commit to user
178
4 Pandangan Hidup Tokoh Kehidupan yang terjadi di masyarakat, keadaan sosial ekonomi, pribadi
orang-orang dekat biasanya dapat mempengaruhi bagaimana seseorang mamandang kehidupan ini. Setidaknya begitulah yang tampak di dalam novel ini
seperti dilukiskan melalui tokoh utama novel ini, yakni Faisal. Sebagai seorang pribadi yang sedang mempersiapkan masa depannya, ia
memiliki pandangan hidup yang progresif, berkemauan keras, dan berjiwa sosial tinggi. Hal ini tampak pada kemauan kerasnya untuk dapat mewujudkan cita-cita.
Melalui pandangan hidup tokohnya, novel OMDS memberikan motivasi kepada siapa saja untuk maju mengejar cita-cita.
Sifat Faisal yang berjiwa sosial tinggi, peka dan peduli dengan keadaan di sekitarnya ditunjukkan dengan keprihatinannya terhadap Anak Alam yang
hidupnya sangat melarat serta tidak sekolah. Ia tidak hanya simpati, ia juga berempati, berkeinginan keras dan berjuang untuk bisa membuat Anak Alam
mengenyam pendidikan, karena pendidikan adalah fondasi untuk menjalani kehidupan ini. Ia juga memperhatikan keadaan masyarakat di sekelilingnya yang
masih banyak warganya yang buta huruf, sehingga ia terjun langsung memberikan pembelajaran membaca dan menulis gratis untuk warga yang buta huruf. Ia ingin
menjadikan Kampung Genteng yang tadinya buta huruf menjadi Kampung Genteng yang melek huruf.
Selain itu, Faisal sangat tidak suka dengan perlakuan orang kaya terhadap orang miskin. Dalam novel ini Yok Bek sebagai orang kaya suka memperlakukan
pekerjanya semena-mena. Ia juga memberikan label untuk orang kaya, yaitu orang kaya itu biasanya bersikap sombong dan bicaranya menyakitkan hati.
e. Alur
1 Novel
LP
Alur dalam novel LP dianalisis menjadi tujuh tahapan alur, yaitu eksposition, inciting moment, ricing action, complication, climax, falling action,
denouement.
commit to user
179
a Eksposition Paparan Awal Cerita Kisah dalam novel LP diawali dengan paparan ketika hari pertama masuk
sekolah, yaitu pagi hari saat pendaftaran siswa baru di SD Muhammadiyah. Sebuah awal cerita yang cukup ringan untuk dijadikan pembuka kisah. Peristiwa
hari pertama masuk sekolah merupakan peristiwa yang dialami oleh semua orang yang pernah sekolah. Semua perasaan campur aduk. Ada cemas, suka, bingung,
malu, salah tingkah dan lain-lain. Pada bagian awal ini mulai diperkenalkan tokoh dalam novel ini yakni Pak Harfan sang kepala sekolah, Bu Mus ibu guru kelas 1,
orang tua siswa, dan calon siswa. Pada bagian awal ini mulai diperkenalkan pula latar tempatnya yakni di SD Muhammadiyah yang bangunan sekolahnya sudah
doyong seolah akan roboh dan kondisinya sangat memperihatinkan b Inciting Moment Muncul Konflik
Pada tahap pemunculan konflik, dapat diungkapkan beberapa peristiwa yang merupakan gambaran bahwa ada suatu masalah yang mulai muncul dari
setiap bagian-bagian cerita. Tahap pemunculan konflik dimulai dengan kecemasan Bu Mus dan Pak
Harfan karena murid baru yang mendaftar baru sembilan orang. Padahal Depdikbud Sumsel mempersyaratkan minimal harus ada 10 murid baru, kalau
tidak SD Muhammadiyah akan ditutup. Hal ini menimbulkan kecemasan bagi dua orang guru tersebut, orang tua dan kesembilan murid baru, karena ini berarti akan
memupus harapan mereka. Cita-cita kandas akibat sekolah ditutup tepat ketika mereka ingin sekolah
Pemaparan masalah lainnya yang dapat dicermati dari peristiwa dalam novel ini adalah ketika anak-anak SD Muhammadiyah Gantong mengeluh kepada
Bu Mus mengapa sekolahnya tidak seperti sekolah lain. Mereka sering mengeluhkan atap sekolah yang sering bocor ketika hujan, kondisi sekolahnya
yang lebih mirip gudang kopra daripada sekolah. Secara implisit, munculnya masalah yang dihadapi tokoh ini sebagai
akibat dari kemiskinan yang melanda masyarakat Belitong pada waktu itu. Kemiskinan yang sudah menjadi endemi. Para orang tua lebih rela menyerahkan
anaknya pada juragan-juragan daripada menyekolahkan anaknya yang berarti
commit to user
180
mengikatkan diri pada biaya sekolah. Gambaran kemiskinan inilah yang mengawali jalinan cerita novel LP.
