Kemampuan Produksi Ikan Tangkap yang Baik
Pembangkit yang ada sangat tergantung pada BBM dan rata ‐rata umur mesin
sudah tua, pasokan listrik ke pedesaan tidak mengalami peningkatan, sebagian desa yang terisolir dan tersebar di kepulauan belum memiliki listrik.
Hubungan fungsional antara pusat ibu kota kabupatenibu kota kecamatan dengan wilayah belakangnya terutama berkaitan dengan fungsi dan
peran kota sebagai pusat pemerintahan, pendidikan, pusat perdagangan masih relatif rendah. Hal ini di samping kurangnya sarana dan prasarana transportasi
juga pola penyebaran desa di pulau - pulau yang relatif jauh. Sejatinya dengan adanya keterpaduan antara proses perencanaan tata ruang dan perencanaan
pembangunan maka proses pemaduserasian ini tidak hanya berhenti pada rencana makro saja, namun ditindaklanjuti pada tahapan yang lebih detail lagi.
Berkembangnya ilmu wilayah merupakan momentum penting di dalam kajian perencanaan dan pengembangan wilayah. Sebagai suatu kombinasi dari seni
serta kumpulan-kumpulan pengalaman dan pendekatan, kajian perencanaan dan pengembangan wilayah seharusnya lebih berpihak pada publik melalui
ketersediaan kelayakan sarana-prasarana.
Gambar 16 Peta jalur transportasi Kabupaten Maluku Tenggara d.
Belum berkembangnya prasarana, kelembagaan dan sistem manajemen perikanan
Belum berkembangnya keberadaan prasarana Tempat Pelelangan Ikan TPI dan kelembagaan perikanan seperti lembaga perkreditan, perbankan,
koperasi perikanan yang mandiri dan organisasi nelayan secara aktif, tepat dan benar.
Pembangunan gedung Tempat Pelelangan Ikan TPI dalam
pelaksanaannya kerap mengalami ketimpangan dalam menjalankan aktivitas operasionalnya. Hal ini disebabkan keberadaan atau letak dari TPI tersebut
kurang strategis dengan letak perkampungan nelayan. Selain itu juga belum adanya sebuah pola pengembangan sistem manajemen perikanan secara
efektif dan efisien, sesuai dengan sumberdaya perikanan yang tersedia di antara instansi terkait dengan masyarakat nelayan. Kondisi ini juga disebabkan
kurangnya kerja sama yang baik antara pemerintah, swasta, lembaga masyarakat, dan masyarakat perikanan umum dalam proses pengembangan
sumberdaya kelautan dan perikanan.
Pendapatan masyarakat nelayan yang tidak stabil akan menjadi kelemahan bagi pembangunan dan pengembangan sistem manajemen
perikanan, karena sumber pendapatan masyarakat nelayan umumnya berasal dari sumberdaya ikan. Tidak seperti sumberdaya alam lainnya, seperti
pertanian dan peternakan yang kepemilikannya jelas, sumberdaya ikan relatif sifatnya terbuka open access walau sebagian sudah diatasi dengan
kepemilikan bagan, sehingga pihak bank maupun lembaga keuangan lainnya masih enggan memberikan pinjamankredit bagi masyarakat nelayan guna
mengembangkan usahanya, misalkan dalam haloptimalisasi transportasi laut seperti kepemilikan kapal rakyat.