat, bila membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Seperti halnya orang belajar, maka tidak akan berusaha bertindak lebih baik apabila tidak mengetahui hal-hal jelek yang tidak pantas dilakukan. Nilai sosial yang dapat diambil dari novel ini yaitu rasa peduli dan solidaritas di antara tokohnya, yakni anggota Laskar Pelangi. Solidaritas ini ditunjukkan ketika anggota Laskar Pelangi ikut mencari ketika Flo hilang di hutan sekitar Gunung Selumar. Mereka bersusah payah mencari Flo karena didorong oleh rasa perhatian dan kepedulian terhadap teman. Manusia adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia tidak mungkin hidup sendiri. Manusia merupakan anggota masyarakat. Dalam bergaul di masyarakat, manusia harus memegang tinggi kejujuran. Karena apabila sekali seseorang itu pernah berbohong, maka setelahnya walaupun kita mengatakan kejujuran pasti dianggap sebagai sebuah kebohongan. Begitu juga halnya yang terjadi pada tokoh Mahar. Karena kebiasaannya membual, maka ketika Mahar mengatakan sekalipun itu sebuah kebenaran, teman-temannya yang lain tidak mempercayainya lagi. Jadi dapat diteladani bahwa dalam hidup ini seseorang commit to user 204 harus menjaga kepercayaan yang sudah diberikan kepadanya. Karena sekali berbohong maka seterusnya sulit untuk dipercaya. Selain diperlukan kejujuran, dalam kehidupan sosial seseorang harus menjalin komunikasi dengan sesamanya. Dalam berkomunikasi tidak dapat dihindari berbagai polemik yang muncul. Novel ini mengamanatkan untuk tidak berpolemik terhadap sesuatu yang tidak dipahami dan benar-benar dikuasai, karena hal ini hanya akan memperlihatkan kebodohan. Seperti kisah pada saat lomba kecerdasan. Drs Zulfikar menantang kecerdasan Lintang. Namun, karena Drs Zulfikar sendiri sebenarnya kurang memahami permasalahan, ia dipukul mundur oleh Lintang. Lintang mementahkan semua pendapat yang dinyatakan oleh Drs Zulfikar. 4 Nilai Pendidikan Kebudayaan Suatu sistem nilai budaya biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia. Nilai-nilai budaya yang terkandung di dalam cerita dapat diketahui melalui penelaahan terhadap karakteristik dan perilaku tokoh-tokoh dalam cerita. Nilai-nilai budaya yang berakar pada adat lokal atau adat daerah yang dimaksud dalam novel ini adalah budaya yang bernuansa pulau Belitong. Nilai budaya ini kadang berbenturan dengan nilai-nilai agama yang dipegang oleh tokohnya. Seperti adanya kepercayaan terhadap dukun yakni Tuk Bayan Tula. Masyarakat Belitong masih percaya dengan dukun. Mereka percaya bahwa Tuk Bayan Tula adalah seorang dukun sakti mandraguna yang dapat dimintai pertolongan apa saja. Maka dari itu Mahar beserta anggota Societeit de Limpai pergi ke Pulau lanun untuk menemui Tuk Bayan Tula dengan tujuan agar nilai ulangannya membaik. Bukan jampi-jampi untuk menaikkan nilai yang didapat, tetapi kekecewaan yang harus mereka telan. Hal ini memberikan pelajaran untuk tidak mempercayai segala sesuatu yang belum tentu kebenarannya, sesuatu yang tidak dapat diterima logika. Bahwa segala sesuatu tidak bisa diperoleh dengan cara yang instan, semuanya memerlukan usaha dan doa. Jika seseorang ingin pandai, maka sudah seharusnya belajar. Jika seseorang ingin kaya, maka sudah seharusnya bekerja. commit to user 205 Selain kepercayaan terhadap dukun, masyarakat Melayu Belitong ada juga yang mempercayai adanya ilmu buaya, di mana buaya mereka sembah layaknya Tuhan. Mereka punya keyakinan bahwa setelah mati dirinya akan berubah menjadi buaya. Hal ini memngisyaratkan bahwa budaya terkadang tidak masuk akal. Namun harus dipahami dan dimaklumi karena budaya adalah bagian dari sebuah kepercayaan dan merupakan sesuatu yang tidak dapat dilepaskan dari masyarakat. Sebagai sebuah kepercayaan, terlepas benar atau tidaknya kepercayaan itu nyatanya ada dan hidup berkembag di tengah masyarakat. Oleh karena itu kita harus dihormati. Selain itu dalam cerita ini, pulau Belitong diceritakan didiami oleh banyak suku. Suku Sawang salah satu contohnya. Suku ini digambarkan mempunyai integritas yang tinggi, memiliki etos kerja yang tinggi, jujur, tidak usil dengan urusan orang lain, dan tak pernah berurusan dengan hukum. Karakter suku Sawang ini bisa menjadi contoh dalam menjalani kehidupan.

b. Novel