c Rising Action Penanjakan Konflik Penanjakan konflik terjadi ketika Pak Harfan sudah berputus asa dengan
jumlah siswa yang mendaftar di SD Muhammadiyah dan bermaksud memberikan pidato terakhir sebagai perpisahan sekaligus penutupan sekolah.
Penanjakan konflik yang lain yaitu masalah kemiskinan yang mengawali konflik dalam novel ini kemudian diuraikan lebih mendetail dalam
bab-bab berikutnya. Pengarang menyoroti perbedaan keadaan ekonomi antara kaum borjuis dan masyarakat Melayu Belitong. Kaum borjuis yang tinggal di
kawasan Gedong dengan segala macam fasilitas yang mewah dan serba lengkap, sangat mencolok jika dibandingkan dengan keadaan masyarakat Melayu Belitong
yang serba miskin, serba tidak mampu. Jangankan untuk sekolah, untuk hanya sekedar makan saja terkadang tidak terpenuhi. Kesenjangan sosial yang sangat
mencolok. d Complication Konflik Semakin Rumit
Pada tahap complication ini, konflik semakin rumit. Kemiskinan yang melanda masyarakat asli Belitong semakin menjadi-jadi. Sementara itu kekayaan
warga Gedong pun juga sama menjadi-jadi. Sehingga jurang kesenjangan sosial semakin terbentang lebar.
Kemiskinan juga tidak lepas melanda semua anggota Laskar Pelangi, terutama tokoh Lintang. Ia berasal dari keluarga nelayan miskin yang tinggal di
pesisir di desa Tanjong Kelumpang. Jarak dari rumah ke sekolah sekitar 80 kilometer pulang pergi yang ditempuh dengan sepeda. Jarak sekolah yang
sedemikian jauh dan kondisi ekonomi orang tua menjadi permasalahan tersendiri bagi tokohnya.
e Climax Puncak Ketegangan Puncak ketegangan terjadi ketika Lintang putus sekolah. Lintang terpaksa
putus sekolah karena ayahnya meninggal. Kematian ayahnya adalah puncak permasalahan yang akan mengubah jalan hidup Lintang. Sehingga mau tidak mau
ia yang harus menggantikan posisi ayahnya mencari nafkah untuk menghidupi
commit to user
181
keluarganya. Ia yang mempunyai cita-cita tinggi dan mempunyai motivasi belajar yang luar biasa harus takhluk di tangan nasib. Hal ini membuat duka bagi seluruh
anggota Laskar Pelangi dan Bu Mus. Mereka kehilangan sosok sahabat, pemimpim, guru, seorang teman yang genius luar biasa.
Selain itu puncak ketegangan yang kedua adalah ketika PN Timah penguasa eksklusif tambang timah di Belitong lumpuh total. Hal ini dikarenakan
pada tahun 1987 harga timah dunia merosot tajam. Sehingga dalam sekejap PN Timah lumpuh. Seluruh fasilitas produksi tutup, puluhan ribu karyawan terkena
PHK. Pemerintah pusat yang rutin menerima royalti dan deviden miliaran rupiah tiba-tiba seperti tak pernah mengenal pulau kecil ini. Pulai Belitong yang dulu
laksana jutaan ubur-ubur Ctenopore redup laksana kapal hantu yang terapung- apung tak tentu arah, gelap, dan sendirian.
