Karakteristik Demografi Responden Nelayan Perikanan Tangkap

46 Tabel 6 lanjutan No. Karakteristik Usaha Jumlah Responden orang Persentase 5. Jumlah tangkapantrip kgtrip 0-5 19 63,33 6-10 9 30,00 11-15 1 3,33 15-20 0,00 20 1 3,33 Total Responden 30 100,00 Berdasarkan Tabel 6, sebanyak 86,67 responden menyatakan bahwa profesi sebagai nelayan perikanan tangkap adalah mata pencaharian utama, sedangkan 13,33 lainnya menyatakan sebagai bukan pekerjaan utama pekerjaan utama responden-responden tersebut adalah sebagai PNS, kuli, buruh, peternak, dan petani. Berprofesi sebagai nelayan perikanan tangkap adalah usaha untuk menambah penghasilan yang kurang mencukupi jika hanya mengandalkan dari pekerjaan utamanya atau hanya sekedar mengisi waktu luang. Pekerjaan utama atau bukan didasarkan pada curahan waktu yang diberikan nelayan tersebut. Ada responden yang mendapatkan penerimaan relatif besar tetapi hanya sebagai hobi dan ada yang penerimaannya sedikit tetapi merupakan pekerjaan utama. Besar kecilnya keuntungan nelayan selain dipengaruhi oleh faktor alam, juga dipengaruhi oleh curahan waktu yang diberikan nelayan. Jika nelayan ingin mendapatkan tangkapan yang banyak, maka dibutuhkan curahan waktu yang lebih banyak, terutama dalam memasang alat tangkap yang cenderung cukup lama, yakni kurang lebih 20 sampai 30 menit untuk satu jaring. Menurut lama profesi, sebanyak 36,67 responden telah berprofesi sebagai nelayan perikanan tangkap selama 6-10 tahun, sebanyak 30,00 telah berprofesi selama 0-5 tahun dan sebanyak 23,33 responden telah menjadi nelayan perikanan tangkap selama 16-20 tahun Tabel 6. Semakin lama menjadi nelayan perikanan tangkap, semakin baik pemahaman mengenai perubahan kualitas air yang terjadi di Waduk Cirata sehingga persepsinya semakin reliable. Meskipun begitu, nelayan yang masih baru pun juga telah merasakan kerugian akibat pencemaran air di Waduk Cirata dengan menurunnya jumlah tangkapan per trip, meski sedang tidak terjadi upwelling sekalipun. 47 Berdasarkan jenis ikan yang ditangkap Tabel 6, hampir seluruh responden tidak mencari jenis ikan tertentu untuk ditangkap. Ikan yang diperoleh biasanya bermacam-macam, baik ikan yang dibudidayakan di KJA: ikan mas, nila, patin, bawal, maupun ikan lokal: lelawak, baung atau tagih, dan hampala. Sebanyak dua responden hanya khusus mencari ikan patin saja. Hal ini karena menurut nelayan tersebut peralatan untuk mencari ikan patin tidak terlalu rumit seperti jala, yakni menggunakan rawe tali yang direntangkan kemudian diberi mata kail setiap jarak tertentu. Responden nelayan perikanan tangkap hanya menggunakan dua jenis alat tangkap, yaitu jaring dan rawe. Jaring yang digunakan berbagai ukuran, dari yang paling kecil hingga ukuran sedang tergantung ukuran ikan yang dicari. Rawe adalah tali tambang kecil yang diberi mata kail pada setiap jarak tertentu, biasanya untuk mencari ikan patin. Berdasarkan Tabel 6, sebanyak 80,00 responden memakai jaring sebagai alat tangkap dan 20,00 lainnya menggunakan baik jaring maupun rawe. Jaring menjadi alat tangkap yang dominan digunakan oleh nelayan karena dapat dipakai untuk menangkap lebih banyak jenis ikan dibandingkan rawe. Berdasarkan jumlah tangkapan per trip Tabel 6, sebanyak 63,33 responden dapat menangkap 0-5 kg ikan per trip, sebanyak 30,00 responden mendapat tangkapan 6-10 kg, dan hanya 3,33 responden yang dapat memperoleh tangkapan sebanyak 11-15 kg dan lebih dari 20 kg ikan per trip. Hasil tangkapan sangat dipengaruhi oleh banyaknya jumlah alat tangkap yang dimiliki dan banyaknya curahan waktu yang diberikan dalam satu trip. Semakin banyak alat tangkap yang dipasang, maka semakin lama waktu yang dibutuhkan dalam satu kali trip. Umumnya, satu nelayan paling banyak hanya dapat memasang 6-10 jaring saja per trip. Lama satu trip biasanya berkisar antara 3 sampai 5 jam. Nelayan memasang jaring pada sore hingga malam hari dan mengangkat jaring pada pagi hari. Saat ini, para nelayan perikanan tangkap di Waduk Cirata banyak yang dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil sesuai dengan daerah tangkapan masing-masing. Meskipun begitu, banyak yang tidak aktif karena kondisi lingkungan yang kurang mendukung. Musim kemarau adalah musim paceklik 48 ikan sehingga banyak nelayan perikanan tangkap yang sementara beralih profesi menjadi petani, kuli, atau mengolah ladang. Mereka akan kembali menangkap ikan setelah musim penghujan datang dan volume air waduk naik karena jumlah ikan yang bisa ditangkap sudah banyak.

6.2 Persepsi Responden terkait Pencemaran Air di Waduk Cirata

Persepsi responden dibutuhkan untuk mengetahui bagaimana pandangan dan pendapat responden pemanfaat Waduk Cirata mengenai pencemaran air yang terjadi di Waduk Cirata. Persepsi ini bisa dipengaruhi oleh karakteristik responden maupun adanya motif ekonomi yang melatarbelakangi.

6.2.1 Responden Pembudidaya Ikan Keramba Jaring Apung

Pencemaran air di Waduk Cirata ditandai dengan adanya perubahan kualitas air menjadi lebih keruh, lebih kotor, dan terkadang berbau. Pencemaran ini terjadi dari tahun ke tahun dan menimbulkan beberapa dampak lingkungan seperti upwelling dan KHV. Tabel 7 menunjukkan bahwa seluruh responden pembudidaya ikan KJA mengetahui apa yang dimaksud dengan pencemaran. Walaupun tidak semua responden dapat menjelaskan dengan tepat pengertian dari terminologi pencemaran air waduk, tetapi semuanya memahami pengertian dari pencemaran air waduk dan dapat menjelaskan secara singkat, yaitu adanya perubahan kualitas pada air waduk dari segi warna, tingkat kekeruhan, dan bau. Tabel 7 Persepsi Responden Pembudidaya Ikan KJA mengenai Pengertian Pencemaran Air Waduk Mengetahui yang dimaksud dengan pencemaran air waduk Jumlah Responden orang Persentase Ya 30 100,00 0,00 Tidak Total Responden 30 100,00 Pencemaran air di Waduk Cirata menimbulkan dampak yang dirasakan langsung oleh para responden pembudidaya ikan KJA. Dampak tersebut dilihat dari adanya perubahan yang dirasakan pada aspek hasil panen, lama produksi,