Tema Struktur Novel LP dan OMDS

commit to user 148 Sebagian masyarakat Jawa kunotradisional masih sangat percaya dengan dukun, yang diyakini sebagai “orang pintar” yang dipercaya menjadi perantara antara manusia dengan alam gaib. Sehingga dukun sering dimintai pertolongan, entah itu untuk pengobatan, ataupun mengusir roh halus. Ada dua kubu yakni kubu yang percaya dan kubu yang tidak percaya dengan hal-hal semacam ini. Di dalam novel ini ada juga bagian yang menyinggung-nyinggung masalah dukun, yakni melalui keberadaan tokoh Pak Cokro yang merupakan sesepuh atau dukun di Kampung Genteng. Perhatikan kutipan berikut ini: Sejak dulu, sampai usiaku sekarang 10 tahun, ia sudah tersohor sebagai tabib pengobatan. Ia sering kali mengobati pasien dengan air yang disemburkan dari mulutnya. Sebelumnya, ia berkumur-kumur dengan air kembang setaman, dirapalkan mantra, barulah molekul-molekul air berubah. Tetapi, bukan itu yang membuatnya heboh, konon Pak Cokro mewarisi ilmunya setelah bertapa di Gunung Srandil dan Kemukus. Hanya dengan bertapa, tanpa perlu susah payah belajar seperti anak sekolah, konon ia sudah mendapat ilmu yang selama ini dicarinya. Bagaimana mungkin tanpa belajar dan proses berlatih ia bisa mendapatkan ilmu yang canggih? Padahal, jika dibandingkan dengan Kiai Khadis atau Ustadz Muhsin saja, sebelumnya harus mondok dulu belasan tahun OMDS: 160. Dari kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa kebudayaan yang melekat dalam suatu kelompok masyarakat tidak ada yang salah. Namun sebagai masyarakat yang hidup di dalamnya seseorang harus dapat menyaring, harus berpikir rasional, tidak boleh asal percaya saja dengan sesuatu yang belum terbukti kebenarannya dan tidak dapat diterima akal sehat.

B. Pembahasan Hasil Temuan Penelitian

1. Struktur Novel LP dan OMDS

Berdasarkan hasil penelitian terhadap novel LP dan OMDS, di bawah ini peneliti sajikan pembahasan terhadap temuan-temuan yang telah peneliti paparkan sebelumnya.