Masyarakat pribumi yang memang sudah menahankan sakit hati karena kesenjangan selama puluhan tahun menyerbu Gedong. Mereka menghancurkan
rumah dan menjarah isinya. f Falling Action Penurunan konflik
Penurunan konflik terjadi setelah PN Timah gulung tikar. Kehancuran PN Timah membawa berkah tersendiri bagi masyarakat pribumi Belitong yang selama
ini terpinggirkan. Sekarang mereka bebas menggali timah di mana pun mereka suka di tanah nenek moyangnya dan menjualnya seperti menjual ubi bakar.
Ekonomi Belitong yang sempat lumpuh pelan-pelan menggeliat, berputar lagi karena aktivitas para pendulang.
Penurunan konflik yang lain adalah ketika Lintang masuk sekolah untuk berpamitan dengan teman-teman dan ibu gurunya. Semua hanyut dalam
kesedihan. Semua berat berpisah dengan Lintang si jenius. Semuanya hanya bisa bersedih, karena kondisi mereka juga sama-sama memprihatinkan.
g Denouement Penyelesaian Novel LP merupakan sebuah novel yang berusaha mengangkat realitas
kehidupan manusia secara nyata. Realitas kehidupan manusia sebagaimana digambarkan melalui tokoh-tokoh anggota Laskar Pelangi adalah gambaran nyata
tentang kehidupan manusia. Lintang yang super genius akhirnya harus putus
commit to user
182
sekolah karena ayahnya meninggal, sehingga terpaksa ia harus menggantikan posisi ayahnya mencari nafkah untuk menghidupi ibu, adik-adik, dan saudaranya,
yaitu dengan menjadi seorang sopir truk pengangkut pasir gelas. Hal ini merupakan realitas hidup yang banyak dialami oleh anak-anak di Indonesia.
Banyak anak-anak Indonesia yang terpaksa membuang jauh-jauh keinginannya untuk menempuh pendidikan gara-gara kemiskinan yang tak henti merundungnya.
Akhir cerita dikisahkan mengenai kehidupan para tokoh setelah 12 tahun kemudian. Ketika itu tokoh utama telah menjadi seorang pemuda dan bekerja
sebagai tukang pos di Pulau Jawa, yakni di kota Bogor. Selain tokoh Lintang dan Ikal, di akhir cerita juga dikisahkan kehidupan para anggota Laskar Pelangi
setelah dewasa. Mahar menjadi seorang penulis dan budayawan Melayu, Kucai menjadi anggota dewan, Syahdan menjadi ahli telekomunikasi, A Kiong menikah
dengan Sahara dan mendirikan sebuah toko yang diberi nama Sinar Perkasa, Borek menjadi kuli panggul di toko tersebut. Trapani yang sampai dewasa masih
sangat bergantung pada ibunya menderita mother complex. Inilah akhir dari kisah dalam novel LP.
Berdasarkan tahapan alur yang sudah diuraikan di atas, terlihat bahwa peristiwa yang terdapat dalam novel LP terjalin berkesinambungan. Peristiwa-
peristiwa dikisahkan bersifat kronologis, peristiwa pertama diikuti oleh atau menyebabkan terjadinya peristiwa-peristiwa yang kemudian. Oleh karena
kejadian-kejadian yang dikisahkan bersifat kronologis, yang secara istilah berarti sesuai dengan urutan waktu, maka plot yang demikian disebut sebagai alur maju
atau progresif. Alur progresif dalam novel LP menunjukkan kesederhanaan cara penceritaan, tidak berbelit-belit, dan mudah diikuti.
2 Novel
OMDS
Tahapan alur dalam novel OMDS diuraikan sebagai berikut: a Eksposition Paparan Awal Cerita
Cerita dalam novel OMDS dimulai dengan penceritaan kemeriahan musim layang-layang di kampung. Cerita awal berlangsung siang hari ketika sekumpulan
anak-anak kampung bermain layang-layang. Permainan layang-layang yang dibagian akhirnya menimbulkan kekacauan karena layang-layang yang putus dan
commit to user
183
hinggap di kabel listrik. Anak-anak berebut meraih layang-layang dengan menggunakan galah. Tak ayal aliran listrik terputus dan sontak warga marah.
