4.4. Metode Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan setelah semua data terkumpul, untuk lebih menyederhanakan data-data dari hasil pengisian kuisioner oleh responden. Selain
itu, tujuan dari pengolahan data yaitu untuk menyajikan seluruh data dalam susunan yang rapi dan baik, serta untuk menganalisis faktor- faktor yang
berpengaruh terhadap penyusunan strategi bauran pemasaran dan pemilihan
alternatif strategi bauran pemasaran yang akan dilaksanakan.
Analisis terhadap faktor- faktor yang berpengaruh terhadap penyusunan strategi pemasaran sesuai dengan tujuan perusahaan dan pemilihan alternatif
strategi bauran pemasaran perusahaan dilakukan dengan menggunakan metode Proses Hirarki Analitik PHA. Dalam me nerapkan
metode PHA, yang diutamakan adalah kualitas responden, bukan terletak pada kuantitasnya. Data
yang diperoleh kemudian diproses dengan menggunakan program komputer “Expert Choice Version 2000” program ini merupakan program yang disusun
oleh Asian Institute of Technology and Microsoft Co hasil pengolahan ini kemudian dianalisis dan disajikan dalam bentuk uraian, gambar, dan tabel.
Untuk lebih rincinya langkah- langkah kerja utama PHA Saaty, 1993, adalah sebagai berikut :
1. Mendefinisikan persoalan dan merinci pemecahan persoalan yang diinginkan. Pada langkah ini diperlukan penguasaan masalah secara mendalam, perhatian
ditujukan pada pemilihan tujuan, kriteria, dan elemen-elemen yang menyusun struktur hirarki. Tidak terdapat prosedur pasti dalam mengidentifikasikan
komponen-komponen sistem tujuan, kriteria, aktifitas yang akan dilibatkan dalam sistem hirarki. Komponen sistem dapat diidentifikasikan berdasarkan
kemampuan pada analisis untuk menemukan unsur-unsur yang dapat dilibatkan dalam suatu sistem.
2. Membuat struktur hirarki dari sudut pandang Stakeholders secara menyeluruh. Struktur hirarki ini mempunyai bentuk yang saling terkait, tersusun dari sasaran
utama, sub-sub tujuan, faktor- faktor pendorong yang mempengaruhi sub-sub sistem tujuan tersebut, pelaku-pelaku yang memberi dorongan, tujuan-tujuan
pelaku dan akhirnya ke alternatif strategi, pilihan, atau skenario. Pada tingkat puncak hirarki hanya terdiri dari satu elemen yang disebut dengan fokus, yaitu
sasaran keseluruhan yang bersifat luas. Tingkat di bawahnya dapat terdiri dari beberapa elemen yang dibagi dalam kelompok homogen, agar dapat
dibandingkan dengan elemen-elemen yang berada pada tingkat sebelumnya. 3. Menyusun matriks banding berpasangan .
Matriks banding banding berpasangan untuk kontribusi atau pengaruh setiap elemen yang relevan atas setiap kriteria yang berpengaruh dan berada setingkat
di atasnya. Matriks banding berpasangan dimulai dari puncak hirarki untuk fokus G, yang merupakan dasar untuk melakukan perbandingan antar elemen
yang terkait dan ada dibawahnya. Perbandingan berpasangan pertama dilakukan pada elemen tingkat kedua F1, F2, F3, …, Fn terhadap fokus G yang ada di
puncak hirarki. Menurut perjanjian, suatu elemen yang ada di sebelah kiri diperiksa perihal dominasi atas suatu elemen di puncak matriks.
4.Mengumpulkan semua pertimbangan yang diperlukan untuk pengembangan perangkat matriks dilangkah 3.
Pada langkah ini dilakukan perbandingan berpasangan antara setiap pada variabel pada kolom ke-j dengan setiap variabel pada baris ke- i yang
berhubungan dengan fokus G. Perbandingan berpasangan antar variabel tersebut dapat dilakukan dengan pertanyaan “Seberapa kuat variabel baris ke- i
didominasi oleh fokus G, dibandingkan dengan kolom ke-j ?” Untuk mengisi matriks berpasangan, digunakan skala banding yang tertera pada Tabel 7.
