Profesi Sampingan Nelayan Sebaran Usia Nelayan di Wilayah Kecamatan Kei Besar Tengah

Tabel 22 Pendapatan nelayan per bu pada empat No Kecamatan 1 Kei Kecil 2 Kei Kecil Timur 3 Kei Kecil Barat 4 Kei Besar Tengah Hasil produksi perikanan sebesar 57 dari volume Tual dan sisanya dipasarkan kepada kapal-kapal penampung nelayan langsung di la dilaksanakan oleh pedagang pe dipasarkan di pasar lokal Maluku Tenggara jumlahnya merupakan pedagang pengumpul untuk jenis ikan kecil. Mengacu pada Berita sementara ekspor Maluku 16.135.571,00 kg atau sekitar sebesar US10.649.360. Ekspor M dari kelompok komoditi antara lain:  Ikan beku lainnya US7,31 juta;  Udang kecil dan udang biasa lainnya  Udang kecil dan udang biasa lainnya  Filletbeku ikan tuna, cakalang atau  Cumi lainnya beku US0,  Udang kecil dan udang biasa lainnya  lainnya US0,26 juta. Adapun nilai ekspor sebagaimana disajikan pada g endapatan nelayan per bulan 20 hari kerja pada empat Kecamatan di Maluku Tenggara Kecamatan Rata-rata Pendapatan Rp Maksimum Minimum Rata n = 51 9.836.667 5.907.407 8.107.729 n = 14 9.821.429 7.738.095 8.729.642 n = 7 9.777.778 7.765.238 8.621.547 r Tengah n = 28 9.990.000 8.753.750 9.402.900 produksi perikanan skala besar dipasarkan keluar negeri volume hasil tangkap melalui pelabuhan perikanan nasional dipasarkan secara langsung di laut oleh nelayan-nelayan kapal penampung dari luar yang membeli ikan hasil tangkapan di laut. Pemasaran hasil tangkapan nelayan tradisional pedagang pengumpul yang bermukim di desa-desa nelayan da pasar lokal di wilayah Maluku Tenggara. Pedagang pengumpul Tenggara jumlahnya tidak banyak, dan pada umumnya n pedagang pengumpul untuk jenis ikan kecil. pada Berita Resmi Statistik Tahun 2012 diketahui bahwa Maluku bulan Januari 2012 memiliki volume ekspor atau sekitar 16,14 ribu ton. Nilai ekspor bulan Januari 649.360. Ekspor Maluku pada awal tahun 2012 seluruhnya komoditi ikan dan udang, dengan komoditi spesifik menca beku lainnya US7,31 juta; dang kecil dan udang biasa lainnya beku dengan kepala US0,90 j dang kecil dan udang biasa lainnya beku tanpa kepala US0,68 juta; beku ikan tuna, cakalang atau stripe ‐bellied bonito US0,57 juta; umi lainnya beku US0,49 juta; dang kecil dan udang biasa lainnya beku US0,44 juta; dan lainnya US0,26 juta. nilai ekspor Maluku menurut Negara tujuan ekspornya gaimana disajikan pada gambar 12 di bawah ini : an Rp Rata-rata 8.107.729 8.729.642 8.621.547 9.402.900 negeri ekspor perikanan nasional di nelayan kecil hasil tangkapan nelayan tradisional desa nelayan dan Pedagang pengumpul di umumnya mereka diketahui bahwa Angka ekspor sebesar bulan Januari 2012 seluruhnya berasal spesifik mencakup beku dengan kepala US0,90 juta; pa kepala US0,68 juta; bonito US0,57 juta; ekspornya adalah Gambar 12 Nilai Ekspor M Seluruh aktivitas ekspor Pelabuhan Ambon dan Pelabuhan ditunjukkan pada Gambar 12 dengan nilai ekspor mencapai Maluku bulan Januari menurut Gambar 13 di bawah ini. Gambar 13 Volume dan Nilai Ekspor Angka sementara ekspor Maluku pada bulan Januari 2012 Nilai ekspor komoditi asal Maluku Ekspor komoditi asal Maluku melalui Pelabuhan Tanjung Perak 2012 ini datang dari kelompok komodit biji ‐bijian berminyak. Komoditi  Ikan tuna sirip kuning beku US0  Fillet ikan tuna loin lainnya beku US0,39 juta  Rumput laut dan ganggang lainnya Mengacu pada data sebagaimana diketahui bahwa pada pelabuhan yang tertinggi dibandingkan pada bahwa kapasitas produksi ikan kontribusi nyata dalam transaksi luas. Adapun kontribusi secara