Pemerintah Daerah memiliki kewenangan untuk mengatur keuangannya

pelaksanaannya kerap mengalami ketimpangan dalam menjalankan aktivitas operasionalnya. Hal ini disebabkan keberadaan atau letak dari TPI tersebut kurang strategis dengan letak perkampungan nelayan. Selain itu juga belum adanya sebuah pola pengembangan sistem manajemen perikanan secara efektif dan efisien, sesuai dengan sumberdaya perikanan yang tersedia di antara instansi terkait dengan masyarakat nelayan. Kondisi ini juga disebabkan kurangnya kerja sama yang baik antara pemerintah, swasta, lembaga masyarakat, dan masyarakat perikanan umum dalam proses pengembangan sumberdaya kelautan dan perikanan. Pendapatan masyarakat nelayan yang tidak stabil akan menjadi kelemahan bagi pembangunan dan pengembangan sistem manajemen perikanan, karena sumber pendapatan masyarakat nelayan umumnya berasal dari sumberdaya ikan. Tidak seperti sumberdaya alam lainnya, seperti pertanian dan peternakan yang kepemilikannya jelas, sumberdaya ikan relatif sifatnya terbuka open access walau sebagian sudah diatasi dengan kepemilikan bagan, sehingga pihak bank maupun lembaga keuangan lainnya masih enggan memberikan pinjamankredit bagi masyarakat nelayan guna mengembangkan usahanya, misalkan dalam haloptimalisasi transportasi laut seperti kepemilikan kapal rakyat.

e. Promosi potensi perikanan laut yang tidak berkesinambungan dan terbatas

Aktivitas promosi potensi perikanan laut yang tidak berkesinambungan, menyebabkan kurangnya minat para investor dalam negeri maupun luar negeri dalam mengoptimalkan potensi besar dari perikanan laut yang tersedia. Apabila telah dilaksanakan, maka pelaksanaan promosinya masih terbatas dan belum optimal dalam menjalin hubungan kemitraan dalam pengenalan dan pemanfaatan hasil-hasil laut di Kabupaten Maluku Tenggara secara optimal. Promosi potensi perikanan laut yang ditdak berkesinambungan dan relatif terbatas ini juga mengakibatkan pemanfaatan potensi perikanan laut yang tidak merata. Hal ini disebabkan peranan perikanan tangkap yang lebih mendominasi dibandingkan dengan budidaya perikanan yang relatif belum teroptimalkan dan berkembang dengan baik.

f. Kualitas pelayanan publik yang belum optimal

Pelayanan publik merupakan salah satu tugas dan fungsi penting yang dijalankan oleh pemerintah, karena untuk tujuan itulah pemerintahan itu ada. Pelayanan publik yang berkualitas adalah pelayanan publik yang lahir sistem dan mekanisme yang transparan, cepat, murah, dan manusiawi. Kondisi seperti ini belum bisa dicapai, bilamana masih rendahnya komitmen bersama untuk segera mewujudkan prinsip ‐prinsip tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih, bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme. Selain itu perlu diikuti dengan kebijakan ‐kebijakan deregulasi dan debirokratisasi, peningkatan kualitas, profesionalisme etos dan budaya kerja aparat yang berorientasi pada kepuasan pelanggan. Persoalan lainbelum adanya penetapan standar minimum pelayanan, belum dibentuknya SKPD yang khusus menangani pelayanan publik Satu Atap dalam rangka mewujudkan prinsip one stop services serta keterbatasan sarana prasarana pelayanan publik yang mengimbangi tuntutan kebutuhan pelayanan publik.

3.3.2 Faktor Eksternal

Faktor eksternal terdiri dari peluang opportunity dan ancaman threat. Faktor peluang meliputi: a. Potensi wisata pantai dan wisata bahari yang dapat menciptakan aktivitas pendukung bagi peningkatan ekonomi masyarakat nelayan b. Secara geografis merupakan wilayah perbatasan dan Secara geografis merupakan wilayah perbatasan dan termasuk dalam konsep gugus Pulau Maluku, di mana hal ini akan menciptakan peluang-peluang stimulus ekonomi masyarakat nelayan; c. Peningkatan Potensi dan Produksi Ikan dari Jumlah Tangkapan Yang Diperbolehkan JTB, di mana tentu saja akan dapat terkait secara langsung bagi peningkatan pendapatan bagi kesejahteraan masyarakat nelayan; d. Potensi provinsi kepulauan, yakni ketersediaan pulau-pulau yang heterogen memberi peluang optimalisasi sumber daya bagi peningkatan ekonomi masyarakat nelayan dan pengembangan wilayah; e. Letak Provinsi Maluku yang strategis, mampu memberi peluang positif bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat nelayan dan pengembangan wilayah. Sedangkan faktor ancaman meliputi: a. Iklim atau cuaca yang tidak stabil; b. Ketidakstabilan ekonomi makro; c. Inefisiensi biaya transportasi akibat rute pelayaran jarak tempuh dari ibu kota provinsi yang masih panjang; d. Maraknya pencurian ikan illegal fishing serta pemanfaatan sumber daya perikanan yang tidak ramah lingkungan; e. Penetapan batas wilayah antar kabupatenkota yang belum jelas; f. Kebijakan Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang belum konsisten dan harmonis.

