Kekuatan a. Wilayah atau daerah penangkapan ikan yang luas

Jenis-jenis ikan pelagis besar yang dominan dijumpai di perairan Kecamatan Kei Kecil adalah ikan madidihang Thunnus albacares, cakalang Katsuwonus pelamis dan tongkol Euthynus affinis, Auxis thazard dan lainnya. Ikan cakalang memiliki nilai JTB tertinggi 65,90 tontahun, kemudian diikuti oleh JTB ikan tongkol 38,14 tontahun dan madidihang 23,57 tontahun. Jenis-jenis ikan pelagis besar yang dominan dijumpai di perairan Kecamatan Kei Kecil Timur adalah ikan madidihang Thunnus albacares, cakalang Katsuwonus pelamis dan tongkol Euthynus affinis, Auxis thazard dan lainnya. Ikan cakalang memiliki nilai JTB tertinggi 54,26 tontahun, kemudian diikuti oleh JTB ikan tongkol 31,40 tontahun dan madidihang 19,41 tontahun. Jenis-jenis ikan pelagis besar yang dominan dijumpai di perairan Kecamatan Kei Kecil Barat adalah ikan madidihang Thunnus albacares, cakalang Katsuwonus pelamis dan tongkol Euthynus affinis, Auxis thazard dan lainnya. Ikan cakalang memiliki nilai JTB tertinggi 127,06 tontahun, diikuti oleh JTB ikan tongkol 73,53 tontahun, JTB terendah dijumpai pada ikan madidihang 45,45 tontahun. Jenis-jenis sumberdaya ikan demersal ekonomis penting yang terdapat di Kecamatan Kei Kecil antara lain, ikan baronang, sikuda, lencam, bambangan, kerapu, kakap merah dan lain-lain. Kepadatan sumberdaya ikan demersal di Kecamatan Kei Kecil ini berkisar dari 2,479 - 84,730 individukm 2 atau 0.25 - 8.47 tonkm 2 , dengan nilai rata-rata sebesar 30,113 individukm 2 atau 3.01 tonkm 2 . Kecamatan ini memiliki wilayah batimetri 0-200 m seluas 547 km 2 , dengan demikian, biomassa ikan demersal pada luas luas wilayah perairan tersebut dihitung sebesar 1,646 ton per tahun dengan JTB sebesar 658 ton per tahun. Jenis-jenis sumberdaya ikan demersal ekonomis penting yang terdapat di Kecamatan Kei Kecil Timur antara lain, samandar, sikuda, lencam, bambangan, kerapu dan lain-lain. Kepadatan sumberdaya ikan demersal di perairan ini adalah berkisar dari 0,10-8,13 tonkm 2 dengan nilai rata-rata sebesar 3,07 tonkm 2 , sementara wilayah Batimetri 0-200 m seluas 263 km 2 . Dengan demikian, pada luas wilayah perairan tersebut biomassa ikan demersal dihitung sebesar 808 ton per tahun dengan JTB sebesar 323 ton per tahun. Kepadatan sumberdaya ikan demersal di Kecamatan Kei Kecil berkisar2,479-84,730 individukm 2 atau 0.25-8.47 tonkm 2 , nilai rata-rata sebesar 30,113 individukm 2 atau 3,01 tonkm 2 . Kecamatan ini memiliki wilayah batimetri 0-200 m seluas 547 km 2 , dengan demikian, biomassa ikan demersal pada luas luas wilayah perairan tersebut dihitung sebesar 1,646 tontahun dengan JTB sebesar 658 tontahun. Perairan karang Kecamatan Kei Kecil memiliki 272 spesies ikan karang dari 111 marga dan 37 suku. Perairan pesisir Kecamatan Kei Kecil Timur memiliki 198 spesies ikan karang dari 92 marga dan 33 suku.