wilayah Kabupaten Maluku Tenggara, lanjut. Hal ini disebabkan data simultan terintegrasi dari data s Transaksi perdagangan ekonomi di wilayah Maluku khususnya terindikasi dari data menurut perikanan memberikan kontribusi Produk Domestik Bruto PDRB Nilai Ekspor Maluku Menurut Negara Tujuan Ekspor Januari 2011 US itas ekspor Maluku pada Januari 2012 dilakukan melalui Pelabuhan Tual dengan 9 negara tujuan sebagaimana Gambar 12. Thailand menjadi negara tujuan ekspor utama mencapai US6,04 juta. Komposisi volume dan nilai ekspor menurut pelabuhan muat adalah seperti digambarkan pada Volume dan Nilai Ekspor Maluku Menurut Pelabuhan Ekspor Januari 2011 US ntara ekspor komoditi asal Maluku yang diekspor dari 2012 adalah volume ekspor sebesar 0,17 ribu ton. asal Maluku bulan Januari 2012 sebesar US0,94 ju Maluku namun yang diekspor dari luar Maluku dimuat Tanjung Perak di Surabaya, Jawa Timur. Pada awal tahun kelompok komoditi ikan dan udang, serta kelompok komoditi bijian berminyak. Komoditi spesifik dari kedua kelompok komoditi adalah rip kuning beku US0,50 juta; Fillet ikan tuna loin lainnya beku US0,39 juta; dan n ganggang lainnya eucheuma spp. US0,05 juta. data sebagaimana disajikan pada Gambar 13 dapat da pelabuhan Tual memiliki berat atau volume dan nilai ekspor dibandingkan pada pelabuhan Ambon. Hal ini menjadi indikator produksi ikan di Maluku Tenggara telah mampu memberikan transaksi perdagangan ekspor di wilayah Maluku secara secara lebih terperinci untuk setiap jenis ikan tangkap Maluku Tenggara, belum dapat dilakukan penelaahan lebih disebabkan data kontribusi volume dan nilai ekspor tersedia secara ri data setiap kabupaten sehingga menjadi data provinsi. perdagangan ekspor tersebut dapat memicu pertumbuhan Maluku khususnya di Kabupaten Maluku Tenggara. Hal menurut BPS 2012 bahwa secara sektoral, sub sek kontribusi yang nyata terhadap sektor perikanan dalam PDRB Kabupaten Maluku Tenggara. Pada Tahun 2011 dilakukan melalui sebagaimana telah ekspor utama ekspor digambarkan pada nurut Pelabuhan Ekspor or dari luar 0,17 ribu ton. US0,94 juta. dimuat awal tahun ok komoditi adalah: 13 dapat nilai ekspor menjadi indikator memberikan Maluku secara tangkap di penelaahan lebih tersedia secara sehingga menjadi data provinsi. pertumbuhan Hal ini sub sektor perikanan dalam Tahun 2011 tercatat sub sektor perikanan mampu memberikan kontribusi sebesar 22,88 terhadap sektor pertanian, dan sektor pertanian itu sendiri memberi kontribusi sebesar 37,68 terhadap PDRB Kabupaten Maluku Tenggara. Subsektor Perikanan sangat besar kontribusinya di Kecamatan Kei Kecil, namun berdasarkan data BPS 2012 diketahui bahwa masih didominasi oleh nelayan tradisional.Hal itu terlihat dari perahu yang digunakan, yang sebagian besar Perahu tak bermotor, dan alat penangkapan ikan utama yang digunakan yaitu Pancing. Produksi Ikan Laut pada Kecamatan Kei Kecil selama tahun 2011 sebesar 10.547,1 ton BPS Maluku Tenggara, 2012. Berdasarkan pada data BPS 2012, subsektor Perikanan sangat besar kontribusinya di Kecamatan Kei Kecil Timur, dengan produksi Ikan Laut di Kecamatan Kei Kecil Timur selama tahun 2009 sebesar 6.471 Ton. Pada Kecamatan Kei Kecil Barat, produksi ikan selama tahun 2011 adalah sebesar 5.461,40 Ton. Pada Kecamatan Kei Besar Tengah produksi ikan selama tahun 2011 sebesar 9.914,2 Ton. Secara Sektoral, sektor Pertanian adalah penyumbang terbesar dalam perekonomian daerah Maluku Tenggara dengan sub sektor andalannya yakni Perikanan. Pada tahun 2011 kontribusi Sektor Pertanian