3.3.2.1 Peluang a. Potensi Wisata Pantai dan Wisata Bahari

Kecamatan Kei Kecil dengan potensi lingkungan pesisir di Pulau Kei Kecil dan pulau-pulau kecil di sekitarnya, menunjukkan lokasi-lokasi potensial untuk pengembangan wisata pantai dan wisata bahari. Untuk jenis- jenis wisata tersebut, kondisi lingkungan perairan laut di sekitar kecamatan ini juga sangat terbuka bagi pengembangannya. Potensi wisata pantai dan wisata bahari dapat memberi peluang bagi pengembangan wilayah perdesaan yang pada akhirnya diharapkan memberi dampak positif bagi optimalisasi pemasaran ikan. Distribusi lokasi-lokasi potensial yang telah dikembangkan maupun berpotensi untuk dikembangkan antara lain: 1 pantai Ngurbloat; 2 pantai Ngursamadan di desa Ohoililir; 3 pantai Nadium di desa Ohoidertawun; 4 pantai Vid Vau di desa Kolser; 5 pantai Elomel di desa Sathean; 6 pantai Debut; 7 Goa Hawang di desa Letvuan;8 penangkaran mutiara di pulau Ohoiwa; dan 9 penangkaran mutiara di pulau Ut. Khusus untuk lokasi sekitar desa Debut, telah direncanakan pengembangan Wisata Marina Debut. Lokasi- lokasi ini tidak hanya memiliki basis pengembangan pada wisata pantai yang mengandalkan potensi pasir putih, tapi juga potensi lingkungan dan sumber daya yang berpotensi dikembangkan sebagai lokasi wisata lingkungan. Didasarkan pada potensi lokasi pengembangan wisata bahari termasuk ekowisata bahari, maka beberapa lokasi potensial di kecamatan ini meliputi kawasan terumbu karang pada pulau-pulau kecil di bagian Barat Kei Kecil dan beberapa kawasan teluk yang memiliki potensi hutan mangrove yang cukup baik. Kecamatan Kei Besar memiliki potensi sumberdaya dan lingkungan pulau kecil dan perairan laut yang menjadi basis pengembangan wisata pantai dan bahari. Lokasi-lokasi potensial untuk pengembangan wisata pantai dan bahari yang dapat diidentifikasi antara lain: 1 pantai Daftel; 2 air terjun Prawaf Kasair di desa Prawaf; 3 Batu kapal Soblak; 4 wisata bahari Mun; 5 ekowisata bahari dan wisata ilmiah di pesisir Timur, Ohoiwait, Ohoiel dan Ngefuit; 6 pulau kelapa dan sekitarnya; serta 7 perairan Barat Laut dan perairan Timur Kei Besar sebagai basis pengembangan sport fishing. Wisata pantai umumnya masih mengandalkan potensi pantai pasir putih. Wisata bahari lebih mengandalkan potensi terumbu karang, sedangkan ekowisata bahari di pesisir Timur kecamatan ini, mengandalkan potensi pantai berbatu dengan potensi sumber daya lola dan mata bulan yang merupakan sumber daya hayati laut yang dilindungi dan dikelola dengan pendekatan kearifan lokal, sasi. Lokasi wisata untuk pengembangan olahraga pemancingan atausport fishing, mengandalkan kondisi perairan yang cukup subur terdistribusi di seluruh perairan yang ada pada kecamatan ini.

b. Secara geografis merupakan wilayah perbatasan dan termasuk dalam konsep gugus Pulau Maluku

Kabupaten Maluku Tenggara mempunyai posisi yang strategis sebagai daerah perbatasan dan daerah terluar. Daerah perbatasan bukan lagi menjadi daerah belakang, tetapi akan diubah menjadi daerah depan karena keutuhan NKRI sangat tergantung dari kemajuan daerah perbatasan. Berbeda dengan daerah perbatasan lainnya, maka Kabupaten Maluku Tenggara Barat adalah merupakan daerah perbatasan kepulauan, sehingga untuk interkoneksi daerah, harus mendorong perkembangan sektor transportasi laut. Keterkaitan wilayah di Provinsi Maluku secara internal diwujudkan dalam pola interaksi antar pusat – pusat pertumbuhan dan permukiman di wilayah yang memiliki hirarki atau jenjang sehingga membentuk pola jaringan transportasi wilayah secara regional. Pola interaksi tersebut ditunjukan oleh arah orientasi pelayanan dari tiap orde yaitu dari pusat pelayanan orde rendah kepada orde yang lebih tinggi. Berdasarkan pertimbangan potensi sumberdaya alam, kondisi wilayah kepulauan, akses antar pulau, kesenjangan ekonomi antar pusat pertumbuhan dengan daerah belakangnya, fungsi utama kota-kota sebagai simpul jasa dan kondisi sosial budaya maka untuk mewujudkan struktur tata ruang Provinsi Maluku secara internal, wilayah Maluku dibagi atas 12 gugus pulau. Kabupaten Maluku Tenggara termasuk dalam salah satu gugus pulau yakni Gugus Pulau kesepuluh yaitu Kepulauan Tanimbar yang berpusat di Kota Saumlaki. Untuk menunjang kebijakan tata ruang Pemerintah Provinsi Maluku khususnya dalam upaya pengembangan pembangunan wilayah perdesaan, sektor transportasi laut menjadi salah satu fokus perhatian sangat penting sebagai jembatan antar pusat-pusat pertumbuhan dan permukiman