Kerugian Ekonomi Perikanan Tangkap

64 berkontribusi besar terhadap pencemaran air di Waduk Cirata, tetapi nelayan juga ikut merasakan dampak dari pencemaran tersebut. Dampak jangka pendek adalah tangkapan cenderung ikut menurun ketika terjadi upwelling, sedangkan dalam jangka panjang, kondisi perairan waduk yang semakin memburuk cenderung terus menurunkan hasil tangkapan dari waktu ke waktu. Jika tidak ada tindakan penanganan, maka kondisi lingkungan perairan waduk akan semakin memburuk dan mengancam keberlangsungan baik usaha budidaya perikanan KJA maupun perikanan tangkap yang ada.

6.4 Kerugian Ekonomi Pembangkit Listrik Tenaga Air PLTA Cirata

PLTA Cirata merupakan pemasok listrik utama bagi wilayah Jawa dan Bali. Keberadaan PLTA ini sangat penting bagi suplai energi di Indonesia. PLTA Cirata memiliki beberapa bangunan utama, yaitu bendungan, bangunan pengambil air, pusat pengendali, saluran tekan, tangki pendatar pipa, pipa pesat, dan gedung pusat pembangkit. Jumlah pembangkit yang ada di PLTA Cirata ada 8 buah dengan daya terpasang 1.008 MW. Dalam setahun, PLTA Cirata dapat menghasilkan energi sebesar 1.426 GWH dengan hanya beroperasi 5 jamhari BPWC, 2013. Pemanfaat Waduk Cirata selain pembudidaya ikan KJA dan nelayan perikanan tangkap adalah PT. PJB UP Cirata sebagai pengelola PLTA. PLTA merupakan pemanfaatan utama dari Waduk Cirata sehingga pemanfaatan untuk PLTA merupakan prioritas utama. Pencemaran air di Waduk Cirata juga menyebabkan kerugian bagi pengelola. Kerugian tersebut disebabkan meningkatnya intensitas perawatan PLTA. Banyaknya sampah yang mengapung di permukaan air waduk kadang terbawa hingga ke bendungan dan mengganggu kinerja turbin. Cemaran logam berat di Waduk Cirata menyebabkan tingkat korosi pada komponen-komponen PLTA yang terbuat dari logam semakin tinggi, sehingga meningkatkan intensitas perawatan PLTA. Peningkatan intensitas perawatan PLTA menyebabkan peningkatan pada biaya pengelolaan dan operasional bagi PLTA yang dikeluarkan oleh PT. PJB UP Cirata. Biaya operasional meliputi: pemeliharaan saluran, pemeliharaan saluran air, pemeliharaan instalasi, pemeliharaan unit umum, dan pemeliharaan unit bisnis. 65 Komponen biaya pengelolaan meliputi: pembelian suku cadang, pembelian alat kontrolinstrumen, pemakaian umum, dan pembelian suku cadang mesin. Menurut informasi dari Humas PT. PJB UP Cirata 2013, pada tahun 2012 hanya dilakukan perawatan sebanyak 3 kali. Akan tetapi, pada tahun 2013 intensitas perawatan PLTA meningkat menjadi 5 kali. Hal ini disebabkan oleh semakin cepatnya proses korosi pada peralatan PLTA. Apabila korosi tersebut tidak diatasi, maka akan mengganggu kinerja PLTA. Kerugian ekonomi yang ditanggung oleh PT. PJB UP Cirata selaku pengelola diestimasi dari meningkatnya intensitas biaya pengelolaan dan operasional PLTA. Menurut penelitian Widiastuti 2013, simulasi total biaya pengelolaan dan operasional rata-rata untuk PLTA Cirata per tahunnya sebesar Rp 297.627.251.509,00. Setiap tahun, rata-rata dilakukan sebanyak 3 kali perawatan untuk operasional dan pengelolaan PLTA Cirata. Maka, diasumsikan biaya satu kali perawatan untuk operasional dan perawatan PLTA Cirata yaitu : Biaya satu kali perawatan untuk operasional dan pengelolaan PLTA Cirata = Total biaya pengelolaan dan operasional rata-rata untuk PLTA Cirata per tahun : rata-rata intensitas perawatan PLTA per tahun = Rp 297.627.251.509,00tahun : 3 kalitahun = Rp 99.209.083.836,33perawatan ………………………..