Hakikat Pendekatan Struktural Tinjauan Pustaka

commit to user 29 menjelang cerita berakhir. Eksplisit jika pengarang pada tengah atau akhir cerita menyampaikan seruan, saran, peringatan, nasihat, anjuran, larangan dan sebagainya. Amanat dapat ditangkap langsung melalui dialog antartokoh. Amanat yang disampaikan secara langsung ini mudah ditangkap. Sebaliknya, amanat kadang-kadang dapat ditangkap melalui perenungan atau pemikiran atas apa yang terjadi dalam cerita. Seorang pembaca atau pendengan sastra harus menemukan hikmah, pesan, atau ajaran di balik kejadian-kejadian atau perilaku para tokohnya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa amanat adalah pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui karyanya. Di dalam amanat akan terlihat pandangan hidup dan cita-cita pengarang yang disajikan secara implisit dan eksplisit. Amanat berhubungan dengan hal yang baik. Amanat suatu cerita berhubungan erat dengan tema yang diangkat oleh penulis, karena amanat merupakan pemecahan suatu tema.

2. Hakikat Pendekatan Struktural

Abrams dalam Burhan Nurgiyantoro 2005: 36 menjelaskan “struktur karya sastra dapat diartikan sebagai susunan, penegasan dan gambaran semua bahan dan bagian yang menjadi komponennya serta secara bersama membentuk kebulatan yang indah. Mengacu pendapat tersebut setiap karya sastra mempunyai unsur pembangun yang secara bersama-sama membentuk kesatuan dan susunan yang indah sehingga dapat dinikmati oleh pembaca. Di pihak lain, Burhan Nurgiyantoro menyatakan bahwa struktur karya sastra juga menyaran pada pengertian hubungan antarunsur intrinsik yang bersifat timbal-balik, saling menentukan, saling mempengaruhi, yang secara bersama membentuk satu kesatuan yang utuh 2005: 36. Secara sendiri, terisolasi dari keseluruhannya, bahan, unsur, atau bagian-bagian tersebut tidak penting, bahkan tidak ada artinya. Tiap bagian akan menjadi berarti dan penting setelah ada dalam hubungannya dengan bagian-bagian yang lain, serta bagaimana sumbangannya terhadap keseluruhan wacana. Mengacu pendapat di atas bahwa struktur karya sastra baru akan bermakna apabila ada hubungannya dengan commit to user 30 bagian-bagian lain hingga menjadi satu kesatuan yang utuh, saling mengikat, dan saling menopang satu sama lain. Konsep dasar dari pendekatan struktural menurut Atar Semi dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian Sastra yaitu: 1 karya sastra dipandang dan diperlakukan sebagai sebuah sosok yang berdiri sendiri, yang mempunyai dunianya sendiri, mempunyai rangka dan bentukya sendiri; 2 memberikan penilaian terhadap keserasian atau keharmonisan semua komponen membentuk keseluruhan struktur. Mutu karya sastra ditentukan oleh kemampuan penulis menjalin hubungan antarkomponen tersebut sehingga menjadi suatu keseluruhan yang padu dan bernilai estetik; 3 memberikan penilaian terhadap keberhasilan penulis menjalin hubungan-hubungan harmonis antara isi dan bentuk, karena jalinan isi dan bentuk merupakan hal yang amat penting dalam menentukan mutu sebuah karya sastra; 4 walaupun memberikan perhatian istimewa terhadap jalinan hubungan antara isi dan bentuk, namun pendekatan ini menghendaki adanya analisis yang objektif sehingga perlu dikaji atau diteliti setiap unsur yang terdapat dalam karya sastra tersebut; 5 pendekatan struktural berusaha berlaku adil terhadap karya satra dengan jalan hanya menganalisis karya sastra tanpa mengikutsertakan hal-hal yang berada di luar karya sastra; 6 yang dimaksud isi dalam kajian struktural adalah persoalan, pemikiran, falsafah cerita, pusat pengisahan, tema. Sedangkan yang dimaksud bentuk adalah alur plot, bahwa sistem penulisan, dan perangkat perwajahan sebagai karya tulis; 7 peneliti boleh melakukan analisis komponen yang diinginkan 1988: 67. Pendekatan struktural atau objektif atau pendekatan formal adalah pendekatan kajian sastra yang paling popular di antara pendekatan kajian sastra yang lain. Pendekatan ini berasumsi bahwa karya sastra kreatif memiliki otonomi penuh yang harus dipandang sebagai sesuatu yang berdiri sendiri terlepas dari hal- hal lain yang berada di luar karya sastra itu sendiri. Burhan Nurgiyantoro 2005: 37 menyatakan “analisis struktural karya sastra dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji, dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antarunsur intrinsic fiksi yang bersangkutan”. A. Teeuw dalam bukunya Sastra dan Ilmu Sastra menyatakan bahwa analisis struktural bertujuan untuk membongkar dan commit to user 31 memaparkan secermat, seteliti dan semendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua analisis dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh 1984: 135. Senada dengan A. Teuuw, Zainuddin Fananie 2000: 112 juga mengungkapkan “pendekatan struktural adalah pendekatan yang mendasarkan pada suatu karya sastra secara keseluruhan”. Hal ini mengisyaratkan untuk melihat eksistensi karya sastra itu sendiri berdasarkan konvensi sastra yang berlaku. Konvensi yang dimaksud yaitu meliputi aspek-aspek intrinsik sastra yang meliputi kebulatan makna, tema, plot, setting, sudut pandang dan sebagainya. Untuk mengetahui kebulatan makna, maka unsur-unsur tersebut harus dihubungkan satu sama lain. Burhan Nurgiyantoro 2005: 37 – 38: “analisis struktural tak cukup dilakukan hanya mendata unsur tertentu sebuah karya fiksi, misalnya peristiwa, plot, tokoh, latar, atau yang lain. Namun, yang lebih penting adalah menunjukkan bagaimana hubungan antarunsur itu, dan sumbangan apa yang diberikan terhadap tujuan estetik dan makna keseluruhan yang ingin dicapai. Hal itu perlu dilakukan mengingat bahwa karya sastra merupakan sebuah struktur yang kompleks dan unik, di samping setiap karya mempunyai ciri kekompleksan dan keunikannya sendiri dan hal inilah antara lain yang membedakan antara karya yang satu dengan karya yang lain”. Jadi dapat disimpulkan bahwa pendekatan struktural adalah pendekatan yang memandang karya sastra memiliki otonomi penuh yang harus dipandang sebagai sesuatu yang berdiri sendiri terlepas dari hal-hal lain yang berada di luar karya sastra itu sendiri. Untuk mengetahui keseluruhan makna, maka unsur-unsur tersebut harus dihubungkan satu sama lain. Apakah struktur tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh, saling mengikat, dan saling menopang satu sama lain.

3. Hakikat Kajian Intertekstualitas