sebesar 37,68 dengan konstribusi terbesar dari sub sektor Perikanan terhadap PDRB Maluku Tenggara yakni sebesar 22,88 Rp.113.542,45Rp.496.306,63 x 100. Data lengkap PDRB berdasarkan lapangan usaha pertanian, adalah sebagaimana disajikan pada tabel berikut: Tabel 23 Produk Domestik Regional Bruto PDRB Kabupaten Maluku Tenggara menurut lapangan usaha pertanian atas dasar harga berlaku 2009 – 2011[Jutaan Million Rp] Lapangan Usaha S e c t o r 2009 2010 2011 1 2 3 4 I. Pertanian Agriculture a. Tanaman Bahan Makanan Farm Food Crops b. Tanaman Perkebunan Non Food Crops c. Peternakan Hasil-hasilnya Livestock Products d. Kehutanan Forestry e. Perikanan Fishery 153.253,15 40.140,21 15.035,13 2.729,16 4.043,90 91.304,74 164.390,27 42.701,85 16.356,25 2.900,36 3.707,94 98.723,87 186.989,92 47.273,77 18.174,99 3.447,04 4.551,67 113.542,45 Sumber: BPS Maluku Tenggara 2012 Mengacu pada Tabel 23 diketahui bahwa dari keempat wilayah Kecamatan lokasi penelitian, dapat diketahui bahwa terkait distribusi pemasaran ikan pada Kecamatan Kei Kecil Barat memiliki nilai rata-rata paling kecil dibandingkan pada kecamatan lainnya. Pada kecamatan ini, waktu yang dibutuhkan pada saat menjual ikan di saluran distribusi menjadi lebih lama dibandingkan pada kecamatan lainnya. Hal ini dikarenakan nelayan harus melewati laut sebagaimana posisinya yang tidak berada dalam satu pulau, atau terpisah, sehingga terjadi disparitas antar wilayah. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi disparitas khususnya di bidang tata niaga pemasaran ikan, di antaranya sebagai berikut: a. Pemerataan investasi Dengan mendorong pemerataan investasi yang terjadi pada semua sektor, maka semua wilayah secara simultan akan berkembang infrastrukturnya. Dengan terjadinya perkembangan infrastruktur yang baik, maka akan turut meminimalisir disparitas dalam rantai distribusi pemasaran ikan. b. Pemerataan permintaan Untuk mengoptimalkan perolehan margin pada setiap rantai dalam saluran distribusi pemasaran, maka diperlukan adanya pemerataan permintaan dengan cara mengembangkan indsutri dan wilayah secara simultan. Dengan demikian kondisi ini bisa menciptakan permintaan-permintaan untuk tiap produk ikan tangkap nelayan. c. Pemerataan tabungan Tabungan sangat diperlukan agar dapat menstimulus investasi bagi pengembangan pemasaran ikan nelayan. Jika jumlah tabungan di suatu wilayah meningkat, maka potensi investasi juga akan meningkat. Beberapa upaya tersebut di atas dapat diinisiasi oleh Pemerintah pusat maupun Daerah, dengan melibatkan seluruh stakeholder bagi pengembangan pembangunan wilayah perdesaan di Maluku Tenggara. Optimalisasi pengembangan wilayah perdesaan akan sangat terkait dengan kondisi tingkat pengeluaran per kapitanya. Hal ini dapat dijadikan dasar bagi pemerintah pusat maupun daerah, dalam memfokuskan wilayah mana yang perlu lebih diprioritaskan pengembangan pembangunannya. Tabel 24 Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan menurut KabupatenKota 2010-2011 Kabupaten Kota 2010 2011 Maluku Tenggara Barat 411.011 499.587 Maluku Tenggara 422.240 572.021 Maluku Tengah 490.709 745.708 Buru 460.063 782.000 Kepulauan Aru 378.104 739.413 Seram Bagian Barat 429.637 570.014 Seram Bagian Timur 442.948 771.037 Maluku Barat Daya 319.637 531.713 Buru Selatan 507.954 584.593 Ambon 839.144 1.114.681 Tual 397.661 676.578 Sumber: BPS Maluku Tenggara 2012 Mengacu pada data pada Tabel 24, diketahui bahwa rata-rata pengeluaran per Kapita sebulan pada Kabupaten Maluku Tenggara masih relatif