Tabel 7 . Nilai Skala Banding Berpasangan
Intensitas pentingnya
Definisi Penjelasan
1 Kedua elemen sama
pentingnya Dua elemen menyumbangkan
sama besar pada sifat itu 3
Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang
lainnya Pengalaman dan pertimbangan
sedikit menyokong satu elemen atas elemen yang lainnya
5 Elemen yang satu sangat
penting daripada elemen yang lainnya
Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu
elemen atas elemen yang lainnya
7 Satu elemen jelas lebih penting
daripada elemen lainnya Satu elemen dengan kuat
disokong dan dominannyatelah terlihat dalam praktek
9 Satu elemen mutlak lebih
penting daripada elemen lainnya
Bukti yang menyokong elemen yang satu atas yang lainnya
memiliki tingkat penegasan yang tertinggi yang mungkin
menguatkan
2,4,6,8 Nilai-nilai diantara dua
pertimbangan yang berdekatan Kompromi diperlukan diantara
dua pertimbangan Kebalikan
Jika untuk aktifitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan aktifitas j, maka j memiliki nilai kebalikannya bila
dibandingkan dengan i Sumber :Saaty, 1993
5. Memasukkan nilai- nilai kebalikan beserta bilangan 1 sepanjang diagonal utama, penentuan prioritas dan pengujian konsistensi
Angka 1 sampai 9 digunakan bila Fi lebih mendominasi atau mempengaruhi sifat fokus puncak hirarki G dibandingkan dengan Fj. Sedangkan bila Fi
kurang mendominasi atau kurang mempengaruhi sifat G dibandingkan dengan Fj, maka digunakan angka kebalikannya. Matriks di bawah garis diagonal
utama diisi dengan nilai- nilai kebalikannya. Untuk tahap 6-8, dapat diolah
menggunakan komputer dengan program komputer Expert Choice Version 2000.
6.Melaksanakan langkah 3, 4, 5 untuk semua elemen pada setiap tingkat keputusan yang terdapat pada hirarki, berkenaan dengan kriteria elemen di atas.
Metode pembandingan dalam metode PHA dibedakan menjadi dua, yaitu : Matriks Pendapat Individu MPI dan Matriks Pendapat Gabungan MPG. MPI
adalah matriks hasil perbandingan yang dilakukan individu. MPI mempunyai elemen yang disimbolkan dengan aij yaitu elemen matriks pada baris ke- i dan
kolom ke-j. Matriks Pendapat Ind ividu dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8
. Matriks Pendapat Individu
G A1
A2 A3
… Aj
A1 A2
A3
… …
Ai a11
a21 a31
. .
ai1 a12
a22 a32
. .
ai2 a13
a23 a33
. .
ai3 …
… …
. .
… a1j
a2j a3j
. .
aij
MPG adalah susunan matriks baru yang elemen Gij berasal dari rata-rata geometrik pendapat-pendapat individu yang rasio inkonsistensinya lebih kecil
atau sama dengan 10 persen, dan setiap elemen pada baris dan kolom yang sama dari MPI yang satu dengan MPI yang lain tidak terjadi konflik.
Persyaratan MPG yang bebas dari konflik adalah : 1. Pendapat masing- masing individu pada baris dan kolom yang sama memiliki
selisih kurang dari empat satuan antara nilai pendapat individu yang tertinggi dengan nilai yang terendah.
2. Tidak terdapat angka kebalikan resipokal pada baris dan kolom yang sama. Matriks Pendapat Gabungan dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 . Matriks Pendapat Gabungan
G G1
G2 G3
… Gj
G1 G2
G3
… …
Gi g11
g21 g31
. .
gi1 g12
g22 g32
. .
gi2 g13
g23 g33
. .
gi3 …
… …
. .