Pada paparan awal ini, pengarang sudah coba memperkenalkan tokoh- tokoh yang ada dalam cerita, yaitu Faisal, Pambudi, Yudi, Pepeng, Koh A Kiong,
serta Mat Karmin. Diperkenalkan pula tempat terjadinya cerita ini, yakni di Semarang lebih tepatnya di Kampung Genteng. Kampung Genteng merupakan
tempat tinggal Faisal dan Gedong sapi yang merupakan tempat tinggal Anak Alam sebutan yang diberikan Faisal untuk Pambudi, Yudi, dan Pepeng.
Pengarang mulai menceritakan persahabatan mereka. Diceritakan setelah mereka berempat Faisal, Pambudi, Yudi, dan Pepeng kalah merebut layang-layang
mereka sangat terpukul, karena niatnya untuk balas dendam ke Mat Karmin gagal. Mereka ingin membeli layang-layang tapi tidak punya uang, akhirnya mereka
memutuskan untuk membuat sendiri layang-layangnya. Faisal kemudian mencari buku untuk dijadikan panduan untuk membuat
layang-layang. Pada saat membaca buku itu, Faisal baru sadar kalau Anak Alam tidak bisa membaca karena memang tidak sekolah. Kemudian mereka mencoba
berguru kepada penulis buku itu secara langsung, yaitu Ki Hajar Ladunni yang tinggal di Gogik Ungaran. Di perjalanan mereka bertemu dengan Candil. Ia
kemudian mengantar mereka ke rumah Ki Hajar Ladunni. Akhirnya mereka sudah sampai di rumah yang bertuliskan ”Ki Hajar Ladunni”. Karena Anak Alam tidak
bisa membaca, mereka menurut saja ketika dipermainkan Candil dengan mengatakan bahwa rumah Ki Hajar Ladunni masih beberapa kilo lagi. Tapi
karena Faisal bisa membaca, ia tidak terjebak dengan permainan Candil. Setelah berputar-putar cukup lama, mereka kembali ke rumah tadi, dan baru sadar kalau
mereka dipermainkan. b Inciting Moment Muncul Konflik
Pengalaman dibohongi ini terjadi karena mereka buta huruf, tidak bisa membaca papan nama yang ada di atas pintu. Di sini mulai disinggung-singgung
ketidakbisaan Anak Alam dalam hal membaca, sehingga mengakibatkan mereka mudah dibohongi. Mereka tidak bisa membaca karena memang mereka tidak
sekolah. Mereka tidak bisa sekolah karena memang kondisi ekonomi keluarga
commit to user
184
mereka yang tidak memungkinkan. Jangankan untuk sekolah, untuk makan saja terkadang masih susah.
Faisal sangat prihatin melihat nasib ketiga sahabatnya yang sudah sebesar itu tapi belum bisa membaca menulis. Ia kemudian bertekad mengajak ketiga
temannya tersebut untuk sekolah, agar tidak buta huruf lagi. Tapi sekali lagi mereka terbentur dengan masalah dana. Kemiskinan selalu menghantui kehidupan
mereka. Jangankan berpikir sekolah, untuk makan saja terkadang masih susah. Faisal mempunyai tekad kuat kuat untuk mengajak ketiga temannya itu
bersekolah. Sehingga ia mengusahakan berbagai cara untuk itu, salah satunya dengan menemui Pak Zainal, kepala sekolah SD Kartini untuk meminta
keringanan biaya bagi ketiga temannya tersebut.hingga kemudian akhirnya anak alam bisa sekolah. Keputusan untuk sekolah bukanlah tanpa resiko. Mereka harus
membiayai sendiri, dengan cara sekolah sambil bekerja. Hal yang tak pernah mereka bayangkan sebelumnya. Selama ini yang mereka tahu hanyalah bekerja
membantu orang tua untuk makan. Tidak terlintas sama sekali mereka harus bekerja keras untuk bisa sekolah. Karena sangat mustahil jika mengandalkan
penghasilan orang tua yang hanya jadi buruh Yok Bek. Ketika mereka sudah masuk sekolah, mereka pun juga belum lepas dari
hambatan. Mereka sering diejek teman-temannya yang notabene berasal dari keluarga menengah ke atas. Mereka selalu diejek karena orang tua mereka
seorang pembantu yang mengabdi untuk Yok Bek. Karena mereka miskin, mereka dianggap tidak pantas untuk sekolah di SD Kartini. Ini membuat mereka bertiga
minder. c Rising Action Peningkatan Konflik
Yok Bek merupakan seorang pengusaha peternakan sapi di Gedong Sapi. Ia kaya raya. Ia mempunyai tiga orang pekerja yang tak lain tak bukan adalah
ayah ketiga Anak Alam itu. Tiga orang pekerja itulah yang setiap hari mengurus peternakan, mulai dari membersihkan kandang, memberi makan, memerah susu,
dan membuat pupuk dari kotoran sapinya. Gedong sapi letaknya agak jauh dari pemukiman warga agar baunya tidak mengganggu warga Kampung genteng.
