memperjelas batas wilayah perairan, agar kegiatan atau aktivitas penangkapan ikan yang dilakukan secara illegal dapat diminimalisir.
Merancang sistem manajemen perikanan terpadu WT4
Inefisiensi biaya transportasi menyebabkan perolehan laba bersih dari aktivitas penangkapan ikan menjadi kurang optimal, sehingga diperlukan
sebuah sistem manajemen perikanan terpadu. Sistem manajemen
perikanan terpadu yang dapat menciptakan koordinasi harmonis pada rantai saluran distribusi pemasaran ikan. Dengan adanya sistem
manajemen perikanan terpadu, maka akan dapat mengoptimalkan promosi potensi perikanan laut di Maluku Tenggara secara berkesinambungan.
Sistem manajemen perikanan terpadu juga akan dapat memberikan informasi batas wilayah dan pelestarian ekosistem dengan jelas, sehingga
dapat meminimalisir pencurian ikan dan tetap menjaga ekosistem laut.
3.6. Tahap Pengambilan Keputusan
Tahap selanjutnya dari perumusan strategi adalah tahap pengambilan keputusan dengan menggunakan analisis QSPM Quantitative Strategic Planning
matrix. Analisis ini ditujukan untuk menentukan prioritas strategi pengembangan transportasi laut antar pulau dalam rangka peningkatan pembangunan ekonomi
daerah di Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Analisis QSPM dilakukan dengan caramemberikan nilai kemenarikan relatif Attractive Score = AS pada masing-
masing faktor internal maupun eksternal. Strategi yang mempunyai total nilai kemenarikan relatif Total Attractive Score = TAS yang tertinggi merupakan
prioritas strategi.
Dari 14 alternatif strategi yang telah dihasilkan, kemudian lebih disederhanakan dengan hanya memilih 1 alternatif strategi terbaik pada tiap-tiap
faktor. Hasil analisis visualnya adalah sebagaimana disajikan pada bagan analisis laba-laba berikut ini:
Gambar 18 Hasil Analisis Diagram Jaring Laba-laba
1 2
3 4
SO1 SO2
SO3 WO1
WO2 WO3
ST1 ST2
ST3 ST4
WT1 WT2
WT3 WT4
Mengacu pada gambar tersaji di atas, maka dapat diketahui bahwa alternatif strategi yang dipilih untuk dilanjutkan dalam perhitungan TAS adalah
pada alternatif strategi SO3, WO1, ST4, dan WT1.Hasil analisis dan perhitungan nilai TAS adalah sebagaimana disajikan berikut ini.
Tabel 28 Analisis QSPM
Faktor Kunci Bobot
SO3 WO1
ST4 WT1
AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS A. Peluang
- Potensi wisata pantai dan wisata bahari
0.194 3
0.58 2
0.39 4
0.78 1
0.19 - Wilayah perbatasan dan
termasuk dalam konsep gugus Pulau Maluku
0.055 2
0.11 4
0.22 3
0.17 1
0.06 - Peningkatan potensi ikan dari
JTB 0.093
3 0.28
1 0.09
4 0.37
2 0.19
- Potensi provinsi kepulauan 0.075
2 0.15
1 0.08
4 0.30
3 0.23
- Letak strategis 0.083
3 0.25
2 0.17
4 0.33
1 0.08
B. Peluang - Iklimcuaca yang tidak stabil
0.075 2
0.15 1
0.08 3
0.23 4
0.30 - Ketidakstabilan ekonomi
makro 0.075
4 0.30
2 0.15
3 0.23
1 0.08
- Inefisiensi biaya transportasi 0.100
3 0.30
1 0.10
4 0.40
2 0.20
- Pencurian ikan illegal fishing
0.100 3
0.30 2
0.20 4
0.40 1
0.10 - Proses penangkapan ikan
yang merusak ekosistem laut 0.150
2 0.30
1 0.15
4 0.60
3 0.45
Jumlah AB 1
2.72 1.63
3.81 1.88
C. Kekuatan - Wilayah atau daerah
penangkapan ikan yang luas 0.145
2 0.29
3 0.44
4 0.58
1 0.15
- Kuantitas ketersediaan alat dan armada tangkap ikan
yang mencukupi 0.075
2 0.15
1 0.08
3 0.23
4 0.30
- Kemampuan produksi ikan tangkap yang baik
0.135 4
0.54 2
0.27 3
0.41 1
0.14 - Memiliki potensi sumber
daya ikan melimpah 0.082
4 0.33
1 0.08
3 0.25
2 0.16
- Memiliki pulau-pulau besar dan kecil
0.051 3
0.15 2
0.10 4
0.20 1
0.05 - Pemerintah daerah memiliki
kewenangan untuk mengatur keuangannya sendiri
0.012 3
0.04 1
0.01 4
0.05 2
0.02
Lanjutan Tabel 28
Faktor Kunci Bobot
SO3 WO1
ST4 WT1
AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS D. Kelemahan
- Daya saing perekonomian daerah dan kualitas SDM
yang masih rendah 0.112
2 0.22
3 0.34
4 0.45
1 0.11
- Kesenjangan pembangunan antar wilayah
0.091 2
0.18 1
0.09 3
0.27 4
0.36 - Infrastruktur sarana dan
prasarana yang belum memadai
0.092 2
0.18 4
0.37 3
0.28 1
0.09 - Belum berkembangnya
prasarana, kelembagaan dan sistem manajemen perikanan
0.082 2
0.16 1
0.08 3
0.25 4
0.33
- Promosi potensi perikanan laut yang tidak
berkesinambungan dan terbatas
0.081 3
0.24 2
0.16 4
0.32 1
0.08
- Kualitas pelayanan publik yang belum optimal
0.042 2
0.08 4
0.17 3
0.13 1
0.04 Jumlah CD
1 2.56
2.19 3.42
1.83
Jumlah AB + CD 2
5.28 3,82
7,23 3.71
Mengacu pada Tabel 28 tersebut di atas, diketahui bahwa nilai TAS terbesar adalah pada alternatif strategi ST4 yakni pembentukan dan perkuatan
koperasi nelayan. Koperasi sempat mengalami masa-masa kritis di mana kepercayaan dari masyarakat sudah mulai hilang secara perlahan. Selain itu,
koperasi juga mengalami kesulitan dalam pendanaan operasional kegiatan koperasi akibat unit usahanya yang mulai ‘gulung tikar’. Untuk memberdayakan
kembali koperasi, pemerintah daerah perlu berinisiatif untuk mengoptimalkan pengelolaan pelelangan dan pemasaran ikan kepada koperasi sebagai unit
usahanya, karena koperasi dianggap merupakan lembaga yang gerakannya berasal dari bawah masyarakat nelayan dan dianggap mampu untuk menyelenggarakan
pelelangan sebagai bagian dari distribusi pemasaran ikan.
Strategi ini merupakan sebuah strategi kemitraan yang membutuhkan suatu usaha untuk membangun kerjasama, komunikasi yang baik antara pihak mitra
perikanan maupun para investor dengan nelayan. Sehingga dalam proses pemasaran ikan tidak mengalami kemacetan dan produktivitas hasil tangkapan
dapat ditingkatkan. Dengan demikian diperlukan adanya pembaharuan manajemen pengelolaan koperasi nelayan yang berada di wilayah Kabupaten
Maluku Tenggara, karena koperasi nelayan merupakan informasi dasar untuk dapat dilanjutkan kepada mitra pemasaran dan rantai pasokan pemasaran
berikutnya.