Persamaan dan PerbedaanNovel Pembahasan Hasil Temuan Penelitian

commit to user 191 inilah yang menjadi awal munculnya konflik yang akan membawa permasalahan- permasalahan lainnya, salah satunya adalah peristiwa putus sekolah yang dialami oleh Lintang dalam novel LP. Begitu juga dengan novel OMDS. Kemiskinan yang menghinggapi tokohnya ketiga Anak Alam akan membawa permasalahan yang kompleks nantinya. Tokoh dan segala peristiwa yang dialami tokoh inilah yang akan menggerakkan plot. Latar mempunyai hubungan erat dengan tema dan penokohan. Misalnya dalam novel LP dan OMDS. Tema pendidikan menampilkan latar sekolah. Tema kemiskinan akan menampilkan latar rumah yang seperti gubuk reyot yang kotor dan kusam. Jadi, tema dan latar saling berkaitan erat. Selain itu, latar juga mempunyai hubungan dengan penokohan. Latar akan mempengaruhi cara berpikir dan karakter tokoh. Misalnya tokoh Ikal. Ikal digambarkan oleh pengarang sebagai seorang yang memiliki tekad kuat dan pantang menyerah. Karakter pantang menyerah ini terbentuk karena adanya latar tempat tinggal Ikal yakni daerah pertambangan timah. Mayoritas warganya bekerja menjadi buruh kasar di tambang timah ini, termasuk juga orang tua Ikal. Melihat kondisi orang tua yang tidak mampu ini menimbulkan sifat pantang menyerah. Ikal tidak mau tunduk dengan nasib. Ia pantang menyerah untuk tetap menuntut ilmu demi meraih cita- cita merubah nasib menjadi lebih baik. Begitu pula dalam novel OMDS. Tokoh Faisal juga digambarkan bertekad kuat. Hal ini terbangun dari latar tempat ia tinggal yakni bersama orang-orang miskin dan tidak sekolah. Hal ini memacu Faisal untuk pantang menyerah memperjuangkan nasib teman-temannya Anak Alam.

2. Persamaan dan PerbedaanNovel

LP dan OMDS Setelah melalui analisis struktur, nyata sekali bahwa antara LP dan OMDS mempunyai persamaan dan perbedaan. Persamaannya itu meliputi tema, amanat, alur, penokohan, dan latar waktu. Berikut rincian persamaan kedua novel ini. a. Tema Tema utama yang melingkupi kedua novel adalah masalah pendidikan. Novel LP menggambarkan perjuangan para tokohnya yakni anggota Laskar commit to user 192 Pelangi dalam meraih pendidikan. Sedangkan dalam novel OMDS juga menggambarkan perjuangan ketiga Anak Alam dalam meraih pendidikan. Pendidikan perlu diperjuangkan, karena tokoh dalam kedua novel sama-sama dihadapkan pada situasi yang tidak memungkinkan yakni kondisi ekonomi mereka yang tidak memungkinkan untuk memperoleh pendidikan. Sementara itu, mengenai subtema-subtema yang lain tidaklah jauh berbeda dari tema utama yang ditampilkan pengarang. Dalam kedua novel tersebut, subtema yang lain juga masih berhubungan dengan masalah pendidikan. Dalam novel LP terdapat subtema persahabatan, yakni persahabatan di antara anggota Laskar Pelangi. Juga subtema percintaan yakni percintaan antara Ikal dan A Ling. Selain itu ada juga subtema kemiskinan yakni kemiskinan masyarakat Melayu Belitong yang menjadi buruh kasar di PN Timah. Dalam novel OMDS juga dijumpai subtema yang sama. Subtema persahabatan, yakni persahabatan antara Faisal dan ketiga Anak Alam. Subtema percintaan yakni percintaan antara Pambudi dan Kania. Subtema kemiskinana yakni kemiskinan masyarakat kampung Genteng ayah Anak Alam yang menjadi buruh seumur hidup di sebuah peternakan sapi di Semarang. b. Amanat Amanat yang diperoleh dari kedua novel ini mempunyai persamaan yaitu untuk jangan takut bermimpi dan bercita-cita serta harus berusaha