rendah, yakni Rp.422.240 pada tahun 2010 dan Rp.572.021 pada Tahun 2011, atau meningkat sebesar 35,47. Meskipun mengalami kenaikan, namun rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk wilayah Maluku Tenggara masih jauh lebih rendah jika dibandingkan Ambon maupun Maluku. Kontribusi sub sektor perikanan terhadap PDRB Maluku Tenggara yang mampu mencapai 22,88, perlu mendapatkan perhatian serius dari pemerintah pusat maupun daerah, dalam upaya meningkatkan pengembangan pembangunan wilayah perdesaaannya berbasis perikanan. Berbagai kebijakan dan program- program pengembangan pembangunan wilayah perdesaan di wilayah Maluku Tenggara berbasis sektor pertanian khususnya pada sub sektor perikanan, dapat dilakukan secara mendalam dengan memperhatikan kondisi faktor-faktor internal dan eksternalnya. Kemampuan memacu pertumbuhan suatu wilayah sangat tergantung dari keunggulan atau daya saing sektor-sektor ekonomi di wilayahnya, dalam hal ini pada Kabupaten Maluku Tenggara adalah sektor perikanan. Sebagai sebuah nilai strategis, sektor perikanan memacu atau menjadi pendorong utama pertumbuhan daerah-daerah yang ada di wilayahnya. Dengan demikian optimalisasi pemasaran ikan khususnya ikan tangkap memiliki relevansi erat dalam kerangka konseptual pembangunan wilayah yang digunakan secara luas, di samping sektor-sektor lainnya. Permintaan terhadap input dapat meningkat melalui perluasan permintaan terhadap output yang diproduksi oleh sektor basis ekspor dan sektor non-basis lokal atau services. Permintaan terhadap produksi sektor lokal hanya dapat meningkat jika pendapatan lokal meningkat. Peningkatan pendapatan akan terjadi jika sektor basis ekspor meningkat. Dengan demikian optimalisasi pemasaran ikan tangkap secara basis dan non-basis merupakan faktor penentu dalam pembangunan ekonomi bagi pembangunan wilayah di Kabupaten Maluku Tenggara. Rustiandi, dkk 2011 menjelaskan bahwa arus pendapatan yang dihasilkan dari aktivitas ekonomi industri basis akan meningkatkan investasi, kesempatan kerja, pendapatan dan konsumsi, pada gilirannya akan menaikkan pendapatan dan kesempatan kerja serta menaikkan permintaan hasil industri non basis. Hal ini berarti kegiatan industri basis memiliki peranan penggerak utama di mana setiap perubahan kenaikan atau penurunan memiliki efek pengganda terhadap perekonomian wilayah. Pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan juga menuntut perlakuan dan cara pandang yang berbeda untuk berbagai karakteristik sumberdaya alam. Laut merupakan sumberdaya alam yang bersifat esensial selain lahan, udara, hutan, dan lain sebagainya. Berbagai sumberdaya alam ini bersifat melekat dengan posisi atau lokasi di atas permukaan bumi. Oleh karenanya inventarisasi dan evaluasi sumberdaya alam memerlukan pendekatan geografik serta memerlukan pendekatan dan analisis spasial. Pengelolaan sumberdaya alam sangat ditentukan oleh sikap mental dan cara pandang manusia terhadap sumberdaya alam tersebut. Pandangan yang konservatif terhadap sumberdaya alam menyebabkan sikap manusia yang sangat berhati-hati di dalam memanfaatkan sumberdaya alam, karena manusia dihadapkan pada ketidakpastian masa depan. Pandangan lainnya adalah pandangan eksploitatif, yakni memandang sumberdaya alam sebagai mesin pertumbuhan. Potensi ikan tangkap di wilayah Maluku Tenggara yang melimpah perlu dieksploitasi secara bijak, artinya mengoptimalkan keberadaannya secara efektif namun dengan tetap menjaga kelestariannya bagi keberlangsungan hidup manusia di masa depan.

