Gambar 25 Piyik jalak bali di MBOF. Menurut Prana et al. 2006, perawatan piyik setelah telur menetas dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu secara alami oleh induknya sendiri dan dengan bantuan perawat burung. Perawatan alami memberi peluang terbaik bagi piyik
untuk mendapatkan menu makannan yang paling sesuai, kenyamanan hidup yang optimal dalam lingk
ungan “kasih sayang” induk, serta pendidikan dasar. Hasilnya, anak-anak burung tumbuh secara sehat dan mandiri. Namun, perawatan piyik
secara alami bukan tanpa resiko. Ancaman kematian piyik bahkan oleh induknya sendiri bukanlah suatu kejadian yang langka. Selain itu, beban merawat piyik oleh
induknya secara otomatis akan berdampak pada menurunnya frekuansi perbiakan setiap tahunnya.
5.1.7 Faktor- faktor penentu keberhasilan penangkaran jalak bali
Hal yang paling mendasar dalam membangun sebuah penangkaran jalak bali adalah diperoleh bibit jalak bali yang sehat dan tidak cacat, mengetahui jenis
kelamin jantan dan betina jalak bali dan mengetahui cara perkembangbiakannya berikut tingkat perkembangbiakan induk jalak bali, daya tetas telur dan angka
kematian anak jalak bali disajikan pada tabel 15. Tabel 15 Persentase daya tetas telur, tingkat perkembangbiakan, dan angka
kematian jalak bali tiga tahun terakhir di MBOF
Tahun Persentase
Daya tetas telur Tingkat perkembangbiakan
Angka kematian
2011 66,66
83,33 33,33
2010 66,66
66,66 33,33
2009 66,66
41,66 33,33
Rata-rata 66,66
63,88 33,33
Berdasarkan hasil perhitungan persentase tingkat keberhasilan penangkaran jalak bali selama tiga tahun terakhir diperoleh hasil bahwa rata-rata persentase
daya tetas telur sebanyak 66,66 yaitu jumlah total telur yang mampu dihasilkan oleh satu induk jalak bali setiap satu kali reproduksi yaitu sebanyak 2
– 3 butir telur dan yang berhasil ditetaskan sebanyak 1
– 2 butir telur. Rata-rata persentase tingkat perkembangbiakan induk sebesar 63,88 dimana jumlah total indukan
yang ada di MBOF tahun 2011 sebanyak 12 pasang dan 10 pasang diantaranya telah berhasil berkembangbiak dengan baik, sedangkan pada tahun 2010 jumlah
indukan yang ada sebanyak 12 pasang dan 8 pasang telah berkembangbiak serta pada tahun 2009 yang berhasil berkembangbiak sebanyak 5 pasang. Angka
kematian anak sebesar 33,33 yaitu total anak yang mati tiap kelas umur dibagi dengan total anak keseluruhan tiap kelas umur. Berikut kriteria presentase tingkat
keberhasilan penangkaran selama tiga tahun terakhir Tabel 16. Tabel 16 Persentase dan kriteria tingkat keberhasilan jalak bali di MBOF
No. Indikator
Persentase Kriteria
1 Daya tetas telur
66,66 Tinggi
2 Angka kematian
33,33 Rendah
3 Tingkat perkembangbiakan
63,88 Tinggi
Faktor penentu keberhasilan jalak bali di MBOF sangat ditentukan oleh kandang. Kandang yang sesuai dengan fungsi dan kegunaannya sebaiknya
disesuaikan dengan habitat alaminya. Untuk perkandangan jalak bali di MBOF telah dijelaskan pada sub-bab sebelumnya. Selain kandang, juga perlu
diperhatikan adalah pakan. Pakan yang diberikan harus sesuai dan memilki kandungan gizi yang dibutuhkan oleh burung. Beberapa hal yang menjadi faktor
penunjang keberhasilan dalam kegiatan pengelolaan penangkaran di MBOF antara lain:
a. Letak kandang yang jauh dari kebisingan dan gangguan manusia.
b. Kebersihan, keamanan, dan perawatan kandang yang selalu terjaga.
c. Pemberian pakan, baik pakan utama maupun pakan tambahan yang rutin
diberikan tiap pagi dan sore hari. d.
Pemberian obat dan vitamin secara rutin untuk menjaga kesehatan dan mencegah terserangnya penyakit pada burung yang ditangkarkan.
e. Menjaga kemurnian genetik dan menghindari terjadinya in-breeding.
5.2 Analisis Koefisien Inbreeding
Perhitungan koefisien silang dalam inbreeding dapat dilakukan dengan mempelajari silsilah atau studbook, sehingga dapat diketahui hubungan
kekerabatan dari setiap individu. Penangkaran Mega Bird and Orchid Farm belum memiliki buku silsilah jalak bali studbook jalak bali sehingga hanya dilakukan
wawancara kepada pengelola penangkaran untuk memperoleh data mengenai silsilah jalak bali yang ditangkarkan.
Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa hingga bulan Juli 2011 jalak bali generasi F2 hanya berjumalah 2 individu dan sisanya adalah genarasi F0 dan
F1. Kebanyakan jalak bali yang terdapat di penangkaran MBOF adalah generasi F1. Hal ini disebabkan karena tingkat reproduksi jalak bali indukan generasi F0
yang cukup tinggi. Hasil perhitungan nilai koefisien inbreeding yang telah dilakukan terhadap individu jalak bali generasi F2 di penangkaran MBOF
diperoleh nilai individu pertama yaitu 0 dan pada individu kedua diperoleh nilai 0. Kedua individu tersebut memiliki nilai koefisisen inbreeding 0 karena individu-
individu tersebut tidak memilki tetua yang inbreeding kawin dengan keluarga dekat, sedangkan tetua nenek moyang sebelumnya tidak diketahui karena tidak
ada silsilah kedua individu tersebut sehingga diasumsikan tetua dari individu tersebut berasal dari alam. Berikut silsilah dan diagram panah hasil perkawinan
yang tidak ada hubungan keluarga Gambar 26. F0 Indukan ke 1
: Pasangan 1 dan
kandang indukan 4B : Pasangan 2
dan kandang indukan 2B
F1 anakan :
dan kandang indukan 5A
Diagram pohon F
E D
C B
A
B A
D C
F E
X