Sudut Pandang Struktur Novel LP dan OMDS

commit to user 152 setia kawan. Faisal yang berasal dari keluarga mampu, selalu memikirkan nasib teman-temannya dan mengusahakan pendidikan untuk teman-temannya tersebut. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tema mayor atau tema pokok dalam novel ini adalah pendidikan. Sedangkan tema minornya yaitu kemiskinan, percintaan, dan persahabatan.

b. Sudut Pandang

1 Novel LP Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan, novel LP menggunakan sudut pandang persona pertama. Dalam novel ini, pengarang yaitu Andrea Hirata merupakan pengisah seluruh kejadian yang terdapat dalam novel LP. Di dalam novel ini ia mempunyai nama tokoh “Ikal”. Namun pada bagian akhir cerita, tokoh “aku” digantikan oleh tokoh Syahdan. Penggunaan sudut pandang tertentu dalam sebuah karya fiksi memang merupakan masalah pilihan. Sebagaimana pemakaian sudut pandang dua “aku” Ikal dan Syahdan dalam novel LP merupakan suatu penyimpangan dan pembaharuan dari sudut pandang yang sudah ada. Sebagaimana yang diungkapkan Burhan Nurgiyantoro bahwa pengarang dapat saja melakukan penyimpangan mungkin berarti pembaharuan terhadap penggunaan sudut pandang dari yang telah biasa dipergunakan orang. Dengan cara ini ia ingin menarik perhatian pembaca sehingga segala sesuatu yang diceritakan dapat lebih memberikan kesan 2005: 253. 2 Novel OMDS Sudut pandang yang digunakan pada novel OMDS adalah sudut pandang campuran antara persona pertama dan persona ketiga “Aku” Mahatahu. Dengan sudut pandang persona pertama, novel ini memunculkan beberapa segi positif. Pertama, dengan teknik ini pengarang bisa lebih mudah dan lebih bebas mengeksploitasi kemampuan dan karakter tokoh utamanya, karena ia tidak perlu mencari-cari sosok tokoh imajiner yang mampu membawa misi cerita. Tokoh aku dalam novel ini diwakili oleh tokoh Faisal. commit to user 153 Selain menggunakan sudut pandang teknik akuan, pengarang menambahkan lagi dengan teknik persona ketiga “Dia” Mahatahu. Dengan sudut pandang ini si pencerita dapat berkomentar dan memberikan penilaian subjektifnya terhadap apa yang dikisahkannya itu. Penggunaan kedua sudut pandang tersebut terjadi karena pengarang ingin memberikan cerita secara lebih banyak kepada pembaca. Misalnya pada saat peristiwa Mat Karmin menyodomi anak-anak di kampung Genteng. Panji merupakan salah satu dari anak-anak tersebut. Dalam menceritakan sosok Panji, pengarang mempunyai keterbatasan karena ia tidak melihat atau mendengar kejadian itu secara langsung. Maka dengan teknik “dia” mahatahu ini pengarang menjadi serbatahu tentang sosok Panji. Pengarang bisa menembusi pikiran Panji dan lebih dari sepuluh orang yang menjadi korban Mat Karmin. Yaitu menggambarkan bagaimana perasaan Panji setelah disodomi Mat Karmin, dengan membayangkan seisi langit runtuh menimpanya. Pengarang menceritakan betapa sakit dan hancur perasaan Panji, masa depan yang suram, dan kepedihan tiada akhir serta rasa malu yang akan dipikulnya hingga kelak ia dewasa. Dengan demikian pembaca memperoleh cerita secara detil. Jadi, dapat ditegaskan bahwa pengarang menggunakan sudut pandang campuran, dengan mengkombinasikan sudut pandang persona pertama dengan teknik persona ketiga “Dia” Mahatahu. Hal ini sejalan dengan pernyataan Herman J Waluyo 2002: 184 – 185 bahwa ketiga jenis metode sudut pandang akuan, diaan, dan pengarang serba tahu dapat dikombinasikan oleh pengarang dalam suatu cerita rekaan dengan tujuan untuk membuat variasi cerita agar tidak membosankan.

c. Penokohan