… g1j
g2j g3j
. .
gij
Rumus matematika yang digunakan untuk memperoleh rata-rata geometrik adalah G
ij
=
m m
k k
ij
a
∏
= 1
dimana : G
ij
= Elemen MPG baris ke- i, kolom ke-j a
lj
= Elemen baris ke- i dan MPI ke-k m
= Jumlah MPI yang memenuhi persyaratan
∏
= m
k 1
= perkalian dari elemen k =1 sampai k =m
m
= akar pangkat dari m 7. Mensintesis prioritas untuk melakukan pembobotan vektor-vektor prioritas.
Menggunakan komposisi secara hirarki untuk me mbobotkan vektor- vektor prioritas itu dengan bobot kriteria-kriteria dan menjumlahkan semua nilai
prioritas terbobot yang bersangkutan dengan nilai prioritas dari tingkat bawah berikutnya dan seterusnya. Pengolahan matriks pendapat terdiri dari dua tahap,
yaitu : 1 pengolahan horizontal dan 2 pengolahan vertikal. Kedua jenis pengolahan tersebut dapat dilakukan untuk MPI dan MPG. Pengolahan vertikal
dilakukan setelah MPI dan MPG diolah secara horizontal, dimana MPI dan MPG harus memenuhi persyaratan Rasio Inkonsistensi.
a. Pengolahan horizontal bertujuan untuk melihat prioritas suatu elemen terhadap tingkat yang berada satu tingkat di atas elemen tersebut, yang
terdiri dari tiga bagian, yaitu penentuan vektor prioritas Rasio Vektor Eigen, uji konsistens i, dan revisi MPI dan MPG yang memiliki rasio
inkonsistensi tinggi. Tahapan perhitungan yang dilakukan pada pengolahan horizontal ini adalah:
- Perkalian baris Z atau Vektor Eigen VE dengan rumus: Zi =
n n
k ij
a
∏
= 1
i,j =1, 2, …,n - Perhitungan Vektor Prioritas VP atau Rasio Vektor Eigen adalah:
Vpi =
∑ ∏ ∏
= =
= n
i n
n k
ij n
n k
ij
a a
1 1
1
VP = VP
i
, untuk i =1, 2, ..., n
- Perhitungan nilai Eigen Maks ?
maks
, dengan rumus : VA = a
ij
x VA dengan VA = Va
i
VB =
i
VP VA
dengan VB = Vb
i
?
maks
=
∑
= n
i i
vb n
1
1
untuk I = 1, 2, 3, …, n - Perhitungan Indeks Inkonsistensi CI dengan rumus :
CI =
1 −
− n
n
maks
λ
- Perhitungan Rasio Inkonsistensi CR adalah : CR =
RI CI
RI = Indeks acak random indeks yang dikeluarkan oleh Oak Ridge Laboratory Saaty, 1993 dari matriks berorde 1 sd 15 yang
menggunakan sample berukuran 100.
Nilai rasio inkonsistensi CR yang lebih kecil atau sama dengan 10 persen merupakan nilai yang mempunyai tingkat konsistensi yang baik
dan dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini dikarenakan CR merupakan tolak ukur bagi konsistensi atau tidaknya suatu hasil perbandingan
berpasangan dalam sua tu matriks pendapat. Tabel 10
. Nilai Indeks Acak
Orde n Indeks Acak RI
Orde n Indeks Acak RI
1 0,00
8 1,41
2 0,00
9 1,45
3 0,58
10 1,49
4 0,90
11 1,51
5 1,12
12 1,48
6 1,24
13 1,56
7 1,32
14 1,57
Sumber : Saaty, 1993
b. Pengolahan vertikal, yaitu menyusun prioritas pengaruh setiap elemen pada tingkat hirarki keputusan tertentu terhadap sasaran utama atau fokus. Apabila
Cvij didefinisikan sebagai nilai prioritas pengaruh elemen ke-j pada tingkat ke-i terhadap sasaran utama, maka :
CV
ij
= 1
1 −
−
∑
i xVWt
t CH
ij
Untuk : i = 1, 2, 3, …, n j = 1, 2, 3, …, n
t = 1, 2, 3, …, n Dimana : CH
ij
t, i-1 = nilai prioritas pengaruh elemen ke-i terhadap elemen ke-t pada tingkat diatasnya i-1, yang diperoleh dari
hasil pengolahan horizontal.
