yang menghubungkan pusat yang satu dengan yang lainnya guna mobilisasi orang dan barang.
c. Peningkatan Potensi dan Produksi Ikan dari Jumlah Tangkapan Yang Diperbolehkan JTB
Berdasarkan potensi dan produksi ikan, maka pemanfaatan sumberdaya ikan dari perairan sekitar Kecamatan Kei Kecil Timur adalah sebesar 45,39
dari potensi yang tersedia di wilayah 0-4 mil laut dengan jumlah tangkapan yang diperbolehkan JTB telah tercapai. Hal ini berarti sumberdaya ikan
yang masih dapat dimanfaatkan, dapat dilakukan hanya dengan mengakses daerah penangkapan yang lebih jauh di perairan sekitarnya.
Produksi ikan yang dihasilkan dari perairan sekitar Kecamatan Kei Kecil Barat, dapat mencapai 609,82 tontahun. Hal ini berarti pemanfaatan
sumberdaya ikan dari aktifitas penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan-nelayan setempat baru mencapai 7,85 dari potensi ikan yang
tersedia atau 19,63 dari jumlah tangkapan yang diperbolehkan JTB. Potensi ikan yang tersedia di perairan 0-4 mil laut Kecamatan Moa Lakor
sebesar 5.048,58 tontahun dengan jumlah tangkapan yang diperbolehkan JTB sebesar 2.018,84 tontahun. Pemanfaatan sumberdaya ikan dari perairan
ini mencapai 39,44 dari potensi yang tersedia atau 98,63 dari JTB.
d. Potensi Provinsi Kepulauan
Letak geografis dalam pembagian kemakmuran terhadap suatu daerah, baik melalui DAU, DAK, maupun alokasi fiskal lainya seperti dana
penyesuaian infrastruktur daerah, tugas pembantuan, dana insentif daerah maupun adhoc; parameternya telah mengakomodasi perhitungan luas daerah
dengan memasukan luas perairan sebagai bagian dari luas wilayah suatu provinsi. Jika sebelumnya, alokasi fiskal hanya menghitung luas daratan saja,
maka sejak adanya regulasi mengenai provinsi kepulauan sejak saat itu pula telah terjadi peningkatan anggaran bagi provinsi kepulauan untuk menunjang
sarana dan prasarana maritim, khususnya transportasi laut sebagai penghubung antar pula. Selain itu pemerintah pusat menggalakkan kebijakan nasional
dengan nama koridor ekonomi dan juga domestic connectivity sebagai entry point bergairahnya sektor transportasi pada masa datang dan peluang
pengembangan transportasi laut di wilayah provinsi.
e. Letak Provinsi Maluku yang strategis
Provinsi Maluku dan kabupaten-kabupaten di dalamnya mempunyai posisi yang penting karena berbatasan dengan negara tetangga yaitu Timor
Leste dan Australia, serta sebagai salah satu gerbang kerjasama ekonomi berupa perdagangan ekspor dan impor dari dan menuju Timor Leste, Australia
dan Papua New Guinea serta kerjasama di negara – negara Pasifik seperti Jepang, Korea dan Taiwan. Sebagai wilayah perbatasan tidak lagi menjadi
yang terkebelakang tetapi adalah merupakan beranda terdepan untuk menjaga dan mengamankan sumber daya kelautan Indonesia agar tidak menjadi zona
illegal fishing bagi kepentingan negara tetangga. Oleh sebab itu kabupaten – kabupaten yang berada di Provinsi Maluku akan berfungsi ganda yaitu sebagai
pengaman kedaulatan negara dan sebagai pengaman resources kelautan dan
perikanan di Indonesia. Dengan demikian dari posisi strategis tersebut akan melahirkan peluang ekonomi dan investasi disektor transportasi laut dan akan
mempunyai prospek yang bagus.
3.3.2.2 Ancaman a. Iklimcuaca yang tidak stabil
Kabupaten Maluku Tenggara berada diperairan laut dalam dan merupakan poros dari perjalanan arus antara laut dangkal Laut Jawa ke laut
dalam Laut Banda maka didalamnya selalu terjadi fenonema alam di laut yaitu iklim yang ekstrim dan berubah ubahnya cuaca. Walaupun perjalanan
arus tersebut mampu mengangkat nutrisi didasar laut yang dapat menjadi makanan ikan-ikan besar di laut dalam, namun iklim yang ekstrim tersebut
dapat mengancam keamanan nelayan dalam menjalankan aktivitas penangkapan ikan maupun aktivitas pemasaran ikan. Apalagi armada laut
yang tersedia atau yang dimiliki oleh nelayan relatif kecil dan sederhana sehingga bila terjadi ombak besar dan badai di laut maka moda transportasi
laut tersebut tidak dapat beroperasi atau tidak dapat digunakan untuk melaut.
b. Ketidakstabilan ekonomi makro
Ketidakstabilan ekonomi makro akan menjadikan pengembangan pembangunan wilayah perdesaan dan upaya optimalisasi pemasaran ikan,
menjadi terhambat dan bahkan menjadi terabaikan. Misalnya bila terjadi kenaikan suku bunga maka invetasi sektor transportasi laut akan turun. Bila
suku bunga turun, tidak secara langsung meningkatkan jumlah investor dalam berinvestasi pada pembangunan wilayah perdesaan dan mengambil peranan
penting dalam pemasaran ikan. Hal ini disebabkan khususnya disektor transportasi laut masih digolongkan oleh para investor sebagai sebuah
investasi beresiko tinggi. Bila terjadi kenaikan harga BBM maka biaya transportasi pemasaran ikan juga secara langsung akan terkena dampaknya.