keras untuk mewujudkan mimpi-mimpi itu bagaimana pun terbatasnya keadaan. Dari novel LP, pesan ini diperoleh dari tokoh Lintang. Ia berasal dari keluarga nelayan miskin yang tinggal di pesisir desa Tanjong Kelumpang. Jarak antara rumah ke sekolahnya delapan puluh kilometer pulang pergi yang ditempuhnya dengan bersepeda. Kemiskinan dan jarak rumah dan sekolah yang sangat jauh tidak mengendurkan semangatnya untuk menuntut ilmu. Di tengah kemiskinan yang melandanya, ia tetap bersemangat dan bercita-cita menjadi matematikawan. Sedangkan dari novel OMDS, pesan ini kita peroleh dari ketika Anak Alam yakni Pambudi, Yudi, dan Pepeng. Ketiganya berasal dari keluarga miskin. Bapaknya bekerja sebagai buruh di sebuah peternakan sapi. Ketiganya tetap berkemauan sekolah walaupun mengharuskan mereka belajar sambil bekerja commit to user 193 untuk membiayai sekolahnya. Keterbatasan tidak menghambat langkah mereka dalam menggapai mimpi-mimpi mereka. c. Alur Dilihat dari penyusunan cerita, alur yang digunakan dalam kedua novel tersebut adalah alur maju atau alur progresif. Setiap peristiwa yang terdapat dalam kedua novel terjalin berkesinambungan. Penceritaan dimulai dari tahap eksposition, inciting moment, rising action, complication, climax, falling action, dan denouement. Setiap peristiwa yang dikisahkan bersifat kronologis, peristiwa pertama diikuti oleh peristiwa selanjutnya atau menyebabkan terjadinya peristiwa- peristiwa yang kemudian. Pengarang menyusun peristiwa-peristiwa yang ada berdasarkan hubungan sebab-akibat kausalitas. d. Penokohan Terkait dengan penokohan tokoh utama dalam novel LP dan OMDS, teknik karakterisasi kedua novel menggunakan teknik yang sama yaitu menggunakan metode langsung dan metode tidak langsung. Baik itu LP maupun OMDS karakter tokoh tidak selalu digambarkan secara gamblang dan terperinci tetapi dapat juga diketahui dari dialog antartokoh dan deskripsi pengarang secara langsung. Baik novel LP maupun OMDS sama-sama mengisahkan sebuah persahabatan di antara tokoh-tokohnya. Tokoh-tokoh utama dalam LP antara lain sepuluh anggota Laskar Pelangi Ikal, Lintang, Mahar, Syahdan, kucai, Borek, A Kiong, Sahara, Trapani, dan Harun serta Flo; sedangkan dalam OMDS persahabatan terjadi antara anak alam Pambudi, Yudi, dan Pepeng serta Faisal dan Kania. Dari deskripsi itu terlihat bahwa baik novel LP maupun OMDS sama- sama menceritakan sebuah jalinan persahabatan. Tokoh utama yang menjadi bahan perbandingan yaitu tokoh Ikal dan Faisal. Secara fisiologis, tokoh utama dalam kedua novel memiliki jenis kelamin yang sama yakni laki-laki Ikal dan Faisal. Secara psikologis tercermin watak tokoh utama yaitu berkemauan keras. Keduanya memiliki kemauan yang keras dalam bercita-cita dan mewujudkan cita-citanya itu. Keduanya tidak mudah commit to user 194 menyerah pada nasib. Keduanya senantiasa berusaha melakukan yang terbaik demi mewujudkan mimpi-mimpinya. Ditinjau dari aspek sosiologis, watak dari tokoh utama dalam kedua novel tersebut yaitu sama-sama punya jiwa sosial dan kepedulian yang tinggi terhadap sesama. Tokoh Ikal dalam novel LP digambarkan sangat menaruh perhatian dan peduli dengan keadaan Lintang. Ia sangat prihatin dengan kondisi Lintang, Lintang terpaksa putus sekolah karena perekonomian keluarganya yang tidak memungkinkan. Ikal sangat menyayangkan hal ini, karena Lintang adalah seorang yang superjenius yang harus memupus mimpinya karena keadaan. Sedangkan dalam novel OMDS tokoh