3.3 Analisis Faktor Internal dan Eksternal

Berdasarkan hasil pengamatan dan pengkajian yang mendalam terhadap kondisi obyektif wilayah Kabupaten Maluku Tenggara, baik dari perspektif potensi daerah maupun potensi nelayan, selanjutnya adapat diuraikan analisis faktor internal dan eksternal. Hal tersebut sebagai landasan untuk menetapkan strategi dalam meningkatkan pendapatan masyarakat nelayan dan pengembangan wilayah di Kabupaten Maluku Tenggara. Pengembangan wilayah di Maluku Tenggara harus memanfaatkan seluruh sumberdayayang dimilikinya.Sampai pada tahap tertentu, bisa saja sumberdaya yang dimiliki menjadi langka. Identifikasi faktor internal dan eksternal ini dapat memberikan alternatif solusi keyakinan bahwa kelangkaan sumberdaya akan memacu perkembangan teknologi untuk menanggulanginya. Peningkatan pendapatan masyarakat nelayan akan saling mendukung dengan pengembangan wilayah di Kabupaten Maluku Tenggara. Pengelolaannya akan selalu berhadapan dengan berbagai bentuk permasalahan sumberdaya sebagaimana diidentifikasi dalam aspek internal dan eksternal. Identifikasi faktor internal dan eksternal akan mampu memetakan secara jernih kondisi sebenarnya pada masyarakat nelayan dan kondisi wilayah di Kabupaten Maluku Tenggara. Proses pembangunan yang telah dilaksanakan saat ini tak pelak lagi memiliki efek samping negatif yang cukup kompleks, di antaranya adalah kesenjangan-kesenjangan pembangunan antarwilayah yang cukup besar. Investasi dan dan sumberdaya lebih terserap dan terkonsentrasi di wilayah perkotaan dan pusat-pusat pertumbuhan. Ketidakseimbangan pembangunan antar wilayah atau kawasan di Kabupaten Maluku Tenggara, di satu sisi terjadi dalam bentuk buruknya distribusi dan alokasi pemanfaatan sumber daya yang menciptakan inefisiensi dan tidak optimalnya sistem ekonomi. Pemerintah dapat mempengaruhi bentuk-bentuk maupun aliran-aliran dan keterkaitan berbagai sektor melalui berbagai intervensi kebijakan. Kebijakan- kebijakan tersebut dapat berupa reformasi agrarian, program intensifikasi diversifikasi pertanian, pengembangan organisasi masyarakat desa, dan program- program lingkungan.Pengembangan infrastruktur dasar perdesaan lainnya, dapat berupa pengembangan infrastruktur seperti pembangunan jalan maupun sistem transportasi, listrik, komunikasi, pelabuhan, dan lain sebagainya. Pengembangan infrastruktur dasar perdesaan tersebut akan mendukung optimalisasi pengembangan wilayah perdesaan di Kabupaten Maluku Tenggara berbasis sektor ekonomi andalan, yakni sektor perikanan dan kelautan. Dalam wilayah yang dipandang sebagai suatu sistem ekonomi, infrastruktur dikembangkan untuk memfasilitasi sistem aliran sumberdaya yang efisien, meningkatkan produktivitas, dan mendorong interaksi yang saling memperkuat.Peningkatan pendapatan masyarakat nelayan akan tercapai dengan optimal pada saat seluruh pihak-pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam pemasaran ikan, mampu diselaraskan secara harmonis pada program pengembangan wilayah di Kabupaten Maluku Tenggara. Hal inilah yang coba dipetakan pada analisis faktor-faktor internal dan eksternal, yakni dengan melakukan elaborasi dari perspektif kondisi wilayah maupun kondisi sebenarnya dari masyarakat nelayan.