Tetapi bagaimanapun juga bau itu tetap tercium juga. Hingga kemudian warga
commit to user
185
mengadu pada ketua RT agar memperingatkan Yok Bek untuk memindah peternakan sapinya. Masyarakat tidak tahan karena setiap hari mereka harus
melahap bau kotoran sapi. Mendengar pengaduan masyarakat itu, Yok Bek sadar bahwa sekarang
zaman sudah berubah. Sudah banyak pribumi yang bersekolah. Mereka tidak dapat dibohongi seperti dulu lagi. Sehingga ketika melihat ketiga Anak Alam
sekolah, ia tidak suka dan segera memanggil orang tua mereka. Dia menyuruh ketiga orang tua itu untuk melarang Anak Alam sekolah, dengan dalih ia butuh
tenaga banyak serta berjanji di kemudian hari akan menyekolahkan ketiga Anak Alam itu. Ketiga orang tua itu pun bak dicocok hidungnya, mereka menuruti apa
yang diperintahkan Yok Bek. Mereka menyuruh ketiga anak mereka untuk berhenti sekolah saja. Padahal pada saat itu ketiga Anak Alam sedang semangat-
semangatnya sekolah. Harapan mereka untuk sekolah pun pupus lagi. Mereka patah arang dengan cita-cita yang dibangunnya selama ini.
d Complication Konflik Semakin Rumit Pada tahap komplication ini, konflik yang ada semakin rumit. Belum habis
duka anak alam karena putus sekolah, Gedong sapi tempat orang tua mereka bekerja menggantungkan hidup, didemo warga sekitar karena peringatan yang
disampaikan selama ini tidak digubris. Mereka pun bertindak anarki. Mereka merusak apa saja yang ada di rumah Yok Bek.
Faisal yang mencoba melerai tindak anarki tersebut malah ikut dipukuli warga. Akibatnya ia jatuh sakit, akibat benda tumpul yang menghantam
kepalanya. Ia kemudian dirawat Pak Cokro, padahal ia sangat tidak suka kepadanya. Menurutnya Pak Cokro adalah seorang dukun gadungan yang
kerjaannya adalah membodohi warga. Ia juga biang kerok semua kejadian demo Gedong sapi ini. Maka bertambah marahlah Faisal.
e Climax Puncak Ketegangan Puncak ketegangan terjadi setelah adanya kejadian demo para warga
kampung Genteng. Kehidupan berubah drastis semenjak Gedong sapi diamuk warga. Yok Bek menjual semua sapi-sapinya. Ia pun hidup ikut anaknya. Hal ini
secara otomatis berimbas pada keluarga ketiga anak alam tersebut, yang notabene
commit to user
186
mereka selama ini hidup menggantungkan diri dan mengabdi penuh untuk Yok Bek. Duka anak alam semakin mendalam. Sudah digusur masih ditambah lagi
dengan putus sekolah. Mereka sempat terkatung-katung karena tidak punya rumah. Hingga
akhirnya mereka tinggal di bawah kolong jembatan. Mereka harus membanting tulang untuk bisa bertahan hidup.