Faisal sangat peduli dengan nasib ketiga Anak Alam Pambudi, Yudi, dan Pepeng. Ia memperjuangkan nasib ketiga Anak Alam agar bisa sekolah. Karena sekolah adalah jembatan untuk bisa mewujudkan cita-cita. e. Latar Waktu Latar waktu dalam kedua novel ini mempunyai persamaan. Dalam novel LP, pengarang tidak secara eksplisit menyebut kapan tahun terjadinya peristiwa ini. Akan tetapi di dalam novel ini disinggung-singgung mengenai masa pemerintahan presiden Soeharto dan ada beberapa bagian yang juga menyebut tahun yakni tahun 1987 dan tahun 1991. Jadi hal ini bisa dijadikan petunjuk bahwa kisah ini mengambil latar waktu pada masa itu, yakni pada masa pemerintahan Soeharto yaitu kurun waktu 1966 – 1998. Latar waktu kisah dalam novel OMDS juga tidak secara langsung dijelaskan oleh pengarang, namun hal ini dapat dianalisis berdasarkan kutipan- kutipan yang terdapat dalam cerita. Setting waktu dalam kisah ini dikaitkan dengan peristiwa reformasi 1998, yakni setelah peristiwa reformasi terjadi. Jadi dapat disimpulkan bahwa latar waktu dalam kedua novel mempunyai persamaan yakni sama-sama terjadi pada era pemerintahan Soeharto, sekitar kurun waktu 1966 – 1998. Novel LP dan OMDS selain memiliki kesamaan, juga memiliki perbedaan. Perbedaan yang paling menonjol antara kedua novel ini terletak pada aspek sudut pandang, latar tempat dan latar sosial. commit to user 195 a. Sudut Pandang Kedua novel ini menggunakan sudut pandang yang berbeda. Dalam novel LP pengarang sepenuhnya menggunakan sudut persona pertama “Aku”. Dalam sudut pandang orang pertama ini pengarang berperan sebagai tokoh utama yakni Ikal. Dengan sudut pandang ini narator adalah seseorang yang ikut terlibat dalam cerita. Ia adalah si “aku” tokoh yang berkisah, mengisahkan kesadaran dirinya sendiri, Pembaca menerima apa yang diceritakan oleh si “aku”, sehingga pembaca hanya dapat melihat dan merasakan secara terbatas seperti yang dilihat dan dirasakan tokoh “aku” tersebut. Dalam hal ini Ikal sebagai pencerita mengisahkan. Sedangkan dalam novel OMDS, pengarang menggunakan sudut pandang campuran antara persona pertama dengan persona ketiga “Dia” Mahatahu. Dengan sudut pandang persona pertama ini pengarang mengisahkan peristiwa dan tindakan, yang diketahui, dilihat, didengar, dialami, dan dirasakan serta sikapnya terhadap tokoh lain kepada pembaca. Sedangkan dengan sudut pandang persona ketiga “Dia” Mahatahu, pengarang bersifat mahatahu. Ia bebas bergerak dan menceritakan apa saja dalam lingkung waktu dan tempat cerita, berpindah-pindah dari tokoh “dia” yang satu ke “dia” yang lain. Dengan kedua sudut pandang ini, Ikal bebas menceritakan apa saja, tidak hanya terbatas pada peristiwa dan tindakan, yang diketahui, dilihat, didengar, dialami, dan dirasakan saja. Hal ini menjadikan pembaca tahu keadaan “luar-dalam” masing-masing tokoh. b. Latar Tempat Latar tempat kedua novel ini mempunyai perbedaan yaitu dalam novel LP berlatar di Pulau Belitong dan kota Bogor. Sedangkan dalam novel OMDS berlatarkan kota Semarang, Jawa Tengah. c. Latar Sosial Kedua novel ini mempunyai latar tempat yang berbeda, maka secara otomatis kedua novel ini menghadirkan latar sosial yang berbeda pula. Novel LP yang notabene berlatar tempat di Belitong menghadirkan latar sosial kebudayaan Melayu. Sedangkan dalam novel OMDS yang mengambil latar di Semarang, Jawa tengah mengambil latar sosial kebudayaan Jawa. commit to user 196

3. Hubungan Intertekstual antara Novel