3.3.1 Faktor Internal

Faktor internal terdiri dari kekuatan strengths dan kelemahan weakness. Faktor kekuatan meliputi: a Wilayah atau daerah penangkapan ikan yang luas; b Kuantitas ketersediaan alat dan armada tangkap ikan yang mencukupi, sehingga mampu menjaga kelancaran pasokan ikan di pasar; c Kemampuan produksi ikan tangkap yang baik; d. Memiliki potensi sumber daya ikan yang melimpah; f. Memiliki pulau–pulau besar dan kecil yang dapat menjadi daya dukung pemasaran ikan dan pengembangan wilayah. Faktor kelemahan meliputi: a daya saing perekonomian daerah dan Kualitas sumber daya manusia yang masih rendah; b. Kesenjangan pembangunan antar wilayah; c. Infrastruktur sarana dan prasarana yang belum memadaihubungan antara pusat ibu kota kabupaten dengan wilayah belakangnya belum semuanya terhubung; d Belum berkembangnya prasarana, kelembagaan dan sistem manajemen perikanan; e Promosi potensi perikanan laut yang tidak berkesinambungan dan terbatas ruang lingkup maupun media yang digunakan; 6 Kualitas pelayanan publik yang belum terselenggara secara optimal.

3.3.1.1 Kekuatan a. Wilayah atau daerah penangkapan ikan yang luas

Nelayan Kecamatan Kei Kecil melakukan penangkapan ikan di daerah penangkapan yang merupakan wilayah perairan di sekitarnya. Luas Perairan pada batas surut terendah hingga 4 mil laut di Kecamatan Kei Kecil adalah seluas 432,30 km 2 . Nelayan melakukan aktivitas penangkapan hingga pada batas wilayah perairan 4-12 mil laut dengan luas perairan 116,20 km 2 . Sehingga, perairan yang dijadikan sebagai daerah penangkapan ikan adalah seluas 548,50 km 2 . Perairan sekitar Kecamatan Kei Kecil Timur yang menjadi daerah penangkapan ikan pada wilayah 0-4 mil laut adalah seluas 158,39 km 2 . Nelayan-nelayan terkadang memgoperasikan alat tangkap hingga pada wilayah 4-12 mil laut wilayah kelola Provinsi Maluku, yang memiliki luas 177,42 km 2 . Dengan demikian, sumberdaya ikan dapat dimanfaatkan melalui aktifitas operasi penangkapan ikan pada daerah penangkapan ikan seluas 335,81 km 2 . Daerah penangkapan ikan di Kecamatan Kei Kecil Barat mencakup perairan di sekitarnya pada batas wilayah 0-4 mil laut, dengan luas 847,96 km 2 . Namun mengoperasikan alat penangkap ikan hingga di luar batas wilayah perairan tersebut hingga pada wilayah perairan 4-12 mil laut yang merupakan wilayah kelola Provinsi Maluku yang luasnya 1.236,96 km 2 .Dengan demikian, daerah penangkapan ikan bagi nelayan adalah perairan di sekitarnya seluas 2.084,92 km 2 . Luas daerah penangkapan ikan di sekitar Kecamatan Kei Besar pada wilayah perairan 0-4 mil laut adalah 781,38 km 2 dan pada wilayah perairan 4- 12 mil laut yang merupakan wilayah kelola Provinsi Maluku adalah 1.250,40 km 2 . Semua perairan ini dapat dimanfaatkan sebagai daerah penangkapan ikan oleh nelayan-nelayan setempat, seluas 2.031,78 km 2 yang ada di sekitarnya. Iklim di wilayah Kabupaten Maluku Tenggara pada umumnya dipengaruhi oleh Laut Banda, Laut Arafura, dan Samudera Indonesia yang dibayangi oleh Pulau Irian di Bagian Timur dan Benua Australia di Bagian Selatan, sehingga perubahan iklim dapat terjadi sewaktu-waktu. Adapun tipe iklim berdasarkan klasifikasi agroklimat, Kabupaten Maluku Tenggara termasuk dalam zona agroklimat C2 di mana bulan basah terjadi selama 5-6 bulan dan bulan kering terjadi selama 4-5 bulan. Kondisi obyektif tersebut di atas menjadi dasar arah pembangunan