Puncaknya lagi ketika warga dihebohkan dengan perbuatan Mat Karmin yang ternyata seorang pedhopilia. Ia mencabuli anak-anak yang tengah bermain di
rumahnya. Hal ini sontak mengundang kemurkaan warga untuk yang kedua kalinya setelah aksi di Gedong sapi dulu. Mat Karmin pun digelandang ke balai
desa. Rumahnya pun tak lepas dari amuk massa. Massa yang terbakar emosinya pun merusak rumah Mat Karmin. Tak cukup sampai di situ, mereka
membakarnya, abunya dilarung di sungai banjir kanal, agar semua hal buruk dari Mat Karmin ikut lenyap.
f Falling Action Penurunan Konflik Tahap penurunan konflik terjadi setelah kejadian pengrusakan rumah Yok
Bek, yakni ketika Faisal mencari tempat tinggal Anak Alam. Ternyataa mereka tinggal di kolong jembatan. Mereka pun kemudian berbagi cerita. Faisal sangat
prihatin dengan kondisi ketiga Anak Alam tersebut. Ia prihatin dengan nasib pendidikan ketiga Anak Alam tersebut. Kemudian ia kembali menyemangati
ketiganya untuk bisa kembali sekolah mewujudkan cita-cita mereka yang sempat terputus.
Mereka bertiga akhirnya memutuskan untuk sekolah kembali, dengan beban dua kali lebih berat. Kalau dulu orang tua mereka masih punya penghasilan
dari bekerja kepada Yok Bek, sekarang orang tua mereka tidak bekerja. Otomatis mereka harus bekerja ekstra keras untuk bisa tetap sekolah. Pambudi menjual
koran, Yudhi berjualan pisang goreng, serta Pepeng yang menjadi tukang becak mengangkuti kelapa dari pasar induk ke pasar-pasar yang lebih kecil.
Kembalinya mereka ke sekolah disambut hangat oleh Bu Mutia dan teman-teman sekelasnya. Mereka pun kembali bersama-sama belajar, menjalani
segala suka duka sekolah sambil bekerja. Pada bagian ini diceritakan teman-teman
commit to user
187
sekelas Anak Alam yaitu Karisma yang malas, Rena yang tinggi hati, Guruh sang ketua kelas, dan lain-lain. Hingga tak terasa mereka sudah bersekolah hampir satu
tahun dan sebentar lagi akan menempuh ujian kenaikan kelas. Mereka mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian ini. Mereka ingin membuktikan
bahwa di tengah kondisi yang serba sulit ini mereka masih bisa berprestasi. Di sisi lain Karisma yang malas tidak mau belajar sedikit pun. Akibatnya ketika ujian
berlangsung ia tidak dapat mengerjakan. Yang lebih parah lagi Rena kepergok mencontek.
g Denouement Penyelesaian Setelah konflik mereda, tahapan selanjutnya adalah tahap penyelesaian.
Penyelesaian masalah merupakan sesuatu yang penting ada dalam karya sastra, karena seorang pembaca ingin mengetahui penyelesaian masalah dari cerita yang
dibacanya. Perjuangan keras belajar sambil bekerja akhirnya membuahkan hasil.
Anak Alam yang di tengah situasi serba sulit masih punya semangat belajar yang tinggi bisa naik ke kelas dua dengan nilai yang memuaskan. Kharisma yang
kerjanya hanya bermalas-malasan tidak naik kelas. Begitu juga Rena, selama ini ia dikenal sebagai seorang siswa yang cantik, kaya, pintar, tapi karena kepergok
mencontek ia jadi tidak naik kelas. Kania,yang juga berasal dari keluarga kurang mampu, berhasil meraih juara satu paralel, disusul kemudian Faisal diurutan
kedua. Atas prestasinya, Faisal berkesempatan mengikuti lomba olimpiade eksakta yang akan menjadi pintu gerbang meraih golden ticket menuju ke SMP
akselerasi. Benar kata pepatah ’siapa yang menanam akan mengetam’. Orang meraih sesuatu, setimpal dengan apa yang sudah diusahakan.
Berdasarkan tahapan alur yang sudah diuraikan di atas, terlihat bahwa peristiwa yang terdapat dalam novel OMDS terjalin berkesinambungan. Peristiwa-
peristiwa dikisahkan bersifat kronologis, peristiwa pertama diikuti oleh atau menyebabkan terjadinya peristiwa-peristiwa yang kemudian. Oleh karena
kejadian-kejadian yang dikisahkan bersifat kronologis, yang secara istilah berarti sesuai dengan urutan waktu, maka plot yang demikian disebut sebagai plot maju
commit to user
188
atau progresif. Plot progresif dalam novel OMDS menunjukkan kesederhanaan cara penceritaan, tidak berbelit-belit, dan mudah diikuti.
f. Amanat