Sebaran Usia Nelayan di Wilayah Kecamatan Kei Kecil

langsung dijual secara kepada eksportir yang menggunakan kapal-kapal besar untuk dijual ke luar negeri. Penjualan ikan di pelelangan dipimpin oleh juru lelang yang ditunjuk oleh Kepala TPI. Sistem penawaran lelang dilakukan dengan cara meningkat dan penawar tertinggi akan memperoleh prioritas untuk membeli ikan yang ditawarkan oleh nelayan. Pembayaran dari bakul kepada nelayan dilakukan secara tunai setelah dipotong biaya retribusi yang ditetapkan. Ikan-ikan yang dibeli tersebut kemudian di distribusikan kepada konsumen, baik konsumen yang berada di wilayah Maluku Tenggara maupun konsumen yang berada diluar Maluku Tenggara. Bakul pengecer memiliki saluran pemasaran yang paling pendek dibandingkan dengan bakul pengolah dan bakul pengumpul. Bakul pengecer menyalurkan ikan kepada konsumen melalui pedagang pengecer, daerah pemasaran ikan-ikan yang dijual bakul pengecer adalah daerah Maluku Tenggara dan sekitarnya. Sedang bakul pengolah menyalurkan ikan-ikan yang dibelinya dari pelelangan kepada para pengolah yang banyak terdapat di daerah tersebut atau mengolah sendiri ikan-ikan yang dibelinya. Bakul pengumpul menyalurkan ikan-ikan yang dibeli dari pelelangan kepada pedagang besar, yang terdapat diluar Maluku Tenggara. Biasanya pedagang pengumpul merupakan agen atau perwakilan pedagang besar. Dari pedagang-pedagang besar, ikan-ikan tersebut di distribusikan lagi kepada pedagang pengecer untuk kemudian dijual kepada konsumen akhir. Bakul merupakan satuan penjualan ikan tangkap, di mana apabila dikonversi ke dalam satuan kilogram bermakna 1 bakul memiliki nilai ukuran yang sama dengan 30 kilogram. Bakul itu sendiri adalah wadah atau tempat penyimpanan beragam ikan hasil tangkap yang diperoleh nelayan dari hasil melaut untuk kemudian dipasarkan melalui jaringan rantai tata niaga pemasaran yang tersedia. Penghasilan yang diperoleh nelayan secara umum relatif belum maksimal.Hal terjadi akibat adanya gejala eksploitasi dalam praktik pemasaran dan penerapan sistem bagi hasil. Gejala eksploitasi dalam praktik pemasaran dilakukan pedagang perantara, yaitu bakul atau pengumpul sedangkan gejala eksploitasi dalam bagi hasil dilakukan oleh juragan terhadap ABK. Pasar Tual merupakan pasar terbesar di Kei Kecil, yakni sebagai tempat di mana hasil tangkapan nelayan dipasarkan. Selesai operasi penangkapan, ikan hasil tangkapan kemudian langsung dibawa ke pasar dengan motor tempel yang juga digunakan untuk kegiatan penangkapan. Apabila ada nelayan yang menangkap ikan dengan menggunakan perahu tanpa motor, maka hasil tangkapannya dititipkan pada nelayan yang menggunakan motor tempel dengan ikut menanggung bahan bakar yang diperlukan. Aktivitas ini terjadi secara rutin dari waktu ke waktu dan mengalami puncak kesibukan tertinggi yaitu pada masa panen. Pendapatan nelayan pemilik dihitung dengan mengurangkan seluruh biaya terhadap nilai hasil tangkapan. Biaya yang dikeluarkan meliputi biaya investasi, operasi, perawatan dan tenaga kerja. Besarnya biaya penyusutan dan perawatan ditentukan pada persentase pemakaian. Sistem bagi hasil yang berlaku pada umumnya adalah perahu dan jaring, mesin, dan setiap tenaga kerja masing-masing menerima bagian yang sama. Perahu maupun jaring menerima bagian yang sama dengan tenaga kerja. Pembagian ini dihitung dari nilai produksi setelah dikurangi biaya operasi, baik biaya tetap fixed cost maupun biaya variabel variable cost yang besarannya berbanding lurus dengan volume ikan hasil tangkap nelayan. Rantai tata niaga pemasaran ikan di Maluku Tenggara yang menggambarkan saluran distribusi dan perkembangan harga jual ikan khususnya dalam hal ini adalah ikan layang pada setiap saluran distribusi pemasaran, dapat diilustrasikan pada Gambar 11 di bawah ini. Ket : = Rantai Pasok Pasar Lokal = Nilai Keuntungan Margin 1 bakul = 30 Kg Gambar 11 Tata niaga pemasaran ikan di Maluku Tenggara Mengacu pada Gambar 11, maka tata niaga pemasaran ikan di Maluku Tenggara pada dasarnya semua pihak mengambil keuntungan sebagai selisih antara harga jual dengan harga beli. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa asumsi perkiraan margin keuntungan pada setiap jalur distribusi cukup beragam. Dalam hal ini rantai tata niaga diawali oleh aktivitas penjualan ikan yang dapat dijual secara langsung kepada pedagang pengumpul, maupun terlebih dahulu dijual melalui TPI, terdistribusi sampai ke tangan konsumen akhir. Harga jual ikan layang pada masa panen dalam volume 30 Kg per-bakul. Rantai pasok dimulai dari nelayan yang menjual kepada TPI sebesar Rp.200.000 atau Rp.6.667Kg, kemudian oleh TPI dijual kembali kepada pedagang pengumpul sebesar Rp.230.000 atau Rp.7.667Kg yang artinya TPI mengambil margin keuntungan sebesar 15 atau Rp.1.000Kg. Rantai tata niaga kemudian berlanjut yakni aktivitas pemasaran ikan dari pedagang pengumpul kepada pedagang pengecer sebesar Rp.253.000 atau Rp.8.433Kg artinya pedagang pengumpul mengambil margin keuntungan sebesar 10 Rp.766Kg. Aktivitas terakhir dari tata niaga pemasaran ikan adalah dari pedagang pengecer kepada konsumen akhir sebesar Rp.300.000 atau Rp.10.000Kg dengan margin keuntungan sebesar 18,58 Rp.1.567Kg. Rantai tata niaga selain dari pedagang pengumpul kepada pedagang pengecer, dapat juga terjadi dari pedagang 18,58 = Rp.1.567Kg 15 = Rp.1.000Kg Bakul Kecil dan Pedagang Pengumpul TPI Bakul Kecil Nelayan Restoran per-bakul Rp.200.000 per-bakul Rp.230.000 per-bakul Rp.253.000 per-bakul Rp.300.000 per-bakul Rp.210.000 per-bakul Rp.280.000 Konsumen Akhir Pedagang Pengecer Pedagang Pengumpul Rp.6.667Kg Rp.10.000Kg Rp.9.333Kg Rp.7.667Kg Rp.8.433Kg Rp.7.000Kg 10 = Rp.667Kg 10 = Rp.766Kg 10,67 = Rp.1.666Kg