commit to user
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Karya sastra terdiri dari berbagai jenis, salah satunya adalah novel. Burhan Nurgiyantoro  2005:  4  menyatakan  bahwa  novel  sebagai  suatu  karya  fiksi  yang
menawarkan  suatu  dunia,  yaitu  dunia  yang  berisi  suatu  model  yang  diidealkan, dunia  imajiner,  yang  dibangun  melalui  berbagai  unsur  intrinsiknya,  seperti
peristiwa, plot, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang yang bersifat imajiner. Mengacu  pendapat  tersebut  dapat  dikatakan  bahwa  novel  sebagai  sebuah  dunia
hasil  rekaan  pengarangnya  yang  dibangun  oleh  sebuah  jalinan  struktur  yang ditawarkan pengarang untuk dijadikan teladan bagi pembacanya.
Jakob Sumardjo dan Saini K.M dalam Herman J. Waluyo menyebutkan tujuh unsur pembangun cerita rekaan, yaitu: plot, tema, karakter, setting, point of
view, gaya, dan suasana cerita 2002: 140. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan sebuah novel menjadi lebih hidup sehingga pembaca seolah merasakan kehidupan
yang  digambarkan  oleh  pengarang  dalam  suatu  rangkaian  peristiwa.  Dengan demikian,  pembaca  akan    terbawa  ke  dalam  sebuah  permenungan  tentang
kehidupan  manusia  yang  ditulis  pengarang.  Hingga  akhirnya  pembaca  dapat memperoleh suatu pesan dalam kehidupan nyata.
Arifin 2009 menyatakan bahwa novel pada umumnya dianggap sebagai karya sastra  yang bersifat menghibur. Selain itu, novel sebagai salah satu bentuk
karya sastra mempunyai fungsi bermanfaat. Dikatakan menghibur karena dengan membaca  novel,  seseorang  bisa  menikmati  keindahan  cerita  yang  terkandung  di
dalam  novel  tersebut.  Novel  memiliki  keindahan  dalam  alur  cerita,  konflik  yang dibangun, dan hal lain yang dituangkan dalam tema yang beragam. Tema tersebut
dapat  berupa  percintaan,  persahabatan,  kritik  sosial,  maupun  pendidikan. Sedangkan    dikatakan  bermanfaat  karena  novel  tercipta  melalui  permenungan
yang  sungguh-sungguh.  Sehingga  pembaca  dapat  mengambil  nilai-nilai  yang bermanfaat yang terkandung di berbagai novel, salah satunya novel LP.
1
commit to user
2
Novel  LP  merupakan  novel  perdana  dari  Andrea  Hirata  yang  memiliki banyak  nilai-nilai  pendidikan  yang  dapat  dipetik.  Hal  ini  dikarenakan  novel  LP
menyoroti dunia pendidikan yang dikemas sangat menarik dan sarat dengan nilai kehidupan yang bermanfaat bagi pembacanya. St. Muttia A. Husain 2010 dalam
karya  tulisnya  menyatakan  bahwa  membaca  novel  LP  juga  dapat  menimbulkan kepedulian  terhadap  masyarakat  di  sekitarnya  dengan  melakukan  berbagai  hal
untuk  mengubah  dan  memperbaiki  kehidupan.  Mengacu  pendapat  tersebut  tak heran jika dalam waktu singkat, LP menjadi bahan pembicaraan para penggemar
novel. Berdasarkan  uraian  di  atas,  Fajar  Aryanto  2009  dalam  menyatakan
bahwa  dalam  waktu  seminggu,  LP  mampu  terjual  lebih  dari  satu  juta  eksemplar sehingga  termasuk  dalam  best  seller.  Pendapat  tersebut  sejalan  dengan  Sainul
Hermawan yang menyatakan bahwa novel LP menjadi novel terlaris di Indonesia serta  melampaui  rekor  Ayat-ayat  Cinta  dan  Saman  2009:  103.  Hal  ini
disebabkan  LP  menyuguhkan  sebuah  cerita  yang  dikemas  sangat  menarik  oleh pengarangnya.  Novel  ini  mengisahkan  semangat  anak-anak  kampung  Gantung
Kabupaten  Belitong Timur  yang tak mengenal menyerah dalam berjuang  meraih cita-cita.  Mereka  adalah  sekumpulan  anak  yang  dijuluki  Laskar  Pelangi  yang
hidup  serba  kekurangan  dan  penuh  keterbatasan.  Akan  tetapi,  segala keterbatasannya itu tidak sedikitpun menyurutkan niat mereka dalam belajar dan
kemauan  keras  merubah  nasib.  Isi  novel  LP  menegaskan  bahwa  kemiskinan bukanlah  hambatan  seseorang  meraih  kesuksesan  asalkan  tetap  mempunyai  cita-
cita dan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mencapai cita-citanya. Setelah kemunculan novel LP yang fenomenal ini, kontan saja dunia sastra
banyak  diramaikan  dengan  kemunculan  novel-novel  sejenis,  yakni  novel bertemakan  pendidikan.  Asrori  S.  Karni  menyatakan  bahwa  kisah  Ikal  yang
diceritakan  dengan  lincah  oleh  Andrea  Hirata  telah  menginspirasi  jutaan  orang 2008:  1.  Banyak  pengarang  terinspirasi  untuk  menulis  kisah-kisah  sejenis,
seperti  novel  Perahu  Kertas  oleh  Dewi  Lestari,  Negeri  Lima  Menara  oleh  A Fuadi, Ma Yan oleh Sanie B. Kuncoro, Sang Pelopor, Titian Sang Penerus, Jejak
Sang  Perintis  oleh  Alang-alang  Timur  dan  masih  banyak  lagi.  Salah  satu
commit to user
3
pengarang yang juga terinspirasi dari novel LP adalah Wiwid Prasetyo. Beberapa karya  Wiwid  yang  sudah  terbit  antara  lain  Orang  Miskin  Dilarang  Sekolah,  Sup
Tujuh  Samudra,  Chicken  Soup  Asma’ul  Husna,  Miskin  Kok  Mau  Sekolah…?, Idolaku  Ya  Rasulullah  Saw…,  Demi  Cintaku  pada-Mu,  Aha,  Aku  Berhasil
Kalahkan  Harry  Potter,  The  Chronicle  of  Kartini,  dan  Nak,  Maafkan  Ibu  Tak Mampu Menyekolahkanmu.