VWti-1 = nilai prioritas pengaruh elemen ke-t pada tingkat ke- i-1 terhadap sasaran utama, yang diperoleh dari
hasil perhitungan horizontal. p = jumlah tingkat hirarki keputusan
r = jumlah elemen yang ada pada tingkat ke- i s = jumlah elemen yang ada pada tingkat ke-i-1
8. Mengevaluasi konsistensi untuk seluruh hirarki Langkah ini dilakukan dengan mengalikan setiap indeks konsistensi dengan
prioritas kriteria yang bersangkutan dan menjumlahkan hasil kalinya. Hasil ini dibagi dengan pernyataan sejenis yang menggunakan indeks acak, yang sesuai
dengan dimensi masing- masing matriks. Dengan cara yang sama, setiap indeks acak dibobot berdasarkan prioritas kriteria yang bersangkutan dan hasilnya
dijumlahkan. Rasio inkonsistensi ini harus bernilai 10 persen atau kurang. Jika tidak, mutu informasi harus ditinjau kembali dan diperbaiki, antara lain dengan
memperbaiki cara menggunakan pertanyaan pada saat pengisian ulang kuesioner dan dengan lebih mengarahkan responden pada perbandingan
berpasangan. Pada penelitian ini langkah 1, 2, 3 dilakukan melalui pengamatan langsung
di lapang dan hasil wawancara dengan pihak manajemen. Langkah 4 didapatkan dari hasil pengisian kuisioner oleh Kepala Subdinas Usaha dan Pemasaran dan
Kepala Pengelola Taman Anggrek Ragunan. Langkah 5, 6, dan pengolahan horizontal pada langkah 7 diolah menggunakan komputer dengan program
komputer Expert Choice Version 2000. Pengolahan vertikal pada langkah 7 dan langkah 8 diolah secara manual dengan menggunakan kalkulator.
4.5. Sistem Hirarki Keputusan
Dalam menjawab permasalahan pada penelitian maka akan dilakukan pengolahan data dengan metode PHA. Untuk melakukan pengolahan data dengan
metode PHA dibutuhkan sistem-sistem hirarki keputusan yang berkaitan dengan masalah penelitian, dengan abstraksi pada Gambar 3.
Abstraksi sistem hirarki keputusan memiliki bentuk yang saling terkait, yang tersusun dari sasaran utama tingkat 1, turun ke faktor-faktor pendorong
yang mempengaruhi tujuan tingkat 2, kemudian ke pelaku-pelaku tingkat 3, lalu ke tujuan-tujuan pelaku tingkat 4 dan terakhir skenario tingkat 5. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.
Tingkat 1
Tingkat 2 …
…
Tingkat 3 …
…
Tingkat 4 …
…
Tingkat 5 …
…
Sumber : Saaty, 1993
Gambar 3 . Abstraksi Sistem Hirarki Keputusan
Menurut Saaty 1993, penentuan perangkat komponen sistem hirarki dalam PHA tidak memiliki prosedur yang pasti, sehingga sistem tidak harus
terbentuk secara mutlak dari komponen-komponen seperti yang telah disebutkan diatas. Fokus dalam tahap ini adalah komponen-kompone n sistem yang dipilih
G
F
2
F
n
F
1
A
n
A
2
A
1
O
n
O
2
O
1
S
n
S
2
S
1
dan dipergunakan dalam membentuk sistem hirarki yang ada. Hal ini diidentifikasikan berdasarkan kemampuan analisis dalam menemukan unsur-unsur
yang dimaksud, sehingga penentuan unsur-unsur tersebut tergantung dari penguasaan para pakar terhadap persoalan atau masalah yang akan dipecahkan.
4.6. Definisi Operasional