dengan nelayan pada kecamatan lain. Hal tersebut sangat terkait erat dengan data yang tersedia yakni paling sedikit nelayan di Kecamatan Kei Kecil Barat telah
berpengalaman sebagai nelayan, minimal selama 20 tahun dan paling lama atau maksimal selama 50 tahun.
Apabila dibandingkan dengan nelayan di kecamatan lain, maka kondisi ini sangat berbeda jauh. Data ini juga memberikan informasi bahwa pada kecamatan-
kecamatan di luar Kecamatan Kei Kecil Barat, sebarannya sangat beragam dalam hal usia nelayan. Hal ini turut memberikan dukungan informasi dari sebaran usia
nelayan yang tersebar dari usia remajadewasa sampai dengan usia dewasa atau telah matang usianya.
3.2.6 Profesi Sampingan Nelayan
Profesi sampingan nelayan atau aktivitas mencari nafkah selain menangkap ikan di laut, adalah sebagaimana disajikan datanya pada Tabel 20 di
bawah ini.
Tabel 20 Profesi sampingan nelayan
Kecamatan Profesi Sampingan
Total Tidak
Ada Buruh Wirausaha
Tani Lainnya
Kei Kecil 2
21 9
15 4
51 Kei Kecil Timur
2 5
4 3
14 Kei Kecil Barat
5 2
7 Kei Besar Tengah
3 12
2 9
2 28
Total 7
43 15
27 8
100
Berdasarkan Tabel 20 tersebut di atas, dapat diketahui bahwa profesi sampingan nelayan di 4 kecamatan wilayah penelitian didominasi pada pekerjaan
sebagai buruh dan juga sebagai petani. Profesi sampingan sebagai buruh merupakan sebuah pekerjaan lepas, yakni hanya dilakukan bersifat temporer dan
dalam jangka waktu tertentu yang relatif singkat. Pekerjaan sebagai buruh dilakukan oleh nelayan pada saat industri-industri yang berada di sekitar
wilayahnya, membutuhkan tenaga outsourching tambahan untuk memenuhi kapasitas produksinya. Aktivitas bertani dilakukan oleh nelayan sambil mengisi
waktu luang yang tersedia, baik pada saat sepulang berlayar maupun sambil menunggu waktu berlayar untuk mencari atau menangkap ikan. Terdapat 15
responden yang memiliki profesi sampingan sebagai wirausaha, 8 profesi lainnya, dan 7 berprofesi tunggal sebagai nelayan atau tidak memiliki profesi
sampingan selain sebagai nelayan.
3.2.7Tata Niaga
Kegiatan pemasaran ikan-ikan hasil tangkapan nelayan di Maluku Tenggara pada umumnya dilakukan melalui Tempat Pelelangan ikan TPI.
Namun demikian tidak semua nelayan menjual hasil tangkapannya melalui TPI.Nelayan yang menjual hasil tangkapannya melalui TPI adalah nelayan yang
memperoleh hasiltangkapan dalam jumlah banyak, sedang nelayan yang hasil tangkapannya sedikit biasanya langsung menjual kepada pedagang pengumpul
tanpa melalui pelelangan. Selain itu hasil tangkapan nelayan juga terkadang
langsung dijual secara kepada eksportir yang menggunakan kapal-kapal besar untuk dijual ke luar negeri.
Penjualan ikan di pelelangan dipimpin oleh juru lelang yang ditunjuk oleh Kepala TPI. Sistem penawaran lelang dilakukan dengan cara meningkat dan
penawar tertinggi akan memperoleh prioritas untuk membeli ikan yang ditawarkan oleh nelayan. Pembayaran dari bakul kepada nelayan dilakukan secara
tunai setelah dipotong biaya retribusi yang ditetapkan. Ikan-ikan yang dibeli tersebut kemudian di distribusikan kepada konsumen, baik konsumen yang berada
di wilayah Maluku Tenggara maupun konsumen yang berada diluar Maluku Tenggara.
Bakul pengecer memiliki saluran pemasaran yang paling pendek dibandingkan dengan bakul pengolah dan bakul pengumpul. Bakul pengecer
menyalurkan ikan kepada konsumen melalui pedagang pengecer, daerah pemasaran ikan-ikan yang dijual bakul pengecer adalah daerah Maluku Tenggara
dan sekitarnya. Sedang bakul pengolah menyalurkan ikan-ikan yang dibelinya dari pelelangan kepada para pengolah yang banyak terdapat di daerah tersebut
atau mengolah sendiri ikan-ikan yang dibelinya. Bakul pengumpul menyalurkan ikan-ikan yang dibeli dari pelelangan kepada pedagang besar, yang terdapat diluar
Maluku Tenggara. Biasanya pedagang pengumpul merupakan agen atau perwakilan pedagang besar. Dari pedagang-pedagang besar, ikan-ikan tersebut di
distribusikan lagi kepada pedagang pengecer untuk kemudian dijual kepada konsumen akhir.
Bakul merupakan satuan penjualan ikan tangkap, di mana apabila dikonversi ke dalam satuan kilogram bermakna 1 bakul memiliki nilai ukuran
yang sama dengan 30 kilogram. Bakul itu sendiri adalah wadah atau tempat penyimpanan beragam ikan hasil tangkap yang diperoleh nelayan dari hasil
melaut untuk kemudian dipasarkan melalui jaringan rantai tata niaga pemasaran yang tersedia.
Penghasilan yang diperoleh nelayan secara umum relatif belum maksimal.Hal terjadi akibat adanya gejala eksploitasi dalam praktik pemasaran
dan penerapan sistem bagi hasil. Gejala eksploitasi dalam praktik pemasaran dilakukan pedagang perantara, yaitu bakul atau pengumpul sedangkan gejala
eksploitasi dalam bagi hasil dilakukan oleh juragan terhadap ABK. Pasar Tual merupakan pasar terbesar di Kei Kecil, yakni sebagai tempat di mana hasil
tangkapan nelayan dipasarkan. Selesai operasi penangkapan, ikan hasil tangkapan kemudian langsung dibawa ke pasar dengan motor tempel yang juga digunakan
untuk kegiatan penangkapan. Apabila ada nelayan yang menangkap ikan dengan menggunakan perahu tanpa motor, maka hasil tangkapannya dititipkan pada
nelayan yang menggunakan motor tempel dengan ikut menanggung bahan bakar yang diperlukan. Aktivitas ini terjadi secara rutin dari waktu ke waktu dan
mengalami puncak kesibukan tertinggi yaitu pada masa panen.
Pendapatan nelayan pemilik dihitung dengan mengurangkan seluruh biaya terhadap nilai hasil tangkapan. Biaya yang dikeluarkan meliputi biaya investasi,
operasi, perawatan dan tenaga kerja. Besarnya biaya penyusutan dan perawatan ditentukan pada persentase pemakaian. Sistem bagi hasil yang berlaku pada
umumnya adalah perahu dan jaring, mesin, dan setiap tenaga kerja masing-masing menerima bagian yang sama. Perahu maupun jaring menerima bagian yang sama
dengan tenaga kerja. Pembagian ini dihitung dari nilai produksi setelah dikurangi