d. Kemampuan Produksi Ikan Tangkap yang Baik

Produksi ikan di Kecamatan Kei Kecil berasal dari operasi penangkapan ikan yang dilakukan dengan menggunakan 13 jenis alat penangkap ikan dan alat tangkap lainnya.Kemampuan produksi ikan dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya seperti penguasaan teknologi penangkapan ikan, jumlah, jenis, ukuran alat penangkap ikan dan jumlah trip penangkapan, serta musim penangkapan. Produksi ikan dari Kecamatan Kei Kecil Timur diperkirakan mencapai 648,33 tontahun melalui operasi penangkapan 7 jenis alat penangkap ikan, termasuk pengumpul kerang dan teripang serta lata tangkap lainnya yang dipergunakan oleh para nelayan setempat. Produksi rata-rata sebagian besar dihasilkan dari operasi penangkapan oleh para nelayan dengan menggunakan alat tangkap pancing angling gear.Produksi ikan di Kecamatan Kei Kecil Barat dihasilkan oleh 8 delapan jenis alat tangkap dan alat tangkap lainnya.Jumlah alat tangkap dan capaian trip penangkapan menentukan kemampuan produksi ikan, selain faktor-faktor lainnya seperti keterampilan dan pengetahuan nelayan, kecukupan bahan bakar, ketersediaan ikan, musim, dan sebagainya. Nelayan-nelayan di Kecamatan Kei Besar berkemampuan untuk menghasilkan produksi ikan rata-rata sebanyak 2.026,66 tontahun, dengan menggunakan 10 jenis alat penangkap ikan utama dan pengumpul ikan lainnya, termasuk pengumpul kerang dan teripang. Kontribusi kemampuan produksi ikan terbanyak oleh alat tangkap pancing angling gear yang dapat menghasilkan ikan sebanyak 1.413,92 tontahun, kemudian oleh alat tangkap jaring insang gill net sebanyak 419,97 tontahun.

e. Memiliki pulau – pulau besar dan kecil

Jumlah pulau pada wilayah Kecamatan Kei Kecil berdasarkan hasil analisis data citra satelit yang dikonfirmasi dengan pengecekan lapangan ditemukan sebanyak 31 buah pulau yang keseluruhannya telah diverifikasi dan didaftarkan di Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB. Jumlah pulau pada wilayah Kecamatan Kei Kecil Timur berdasarkan hasil analisis data citra satelit yang dikonfirmasi dengan pengecekan lapangan hanya ditemukan 2 buah pulau yang juga telah didaftarkan pada badan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Jumlah pulau pada wilayah Kecamatan Kei Kecil Barat berdasarkan hasil analisis data citra satelit yang dikonfirmasi dengan pengecekan lapangan ditemukan sebanyak 16 buah yang teridentifikasi, telah diverifikasi serta didaftarkan namanya di PBB. Jumlah pulau pada wilayah Kecamatan Kei Besar berdasarkan hasil analisis data citra satelit yang dikonfirmasi dengan pengecekan lapangan ditemukan sebanyak 6 buah yang telah diketahui namanya sehingga oleh pemerintah Pusat.

f. Pemerintah Daerah memiliki kewenangan untuk mengatur keuangannya

sendiri Penyelenggaraan Otonomi Daerah menggunakan prinsip otonomi seluas- luasnya, artinya daerah diberi kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan kecuali yang menjadi urusan Pemerintah, dimana Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan rakyat. Sejalan dengan prinsip tersebut, maka dilaksanakan pula prinsip otonomi yang nyata dan bertanggungjawab. Prinsip otonomi nyata adalah suatu prinsip bahwa untuk menangani urusan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang, dan kewajiban yang nyata telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup dan berkembang sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah serta yang dimaksud dengan otonomi yang bertanggungjawab adalah otonomi yang dalam penyelenggaraannya harus benar-benar sejalan dengan tujuan dan maksud pemberian otonomi. Kabupaten Maluku Tenggara sangat terbantu oleh adanya kebijakan otonomi daerah sebagai instrumen desentralisasi dan demokratisasi untuk mendukung peran pembangunan perdesaan.Sejalan dengan pelaksanaan Undang ‐Undang Nomor 17 Tahun 2003 telah dikeluarkan pula Undang ‐undang nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan keuangan Pusat dan Daerah yang juga merupakan landasan pemberian kewenangan kepada daerah untuk mengelola keuangan daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan di daerah, berdasarkan kewenangan pada masing ‐masing tingkatan pemerintahan. Dalam upaya mendorong kemandirian pengelolaan pembangunan daerah maka arah kebijakan pengelolaan keuangan daerah dititik beratkan pada kemandirian pemanfaatan sumberdaya daerah secara optimal, efisien, dan efektif guna meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Keharusan pemerintah daerah untuk mampu menghidupi diri sendiri akan semakin mengurangi ketergantungan pada pemerintah pusat, dengan cara menggali berbagai sumber penerimaan daerah seperti pajak daerah, retribusi daerah, jasa giro, laba BUMD dan lain-lain terutama di sektor transportasi untuk dimanfaatkan seoptimal mungkin guna membiayai penyelenggaraan pembangunan sarana dan prasarana bagi optimalisasi pemasaran ikan di wilayah Maluku Tenggara.