a. Tema

Menurut Zainuddin Fananie 2000: 84 tema adalah ide, gagasan, pandangan hidup pengarang yang melatarbelakangi ciptaan karya sastra. Burhan commit to user 149 Nurgiyantoro 2005: 68 juga memiliki pendapat yang hampir sama tentang tema, yaitu tema sama-sama merupakan dasar bagi pengembangan sebuah cerita. 1 Novel LP Mengacu pada pendapat di atas, maka berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti laksanakan, tema utama novel LP adalah pendidikan. Tanda-tanda yang menunjukkan hal itu sangat banyak, baik secara eksplisit maupun implisit. Tanda-tanda eksplisit dapat ditemukan pada paparan yang ada hampir di semua bab. Paparan yang menunjukkan setting tempat terjadinya cerita yaitu di Sekolah Muhammadiyah, yakni tempat anggota Laskar Pelangi yang terdiri dari Ikal, Lintang, Mahar, Syahdan, A Kiong, Trapani, Sahara, Harun, Kucai, Borek menimba ilmu selama 9 tahun. Di sekolah Muhammadiyah ini anggota Laskar Pelangi dididik oleh Bu Mus dan Pak Harfan. Selain tema pokok mengenai pendidikan, novel ini juga memiliki subtema yakni persahabatan, percintaan, fenomena sosial yakni masalah kemiskinan. Novel ini menceritakan kehidupan masyarakat Belitong pada waktu itu yang pada umumnya hidup di bawah garis kemiskinan. Karena semua aset pulau Belitong yakni tambang timah telah dikuasai secara eksklusif oleh PN Timah. Masyarakat asli Belitong hanya menjadi karyawan rendahan dan buruh kasar saja, di mana gajinya pun terkadang untuk makan saja kurang. Tak ayal masyarakat Belitong diibaratkan sebagai tikus yang mati di lumbung padi sendiri. Seperti halnya dengan masyarakat Melayu Belitong, anggota Laskar Pelangi pun juga hidup di bawah garis kemiskinan, karena orang tua mereka rata- rata hanya bekerja sebagai kuli di PN Timah. Yang paling parah dari kesepuluh anggota Laskar Pelangi adalah Lintang. Ia adalah anak dari nelayan miskin yang tinggal di pesisir di daerah terpencil Tanjong Kelumpang. Bagi Lintang, pendidikan ibarat bintang di puncak langit, dia harus menyerah kepada nasib karena tragedi keluarga menimpa dirinya. Saat jiwanya bergelora untuk meraih pendidikan, saat ia telah menggantungkan cita-citanya di langit untuk menjadi matematikawan, ayahnya meninggal dunia dengan meninggalkan tanggungan yang harus dihidupi sebanyak empat belas orang. Sebagai anak tertua, ia harus bertanggung jawab terhadap semua itu. Akhirnya ia putus sekolah dan commit to user 150 menggantikan ayahnya untuk mencari nafkah menghidupi keempat belas anggota keluarganya. Adapun subtema yang lain yaitu masalah percintaan. Diceritakan bahwa tokoh Ikal jatuh cinta ketika ia duduk di bangku SMP. Cinta itu berawal dari kegiatan membeli kapur di toko Sinar Harapan yang secara tak sengaja mempertemukannya dengan seorang wanita yang digambarkan berkuku cantik. Ia lah A Ling atau Michele Yeoh cinta pertama Ikal. Cinta pertama yang indah, mengesankan dan akan terus ia ingat hingga kelak ia dewasa. Kisah cinta Ikal dan A Ling pun berlanjut. Setiap senin ia rela mengayuh sepeda ke Toko Sinar harapan hanya untuk melihat pujaan hatinya. Tak dinyana ternyata A Ling adalah saudara A Kiong. Ia pun kemudian menitip surat dan mengirimkan puisi untuk A Ling. Kisah cinta Ikal dan A Ling memberi warna yang berbeda dalam kisah ini. Subtema lainnya adalah persahabatan. Diceritakan dalam novel ini sebuah jalinan persahabatan di antara sepuluh orang anak yang dijuluki Laskar Pelangi, karena kebiasaan mereka melihat pelangi secara bersama-sama. Kesepuluh anak tersebut yaitu Ikal, Lintang, Mahar, Sahara, Harun, A Kiong, Kucai, Trapani, Samson, dan Syahdan. Kesepuluh anak ini bersahabat sejak pertama masuk SD. Sebuah persahabatan yang indah. Semua individu punya karakteristik tertentu. Lintang Si jenius, Samson Si Pria perkasa, Trapani Si pria flamboyan, Kucai yang oportunis dan bermulut besar, Sahara yang temperamental, Harun Si Pria santun dan murah senyum, Mahar sang seniman, A Kiong yang sangat naïf, Syahdan yang tak punya sense of fashion, serta Ikal yang memang berambut ikal. Sebuah persahabatan yang indah dan tak terpisahkan. Sehingga dari hasil penelitian yang peneliti lakukan dapat disimpulkan bahwa tema pokok dalam novel LP adalah masalah pendidikan, yang diramu dengan subtema persahabatan, cinta, dan fenomena sosial yakni masalah kemiskinan. Adanya beberapa subtema merupakan sarana untuk menyangkutkan atau mengikat tema. Sehingga persoalan-persoalan tersebut saling berkait, saling mendukung dan menopang sehingga tercipta jalinan cerita yang kompleks. commit to user 151 2 Novel OMDS Sama halnya dalam novel LP, secara garis besar tema novel OMDS juga bertemakan pendidikan. Novel ini menceritakan perjuangan Anak Alam dalam memperjuangkan pendidikan. Hampir di semua bagian dalam kisah ini menceritakan masalah pendidikan. Mengenai pendaftaran siswa baru, semangat menuntut ilmu, arti penting pendidikan, dan sebagainya. Selain itu novel ini juga banyak mengambil latar di kelas 1-2 khususnya dan SD Kartini pada umumnya, di mana notabene sekolah merupakan tempat memperoleh pendidikan. Sedangkan tema minor atau subtema dalam novel ini adalah kemiskinan. Namun demikian, ketika masalah kemiskinan ini dikaitkan dengan fenomena sosial yakni status sosial ekonomi Anak Alam, persoalan menjadi amat pelik. Sebab bagi Anak Alam, pendidikan bukanlah hak asasi yang menjadi hak setiap warga Negara. Bagi mereka pendidikan adalah impian dan angan-angan yang harus diperebutkan. Agar terus bisa mengenyam pendidikan, mereka harus bermimpi lebih dulu, mengubah angan-angan menjadi konsep yang kuat dalam diri pribadi agar semangat untuk meraih pendidikan tetap membara. Jika mereka tak berani bermimpi, tak mau berangan-angan, tak mau bercita-cita, maka kesempatan itu niscaya tertutup rapat karena keputusasaan menghancurkan semangat mereka. Adapun tema minor lainnya adalah percintaan. Diceritakan bahwa tokoh Pambudi mempunyai cinta pertama dengan tokoh Kania. Cinta itu berawal ketika Kania membela Pambudi yang sedang dicela oleh teman-teman sekelasnya. Di mana sejak kejadian itu tumbuhlah perasaan cinta itu. Perasaan cinta di antara Pambudi dan Kania, dimaknai Kania sebagai penyemangat Pambudi untuk semakin meningkatkan prestasinya dalam belajar. Hal ini membuktikan bahwa subtema percintaan tidak terlepas dari tema pokok yaitu mengenai pendidikan Selain percintaan dan masalah kemiskinan, novel ini juga bertemakan persahabatan, yakni persahabatan Faisal dengan ketika anak alam Pambudi, Yudi, dan Pepeng. Meskipun mempunyai status sosial ekonomi yang berbeda, mereka tetap bersahabat dengan baik. Mereka rela berkorban satu sama lain dan commit to user 152 setia kawan. Faisal yang berasal dari keluarga mampu, selalu memikirkan nasib teman-temannya dan mengusahakan pendidikan untuk teman-temannya tersebut. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tema mayor atau tema pokok dalam novel ini adalah pendidikan. Sedangkan tema minornya yaitu kemiskinan, percintaan, dan persahabatan.

b. Sudut Pandang