Jumlah konsumsi dan palatabilitas

Gambar 21 Pakan jalak bali pur dan pisang kepok di MBOF.

5.1.4.2 Jumlah konsumsi dan palatabilitas

Jumlah konsumsi adalah selisih antara berat pakan awal dengan berat pakan sisa, sedangkan tingkat palatabilitas adalah tingkat kesukaan satwa terhadap suatu jenis makanan tertentu. Rata-rata jumlah konsumsi dan tingkat palatabilitas dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Rata-rata jumlah konsumsi dan tingkat palatabilitas Jenis pakan Kandang pertumbuhanekor Kandang reproduksiekor Rata-rata ∑ konsumsihariekor Rata-rata palatabilitas Rata-rata ∑konsumsihariekor Rata-rata Palatabilitas Pisang kepok 40,2 g 55,84 8,96 g 15,39 Pur 6,33 g 50,18 3,39 g 13,96 Jangkrik - - 15,18 g 59,22 Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan terhadap jumlah konsumsi dan palatabilitas dengan ulangan sebanyak 14 kali 2 minggu bahwa pada kandang pertumbuhan, jalak bali lebih menyukai pisang kepok dibandingkan dengan pur dengan rata-rata jumlah konsumsi pisang kepok 40,2 gramekorhari dan pur 6,33 gramekorhari dan tingkat palatabilitas masing-masing adalah 55,84 dan 50,18 . Jalak bali pada kandang reproduksi lebih menyukai jangkrik dibandingkan dengan pur dan pisang kepok. Rata-rata jumlah konsumsi jangkrik sebanyak 15,18 gramekorhari dengan rata-rata palatabilitas 59,22 dan rata-rata jumlah konsumsi pisang kepok sebanyak 8,96 gramekorhari dan pur 3,39 gramekorhari. Rata-rata palatabilitas pisang dan pur adalah 15,38 dan 13,96 . Hal ini dikarenakan jangkrik memilki nilai kandungan gizi protein dan lemak yang sangat tinggi jika dibandingkan dengan pakan lain sehingga jalak bali lebih memilih jangkrik sebagai konsumsinya. Menurut Soemadi dan Mutholib 1995, jalak bali termasuk dalam golongan burung yang memakan serangga, tetapi juga mengkonsumsi buah-buahan dan juga biji-bijian. Selain itu, burung ini juga memakan kutu, caplak, nyamuk, ulat, cacing, belalang, dan serangga lain serta makan buah dan biji-bijian. Jenis pisang yang diberikan pada jalak bali di MBOF adalah pisang kepok. Jenis pisang yang umumnya dijadikan pakan burung adalah pisang kepok dan pisang siam. Burung yang menyukai buah ini antara lain jalak bali, jalak putih, cucakrawa, cucak biru, madi, kakaktua, nuri, beo, kutilang, dan lain-lain. Kualitas pisang ditentukan oleh sifat fisik dan kandungan gizinya, dimana komposisi kandungan zat gizi pisang berbeda-beda tergantung jenisnya tetapi yang jelas pisang merupakan sumber karbohidrat yang baik bagi burung. Jenis serangga yang diberikan pada jalak bali di MBOF yaitu jangkrik. Jangkrik yang diberikan pada jalak bali yaitu jangkrik dengan keadaan masih hidup. Selain jangkrik, terdapat pakan jalak bali tambahan yaitu kroto. Kroto dapat berupa telur, larva, dan semut merah dewasa yang telah mati. Namun, kroto yang diberikan pada jalak bali di MBOF yaitu telur semut rangrang yang dikeringkan. Kroto untuk jalak bali di MBOF tidak setiap hari diberikan dan hanya sesekali saja. Kroto dapat dikatakan berkualitas baik apabila tidak berbau, tidak lengket, berwarna cerah, dan tidak bercampur dengan jenis semut lain Gambar 22. Gambar 22 Pakan jalak bali kroto dan jangkrik. Pakan buatan yang diberikan pada jalak bali di penangkaran adalah pur. Menurut Soemarjoto dan Prayitno 1999, beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian pakan buatan antara lain: 1. Perusahaan pakan buatan cukup banyak. Tentu saja kualitas produk yang dihasilkan tidak sama. Oleh karena itu, pada saat membeli pakan buatan perlu dipertimbangkan kualitas pakan yang akan dibeli, bukan karena harganya murah. 2. Pakan buatan pur harus selalu dijaga agar tidak sampai basah. Apabila pakan ini terkena air maka akan mengembang dan cepat rusak, serta menimbulkan bau. 3. Pakan pur ada tiga jenis yaitu untuk burung muda, burung remaja, dan burung dewasa. Pemberian harus disesuaikan dengan tahap perkembangan burung. 4. Pemberian pakan harus disesuaikan dengan besar dan kecilnya burung, setelah masuk ke tembolok pur akan berkembang. Oleh karena itu, pemberian pakan buatan harus dibatasi karena apabila terlalu banyak dan berkembang dalam tembolok dapat menyebabkan burung sakit bahkan kematian.

5.1.4.3 Analisis proksimat