3.3.1.2 Kelemahan a. Daya saing perekonomian daerah dan Kualitas sumber daya manusia

yang masih rendah Walaupun pertumbuhan ekonomi Maluku Tenggara relatif baik, namun demikian daya saingnya masih relatif rendah. Ini ditandai dengan masih rendahnya angka ekspor komoditas dan daya saing produk unggulan daerah kelautan dan perikanan, pertanian, perkebunan, pariwisata, pertambangan, kehutanan, industri, perdagangan dan jasa disebabkan:  Pola perekonomian masih bersifat subsistem yang tidak berorientasi pada peningkatan nilai tambah.  Sektor pertanian masih bersifat tradisional belum menerapkan teknologi tepat guna.  Potensi yang ada yaitu kelautan dan perikanan belum dikelola dan dimanfaatkan secara optimal.  Belum berkembangnya perekonomian daerah Maluku Tenggara yang disebabkan: 1 terbatasnya akses permodalan; 2 terbatasnya akses informasi pasar; 3 masih rendahnya penerapan teknologi tepat guna; 4 belum berkembangnya informasi potensi unggulan daerah.  Belum kondusifnya iklim investasi kemudahan perizinan, jaminan keamanan berinvestasi, dan lain sebagainya. Rendahnya kualitas sumber daya manusia biasanya terukur dari tingkat pendidikan dan derajat kesehatan suatu masyarakat menjadi dasar perhitungan Indeks Pembangunan Masyarakat suatu daerah seperti: - Pendidikan Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat suatu daerah biasanya tercermindari rendahnya Angka Partisipasi Kasar APK dan Angka Paritisipasi Murni APM, dan Angka Melek Huruf. Walaupun angka melek huruf telah hampir mencapai 100 namun APK SD baru sebesar 99,65, APK SMP sebesar 90,73 dan APK SLA sebesar 66,66 sedangkan APM SD sebesar 96,78, APM SMP sebesar 78,03, dan APM SLTA sebesar 57,93. Permasalahan lain adalah terbatasnya sarana prasarana pendidikan, rasio dan penyebaran tenaga guru belum sebanding,terdapat kesenjangan partisipasi pendidikan antara kelompok masyarakat di perkotaan dan pedesaan dan antara penduduk miskin dan penduduk mampu. Pendidikan non ‐formal yang berfungsi baik sebagai transisi dari dunia sekolah ke dunia kerja maupun sebagai bentuk pendidikan sepanjang hayat, belum dapat diakses secara luas oleh masyarakat. - Kesehatan Status Kesehatan masyarakat Maluku Tenggara secara umum masih rendah dibandingkan daerah lain di Indonesia. Hal ini karena belum terselenggaranya akses pelayanan kesehatan secara paripurna yang meliputi aspek promotif, aspek preventif, aspek kuratif, dan aspek rehabilitatif.Indikatornya diukur dari Angka Harapan Hidup pada tahun 2006 sekitar 67,2 persen, Angka Kematian Ibu Melahirkan 588 per 100.000 kelahiran, Angka Kematian Bayi 37 per 1.000 kelahiran hidup, penyebaran staus gizi kurang 8,22 dan Gizi Buruk 1,20 dan tingginya prevalensi ganguan akibat kekurangan yodium GAKY, serta penyakit menular.

b. Kesenjangan pembangunan antar wilayah

Berbagai kerberhasilan pembangunan yang telah dicapai, menyisakan kesenjangan yang cukup tajam antara wilayah di Kabupaten Maluku Tenggara, terutama antara wilayah Kei Besar dan Kei Kecil, perkotaan dengan perdesaan, dan antara wilayah strategis dan cepat tumbuh dengan wilayah tertinggal. Pengurangan kesenjangan pembangunan antar Kecamatan maupun antar Desa perlu dilakukan tidak hanya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di seluruh wilayah, tetapi juga untuk menjaga stabilitas ketahanan daerah. Tujuan yang akan dicapai untuk mengurangi kesenjangan antar daerah adalah bukan hanya memeratakan pembangunan fisik di setiap daerah, tetapi yang paling utama adalah pengurangan kesenjangan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat antar daerah. Masyarakat yang berada di wilayah tertinggal pada umumnya masih belum banyak tersentuh oleh program– program pembangunan sehingga akses masyarakat terhadap pelayanan sosial, ekonomi, dan politik masih sangat terbatas. Untuk penyediaan air bersih, masalah yang dihadapi adalah masih terbatasnya akses masyarakat terhadap air bersih di pedesaan, rendahnya kualitas air bersih pedesaan, kondisi PDAM yang belum sehat, tingginya tingkat kebocoran air PDAM dan permasalahan tarif yang belum mampu mencapai kondisi pemulihan biaya produksi PDAM. Masih terbatasnya akses masyarakat terhadap pelayanan komunikasi dan informasi disebabkan keterbatasan penyediaan dan penyebaran infrastruktur informasi ke kecamatan dan terbatasnya kemampuan pembiayaan penyediaan infrastruktur komunikasi informasi.