Kabupaten Maluku Tenggara ke depan, yakni memprioritaskan peningkatan kapasitas kelembagaan daerah, memberdayakan ekonomi rakyat, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dan membangun infrastruktur. Prioritas pembangunan tersebut akan menjadi tumpuan perekonomian Kabupaten Maluku Tenggara masa depan yang terus digali, dikembangkan dan ditingkatkan. Rustiandi, dkk 2011 menjelaskan bahwa paradigma baru saat ini meyakini bahwa pembangunan harus diarahkan kepada terjadinya pemerataan equity, pertumbuhan eficiency, dan keberlanjutan sustainability yang berimbang dalam pembangunan ekonomi. Paradigma baru pembangunan ini dapat mengacu kepada dalil kedua fundamental ekonomi kesejahteraan the second fundamental of welfare economics, di mana dalil ini menyatakan bahwa sebenarnya pemerintah dapat memilih target pemerataan ekonomi yang diinginkan melalui transfer, perpajakan dan subsidi, sedangkan ekonomi selebihnya dapat diserahkan kepada mekanisme pasar. Skala prioritas pembangunan yang cenderung mengejar sasaran-sasaran makro pada akhirnya dapat menimbulkan berbagai ketidakseimbangan pembangunan berupa menajamnya disparitas spasial, kesenjangan desa-kota, kesenjangan struktural, dan lain sebagainya.Pendekatan makro juga cenderung mengabaikan plurality akibat keragaman sumber daya alam maupun sosial budaya.Pergeseran paradigma pembangunan spasial terutama menyangkut konsep strategi kutub pertumbuhan penetesan dampak ke daerah belakang, ternyata efek bersihnya malah menimbulkan massive backwash effect.Sehingga dengan demikian pembangunan wilayah perdesaan di Maluku Tenggara, harus memperhatikan aspek-aspek mikro dalam menunjang asumsi makro.Salah satunya adalah potensi sumber daya ikan yang melimpah dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi, sebagaimana disajikan pada Gambar 14. Gambar 14 Peta potensi sumber daya ikan di Kabupaten Maluku Tenggara b. Kuantitas ketersediaan alat dan armada tangkap ikan yang mencukupi Alat penangkap ikan yang terdata di Kecamatan Kei Kecil berjumlah 1.943 unit, terdiri dari sedikitnya 13 jenis dan alat tangkap lainnya. Pemanfaatan sumberdaya ikan melalui aktifitas penangkapan ikan, didominasi oleh penggunaan pancing ulur hand line sebesar 21,31 diikuti oleh pancing tegak sebesar 14,77, sementara pukat cinsin purse seine hanya 0,31 dan sero tancap set net hanya 0,1, Pada wilayah Kecamatan Kei Kecil, ada 845 kapalperahu yang digunakan oleh para nelayan untuk mengoperasikan alat penangkap ikan. Armada penangkap ikan di kecamatan ini terdiri dari kapal atau perahu tanpa motor sebanyak 647 unit 76,57 dan kapal atau perahu motor tempel sebanyak 196 unit 23,20 dan hanya 2 unit 0,24 adalahkapal motor. Pada Kecamatan Kei Kecil Timur ada 1.512 unit alat penangkap ikan yang terdiri dari 7 jenis ditambah alat pengumpul teripang, pengumpul kerang dan alat lainnya.Alat-alat penangkap ikan ini tersebar di 29 desa atau dusun yang terdapat di wilayah Kecamatan Kei Kecil. Armada penangkapan ikan di Kecamatan Kei Kecil Timur berjumlah 541 unit yang terdiri dari kapal atau perahu tanpa motor sebanyak 417 unit 77,08 , kapal atau perahu motor tempel sebanyak 120 unit 22,18 dan kapal motor sebanyak 4 unit 0,74. Jenis dan jumlah alat tangkap yang digunakan para nelayan di wilayah Kecamatan Kei Kecil Barat, secara sederhana dapat memberikan informasi indikasi penggunaan teknologi penangkapan