Salah satu karya Wiwid yang menarik adalah novel  yang berjudul  Orang Miskin  Dilarang  Sekolah  OMDS.  Novel  yang  terbit  pertama  kali  pada  tahun
2009 ini, kini di tahun 2011 sudah mencapai cetakan keenam dan oleh Diva Press diberikan  gelar  nasional  best  seller.  Novel  ini  mengangkat  tema  yang  sama
dengan  novel  LP,  yakni  masalah  pendidikan  yang  diramu  dengan  persahabatan, cinta,  dan  fenomena  sosial,  khususnya  masalah  kemiskinan.  Tak  kalah  dengan
novel LP, novel OMDS juga sarat dengan muatan nilai pendidikan. Novel OMDS menceritakan  kegigihan  seorang  anak  yang  berasal  dari  golongan  miskin  yang
berjuang untuk dapat mengenyam pendidikan. Novel  OMDS mempunyai banyak kemiripan dengan novel LP. Wiwid 2010 mengaku terinspirasi setelah membaca
novel LP hingga kemudian ia bertekad untuk membuat karya yang sejenis. Kemiripan-kemiripan antara dua novel tidak hanya ditemui pada novel LP
dan  OMDS  saja.  Dalam  khazanah  sastra  Indonesia  tidak  jarang  ditemui  banyak karya  dalam  berbagai  genre  yang  mempunyai  kemiripan.  Hal  ini  bukan  berarti
bahwa  karya  yang  lahir  kemudian  merupakan  hasil  penjiplakan  dari  karya sebelumnya.  Pradopo  dalam  B.  Trisman  menyatakan  bahwa  kelahiran  suatu
karya  sastra  tidak  dapat  dipisahkan  dari  keberadaan  karya-karya  satra  yang mendahuluinya  yang  pernah  diserap  oleh  sang  sastrawan  2003:  81.  Jadi,  pada
mulanya  sastrawan  dalam  menciptakan  karyanya  melihat,  meresapi,  dan menyerap  teks-teks  lain  yang  menarik  perhatiannya,  baik  yang  dilakukan  secara
sadar  maupun  tidak  sadar.  Ia  menggumuli  konvensi  sastranya,  konvensi estetiknya,
gagasan yang
tertuang dalam
karya itu,
kemudian mentransformasikannya  ke  dalam  suatu  karangan,  karyanya  sendiri.  Pengkajian
terhadap  dua  karya  sastra  atau  lebih  tersebut  sering  disebut  dengan  pengkajian sastra dengan pendekatan intertekstualitas
commit to user
4
Kajian intertekstual berangkat dari asumsi bahwa kapan pun karya ditulis, ia tidak mungkin lahir dari situasi kekosongan budaya. Menurut A. Teeuw dalam
Rachmat  Djoko  Pradopo,  1995:  126  karya  sastra  itu  merupakan  response  pada karya sastra yang terbit sebelumnya. Intertekstualitas merupakan salah satu sarana
pemberian  makna  kepada  sejumlah  teks,  dengan  cara  membandingkan  dan menemukan  hubungan-hubungan  kebermaknaan  antara    teks  yang  ditulis  lebih
dulu hipogram dengan teks sesudahnya teks transformasi. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengkaji novel LP karya
Andrea  Hirata  dan  OMDS  karya  Wiwid  Prasetyo  dengan  menggunakan pendekatan  intertekstualitas  yang  diawali  dengan  pendekatan  struktural.  Untuk
mengetahui  struktur  yang  terdapat  dalam  novel  LP  dan  OMDS,  peneliti  perlu mengkaji  unsur  intrinsiknya  yang  berupa:  tema,  penokohan,  latar,  alur,  sudut
pandang,  dan  amanat.  Hal  ini  penting  dilakukan  sebagai  langkah  awal  untuk memenuhi kebutuhan makna karya sastra  yang dilihat  dari segi karya itu sendiri.
Dengan  pendekatan  struktural,  karya  sastra  dipandang  sebagai  sesuatu  yang otonom,  berdiri  sendiri,  bebas  dari  pengarang,  realitas  maupun  pembacanya.
Dalam penerapannya, pendekatan ini memahami karya sastra secara close reading membaca  karya  sastra  secara  tertutup  tanpa  melihat  pengarangnya  dan  berbagai
konteks  di  luar  karya  itu  sendiri.  Dari  hasil  pendekatan  struktural  akan  terlihat jelas struktur yang membangun novel tersebut yang kemudian dilanjutkan dengan
pendekatan  intertekstualitas.  Dari  pendekatan  intertekstualitas  ini  akan  dapat diketahui  perbandingan  struktur  kedua  novel  serta  persamaan,  perbedaan,  nilai
pendidikan,  dan  hubungan  intertekstualitas  antara  novel  LP  dan  OMDS.  Oleh
karena itu penelitian ini berjudul “Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata dan
Orang  Miskin  Dilarang  Sekolah  Karya  Wiwid  Prasetyo  Kajian Intertekstualitas dan Nilai Pendidikan”
.
B. Rumusan Masalah