c. Infrastruktur sarana dan prasarana yang belum memadai

Salah satu kendala utama dalam rangka peningkatan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat adalah persoalan keterbatasan kapasitas dan kualitas infrastruktur, baik ekonomi, sosial dan pemerintahan atau fasilitas publik lainnya. Untuk infrastruktur jalan dan jembatan, persoalan utama yang dihadapi adalah belum seluruh wilayah Kabupaten Maluku Tenggara terjangkau oleh jaringan jalan dan jembatan yang handal, khususnya di Pulau Kei Besar yang mengakibatkan sangat terbatasnya akses masyarakat terhadap ketersediaan layanan transportasi yang dapat menjangkau lokasi permukiman, lokasi produksi dan pemasaran hasil nelayan. Keterbatasan ini menyebabkan masyarakat harus membayar tinggi biaya operasional untuk memanfaatkan transportasi darat. Transportasi laut merupakan transportasi utama untuk melayani pergerakan orang dan barang antar 85 pulau di wilayah Maluku Tenggara Barat karena biayanya realatif murah jika dibandingkan dengan transportasi udara. Sarana pendukung yang tersedia saat ini adalah 5 lima unit kapal perintis, 2 dua unit kapal penumpang yang disubsidi pemerintah serta 2 dua unit kapal komersial PT. PELNI yang melayani rute hanya sampai pelabuhan Saumlaki dikarenakan prasarana pendukung yang tersedia saat ini hanya berada di Kota Saumlaki yakni pelabuhan kelas IV. Sedangkan untuk melayani interkoneksitas pulau–pulau sekitar kecamatan disediakan 1 satu unit angkutan penyeberangan dengan frekuensi kunjungan setiap minggu, selebihnya menggunakan kapal rakyat motor tempel yang diusahan sendiri oleh masyarakat dengan kapasitas muatan 20 – 30 orang. Dengan jumlah pulau yang begitu banyak dan kurangnya sarana dan prasarana yang tersedia menjadikan transportasi laut belum bisa memenuhi kebutuhannya sendiri di wilayah Maluku Tenggara Barat. Permasalahan yang dihadapi di bidang perhubungan laut dan antar pulau dalam kabupaten yaitu belum memadainya pelabuhan rakyat di beberapa titik pusat pertumbuhan yang memiliki akses ekonomi dan sosial serta rendahnya kapasitas penyediaan sarana angkutan laut kapal penyeberangan, kapal perintis, kapal rakyatkapal cepat sehingga masyarakat masih mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk membayar transportasi yang digunakan.Selain itu, belum ada pelabuhan khusus barang untuk pergerakan keluar masuk. Permasalahan di bidang perhubungan udara yaitu tingginya permintaan penggunaan jasa transportasi udara yang belum dapat diimbangi dengan kapasitas dan frekuensi penerbangan pesawat dari dan ke Langgur setiap harinya.Selain itu dengan pengoperasian pesawat dengan kapasitas kecil menyebabkan mahalnya biaya tiket untuk setiap penerbangan. Keterbatasan pembangkit menjadi masalah bidang energi listrik karena kapasitas yang tersedia tidak mampu untuk melayani permintaan yang terus meningkat. Pembangkit yang ada sangat tergantung pada BBM dan rata ‐rata umur mesin sudah tua, pasokan listrik ke pedesaan tidak mengalami peningkatan, sebagian desa yang terisolir dan tersebar di kepulauan belum memiliki listrik. Hubungan fungsional antara pusat ibu kota kabupatenibu kota kecamatan dengan wilayah belakangnya terutama berkaitan dengan fungsi dan peran kota sebagai pusat pemerintahan, pendidikan, pusat perdagangan masih relatif rendah. Hal ini di samping kurangnya sarana dan prasarana transportasi juga pola penyebaran desa di pulau - pulau yang relatif jauh. Sejatinya dengan adanya keterpaduan antara proses perencanaan tata ruang dan perencanaan pembangunan maka proses pemaduserasian ini tidak hanya berhenti pada rencana makro saja, namun ditindaklanjuti pada tahapan yang lebih detail lagi. Berkembangnya ilmu wilayah merupakan momentum penting di dalam kajian perencanaan dan pengembangan wilayah. Sebagai suatu kombinasi dari seni serta kumpulan-kumpulan pengalaman dan pendekatan, kajian perencanaan dan pengembangan wilayah seharusnya lebih berpihak pada publik melalui ketersediaan kelayakan sarana-prasarana. Gambar 16 Peta jalur transportasi Kabupaten Maluku Tenggara d. Belum berkembangnya prasarana, kelembagaan dan sistem manajemen perikanan Belum berkembangnya keberadaan prasarana Tempat Pelelangan Ikan TPI dan kelembagaan perikanan seperti lembaga perkreditan, perbankan, koperasi perikanan yang mandiri dan organisasi nelayan secara aktif, tepat dan benar. Pembangunan gedung Tempat Pelelangan Ikan TPI dalam