Dengan demikian sektor transportasi laut merupakan sektor yang sangat prospek tapi juga sangat sensitif terhadap perkembangan eksternal
perekonomian makro.
c. Inefisiensi biaya transportasi akibat rute pelayaran jarak tempuh dari ibu kota provinsi yang masih panjang
Untuk melengkapi pelayanan kapal PELNI yang mempunyai lintasan multi port salah satunya Ambon-Saumlaki, tersedia kapal perintis yang
doperasikan untuk melayani lintasan dengan jarak menengah dan jauh. Jarak lintasan kapal perintis terjauh adalah jarak lintasan Ambon-Saumlaki dengan
total jarak pelayanan sejauh 3.230 mil yang ditempuh selama 25 hari untuk sekali voyage. Dengan jauhnya jarak pelayanan dan waktu tempuh yang
begitu lama menjadikan transportasi laut di wilayah ini sangat penting dan mahal.
Dengan jauhnya jarak pelayanan mengakibatkan frekwensi kapal PELNI yang menyinggahi pelabuhan Saumlaki setiap 14 empat belas
hari.Saat ini ada 2 kapal PELNI yang menyinggahi pelabuhan Saumlaki sehingga frekweksi kunjungan kapal PELNI setiap 7 hari yang melayani
lintasan Ambon-Saumlaki. Untuk 5 lima unit kapal perintis maka frekwensi
kunjungan kapal ke pelabuhan Saumlaki cukup bervariasi, yang terlama adalah untuk lintasan Ambon-Saumlaki dengan waktu tempuh 25 hari untuk
sekali voyage dengan jumlah voyage dalam satu tahun sebanyak 14 voyage.
d. Maraknya pencurian ikan illegal fishing
Maraknya pencurian ikan illegal fishing yang dilakukan oleh para nelayan dari luar negeri menyebabkan kerugian bagi para nelayan. Para
nelayan illegal tersebut menggunakan kapal motor dan peralatan penangkapan ikan yang relatif lebih canggih, sehingga mampu memperoleh ikan dalam
jumlah atau kapasitas yang lebih maksimal. Kegiatan pencurian ikan sangat merugikan bagi nelayan Maluku Tenggara, dikarenakan potensi ikan yang
seharusnya dapat dimanfaatkan oleh nelayan, menjadi berkurang potensinya karena telah ditangkap secara illegal oleh para pencuri ikan yang
menggunakan alat tangkap lebih canggih dan lebih mampu memperoleh ikan dalam jumlah optimal.
e. Proses penangkapan ikan yang merusak ekosistem laut
Proses penangkapan ikan terkadang menggunakan teknik atau cara yang tidak memperhatikan dampak negatifnya bagi kelestarian ekosistem laut.
Salah satu teknik penangkapan ikan yang berdampak pada kerusakan ekosistem laut adalah proses penangkapan ikan dengan menggunakan bahan
peledak. Teknik ini memang mampu menghasilkan atau menangkap ikan dalam volume yang lebih besar dan waktu penangkapan yang lebih singkat,
namun merusak ekosistem laut sehingga dalam jangka panjang akan berdampak pada kerugian secara massive.
3.4. Tahap Masukan
Pada tahap ini dilakukan analisis IFE Internal Factors Evaluation dan EFE External Factor Evaluation. Analisis IFE – EFE tersebut didasarkan pada
hasil identifikasi kekuatan dan kelemahan yang merupakan faktor strategi internal serta identifikasi peluang dan ancaman yang merupakan faktor strategi eksternal.
Pengisian matriks IFE-EFE dilakukan dengan caramemberikan bobot dan rating pada setiap faktor strategi internal dan eksternal tersebut.
Tabel 25 Matriks IFE
Variabel Bobot Rangking
Skor A. Kekuatan
1 Wilayah atau daerah penangkapan ikan yang luas
0.145 3
0.435 2
Kuantitas ketersediaan alat dan armada tangkap ikan yang mencukupi
0.075 4
0.300 3
Kemampuan produksi ikan tangkap yang baik 0.135
4 0.540
4 Memiliki potensi sumber daya ikan melimpah
0.082 4
0.328 5
Memiliki pulau-pulau besar dan kecil 0.051
4 0.204
6 Pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk
mengatur keuangannya sendiri 0.012
4 0.048
Jumlah A
0.500 1.855