commit to user
42
Giddens dalam Sri Sutjiatiningsih, 1999: 90 – 91 menyatakan bahwa nilai budaya merupakan abstraksi dari segala sesuatu yang dianggap bermakna
dan bernilai tinggi dalam kehidupan suatu masyarakat. Nilai budaya itu sifatnya abstrak, berada di alam pikiran kepala-kepala manusia, nilai budaya ada dalam
alam pikiran dari warga masyarakat di mana kebudayaan yang bersangkutan hidup.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa nilai pendidikan budaya adalah nilai yang bersumber pada kebudayaan manusia yang merupakan
suatu kekhususan suatu kelompok manusia tertentu.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian Rasyid Manshur pada tahun 2007 dalam bentuk skripsi dengan judul “Kajian
Intertekstualitas dan Nilai Edukatif Novel Alivia dan Libby Karya Langit Kresna Hariadi Berdasarkan Pendekatan Struktural”. Penelitian tersebut menghasilkan
simpulan berupa: pertama, struktur novel Alivia dan Libby yang meliputi alur, tema, penokohan, latar, sudut pandang, gaya dan suasana cerita, sudah bagus
sehingga pembaca mudah untuk memahaminya. Kedua, persamaan struktur novel Alivia dan Libby terletak pada tema, alur, sudut pandang dan gaya. Perbedaannya
terletak pada penokohan, latar tempat dan suasana cerita. Ketiga, nilai pendidikan dalam novel Alivia dan Libby meliputi nilai pendidikan moral, sosial, religi dan
budaya. Pendekatan penelitian yang digunakan Rasyid Manshur sama dengan
penelitian ini, yakni intertekstualitas. Akan tetapi, ada beberapa perbedaan yang membedakan penelitian ini dengan penelitian Rasyid Manshur. Penelitian Rasyid
Manshur hanya sebatas menganalisis struktur kedua novel dan persamaan serta perbedaan struktur kedua novel. Sedangkan penelitian ini, tidak hanya berhenti
mengkaji struktur kedua novel dan persamaan serta perbedaan struktur kedua novel, selain itu juga mengkaji hubungan intertekstualitas antara kedua novel,
novel yang menghipogrami dan novel yang mentransformasi.
commit to user
43
Penelitian lain yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian Ririh Yuli Atminingsih pada tahun 2008 dalam bentuk skripsi dengan judul “Analisis
Gaya Bahasa dan Nilai Pendidikan Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata”. Penelitian tersebut menghasilkan simpulan berupa: pertama, dalam novel Laskar
Pelangi digunakan beberapa gaya bahasa sebagai cara pengarang untuk memudahkan pembaca dalam memahami isi novel tersebut, yaitu simile,
metafora, dipersonifikasi, antitesis, parifrasis, tautologi, koreksio, personifikasi, pleonasme, hiperbola, ironi, paradoks, satire, hipalase, inuoendo, metonomia,
sinekdoke pars pro toto, sinekdoke totum pro parte, alusio, epitet, eponim, antonomasia, elipsis, asidenton, tautotes, anafora, epizeukis, dan pertanyaan
retoris. Kedua, nilai pendidikan yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi terdiri dari tiga nilai, yaitu: nilai religious, nilai moral, dan nilai sosial.
Novel yang dikaji oleh Ririh Yuli Atminingsih sama dengan penelitian ini, yakni novel Laskar Pelangi. Penelitian Ririh Yuli Atminingsih hanya
menganalisis tubuh novel tersebut, sedangkan penelitian ini selain menganalisis tubuh novel, juga mengaitkannya dengan novel yang lain. Penggunaan pendekatan
intertekstualitas ini akan memberikan cara pandang yang berbeda terhadap novel Laskar Pelangi. Hal ini diharapkan dapat memberikan pemaknaan yang lebih
terhadap novel Laskar Pelangi dalam kaitannya dengan novel Orang Miskin Dilarang Sekolah.
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Anne M. Downey 1994 dalam bentuk jurnal yang berjudul “A
broken and bloody hoop: the intertextuality of Black Elk Speaks and Alice Walkers Meridian.Intertextualities”. Dari hasil penelitian tersebut, dapat
disimpulkan bahwa novel karya Alice Walker yang berjudul Meridian yang terbit pada tahun 1976 memiliki hubungan intertekstualitas dengan novel karya John
Neihardt yang berjudul Black Elk Speaks yang terbit pada tahun 1932.
Kedua novel memiliki persamaan pada struktur cerita dan isi cerita. Kedua novel menceritakan mengenai tradisi spiritual masyarakat asli Amerika, yakni
mengenai kisah sebuah pohon suci. Dalam novel Black Elk Speaks, Sioux adalah orang yang mampu berbicara tentang nasib orang lain. Dalam novel karya Walker,
commit to user
44
Meridian adalah seorang wanita kulit hitam di Selatan yang modern, yang memiliki ketertarikan pada gundukan pemakaman India. Perbedaan antara kedua
novel yaitu, pada Meridian ceritanya berkisar pada masyarakat Amerika Afrika, sedangkan pada Black Elk Speaks ceritanya berkisar pada masyarakat asli
Amerika saja. Persamaan keduanya terletak pada persambungan isi budaya Amerika.
Penelitian lain yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Missy Dehn Kubitschek 2004 dalam bentuk jurnal yang berjudul
“Toward a new order: Shakespeare, Morrison, and Gloria Naylors Mama Day. Toni Morrison Intertextualities”. Dari hasil penelitian tersebut, dapat
disimpulkan bahwa novel Mama Day karya Gloria Naylor memiliki hubungan
intertekstualitas dengan novel-novel karya William Shakespeare Hamlet, King Lear dan The Tempest dan penulis modern karya Toni Morrison. Kesamaannya
terletak pada isi cerita, yaitu menyangkut kehidupan seorang wanita kulit hitam yang berpindah dari desa ke lingkungan perkotaan Amerika.
C. Kerangka Berpikir