ikan dan kemampuan produksi ikan hasil tangkapan yang berasal dari sana. Jumlah alat penangkap ikan di Kecamatan Kei Kecil Barat sebanyak 1.670 unit, alat tersebut didominasi oleh alat tangkap pancing angling gear, yakni pancing tegak vertical line 19,64, pancing ulur hand line 18,92, pancing tonda 16,05 dan pancing lainnya 17,84. Jumlah kapal atau perahu penangkap ikan di Kecamatan Kei Kecil Barat berjumlah 543 unit terdistribusi di 10 desa. Armadanya terdiri dari kapalperahu tanpa motor sebanyak 231 unit 42,54 , kapalperahu motor tempel sebanyak 223 unit 41,07 dan kapal motor 89 unit 16,39 . Kemampuan produksi perikanan sangat tergantung selain dari jenis, jumlah dan dimensi alat tangkap, juga dari aktifitas penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan yakni frekuensi operasi penangkapan dan musim penangkapan. Kemampuan tangkap jenis alat penangkapan ikan di Kecamatan Kei Kecil Barat, ternyata sangat bervariasi yakni rata-rata berkisar antara 1 kgtrip sampai 60 kgtrip. Keragaman kemampuan tangkap jenis alat penangkapan ikan ini merupakan sebuah keunggulan, meskipun sifatnya masih relatif dan tidak dapat dipastikan keakuratannya. Terdata sebanyak 10 jenis alat penangkap ikan dan alat lainnya dipergunakan oleh para nelayan di Kecamatan Kei Besar. Aktifitas menangkap ikan lainnya seperti dengan menggunakan pengumpul kerang dan teripang terutama ditemukan di desa Udar, Bombai, Weer Frawaf, Mun, Mun Ohoiir, Mun Kahar, Mun Werfan, Ohoiel dan Ohoiwait. Armada penangkapan ikan di Kecamatan Kei Besar berjumlah 1.444 unit terdiri dari kapal tanpa motor 1.281 unit 88,71 , kapalmotor tempel sebanyak 162 unit 11,22 dan kapal motor hanya 1 unit 0,07 yakni di desadusun Wakol. Jumlah kapalperahu paling banyak di desa Elat sebanyak 44 unit 3,05 , diikuti oleh desa Elat sebanyak 41 unit 2,84 , di desa Waur tidak terdata adanya kapal penangkap ikan. Gambar 15 Peta sebaran alat dan armada penangkapan c. Memiliki Potensi Sumber Daya Ikan Melimpah Jenis-jenis sumberdaya ikan pelagis kecil ekonomis penting yang terdapat di Kecamatan Kei Kecil antara lain, ikan teri Stolephorus spp., ikan selar Selaroides spp., ikan layang Decapterus spp., ikan kembung Rastrelliger spp., ikan tembang Sardinela spp., ikan terbang Cypsilurus spp. dan lain sebagainya. Kepadatan sumberdaya ikan pelagis kecil sebagaimana terdeteksi dengan teknik hidroakustik di perairan kecamatan ini adalah berkisar dari 1,547 - 117,200 individukm 2 atau 0.12 - 8.79 tonkm 2 , dengan nilai rata-rata sebesar 37,779 indivdukm 2 atau 2.83 tonkm 2 . Kecamatan Kei Kecil memiliki perairan seluas 701,02 km 2 .Pada luas perairan ini, biomassa sumberdaya ikan pelagis kecil adalah sebesar 1,984 tontahun dengan jumlah tangkapan yang dibolehkan JTB sebesar 794 tontahun. Jenis-jenis sumberdaya ikan pelagis kecil ekonomis penting yang terdapat di Kecamatan Kei Kecil Timur antara lain, ikan teri Stolephorus spp., ikan layang Decapterus spp., ikan kembung Rastrelliger spp., ikan selar Selaroides spp., ikan tembang Sardinela spp., ikan terbang Cypsilurus spp. dan lain sebagainya. Jenis-jenis sumberdaya ikan pelagis kecil ekonomis penting yang terdapat di Kecamatan Kei Kecil Barat antara lain, ikan teri Stolephorus spp., ikan layang Decapterus spp., ikan kembung Rastrelliger spp., ikan selar Selaroides spp., ikan tembang Sardinela spp., ikan terbang Cypsilurus spp. dan lain sebagainya.