…13 Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh bahwa estimasi biaya untuk sekali perawatan PLTA adalah Rp 99.209.083.836,33. Karena kualitas air Waduk Cirata yang semakin buruk, perawatan yang semula hanya rata-rata 3 kali dalam setahun meningkat menjadi 5 kali di tahun 2013. Peningkatan intensitas perawatan PLTA ini mengakibatkan peningkatan biaya total operasional dan pengelolaan PLTA Cirata dan dianggap sebagai salah satu kerugian ekonomi akibat adanya pencemaran air di Waduk Cirata. Besar kerugian dari pemanfaatan untuk PLTA adalah sebagai berikut : 66 Kerugian pemanfaatan untuk PLTA TKP = TK t – TK t-1 = Biaya satu kali perawatan untuk operasional dan pengelolaan PLTA Cirata x 5 – Biaya satu kali perawatan untuk operasional dan pengelolaan PLTA Cirata x 3 = Rp 99.209.083.836,33 x 5 – Rp 99.209.083.836,33 x 3 = Rp 496.045.419.181,67 – Rp 297.627.251.509,00 = Rp 198.418.167.672,67 …..………………….....…………..14 Estimasi kerugian yang dialami oleh PT. PJB UP Cirata akibat meningkatnya biaya perawatan untuk operasional dan pengelolaan PLTA Cirata pada tahun 2013 sebesar Rp 198.418.167.672,67. Timbulnya kerugian ini menunjukkan bahwa pencemaran air di Waduk Cirata berdampak nyata bagi pemanfaatan prioritas utama Waduk Cirata, yaitu PLTA. Keberadaan PLTA ini sangat penting bagi pasokan listrik wilayah Jawa-Bali sehingga meskipun biaya tambahan yang harus dikeluarkan oleh PT. PJB UP Cirata besar, hal tersebut tetap dilakukan demi menjaga pasokan listrik negara. 6.6 Total Estimasi Kerugian Ekonomi akibat Pencemaran Air di Waduk Cirata Wilayah Kabupaten Cianjur Masing-masing kerugian ekonomi pihak pemanfaat Waduk Cirata wilayah Kabupaten Cianjur telah diestimasi. Berdasarkan perhitungan sebelumnya diperoleh bahwa estimasi kerugian pemanfaatan Waduk Cirata untuk budidaya perikanan KJA TKK sebesar Rp 427.581.110.250,00, estimasi kerugian perikanan tangkap TKN adalah Rp 2.176.696.421,00, dan estimasi kerugian untuk pemanfaatan PLTA TKP adalah Rp 198.418.167.672,67. Maka, untuk memperoleh estimasi total kerugian perlu dilakukan penjumlahan estimasi kerugian masing-masing pihak sebagai berikut : Estimasi total kerugian ekonomi ETK = TKK + TKN + TKP = Rp 427.581.110.250,00+ Rp 2.176.696.421,00 + Rp 198.418.167.672,67 = Rp 628.175.974.343,67 ………………….…………...……15 67 Jadi, berdasarkan perhitungan di atas, diperoleh besar estimasi total kerugian ekonomi pemanfaatan Waduk Cirata di wilayah Kabupaten Cianjur akibat adanya pencemaran air pada tahun 2013 sebesar Rp 628.175.974.343,67. Hasil ini menunjukkan perkiraan besar kerugian yang diderita oleh para pemanfaat Waduk Cirata wilayah Kabupaten Cianjur karena pencemaran air yang saat ini dampaknya dirasakan setiap tahun. Rincian kerugian untuk tiap pemanfaat disajikan pada Tabel 12. Tabel 12 Estimasi Kerugian Ekonomi akibat Adanya Pencemaran Air di Waduk Cirata Wilayah Kabupaten Cianjur Tahun 2013 No. Jenis Pemanfaatan Estimasi Kerugian Rp 1. Budidaya perikanan KJA 427.581.110.250,00 2. Perikanan tangkap 2.176.696.421,00 3. PLTA 198.418.167.672,67 Estimasi Total Kerugian 628.175.974.343,67 Gambar 5 Estimasi Kerugian Ekonomi akibat Adanya Pencemaran Air di Waduk Cirata Wilayah Kabupaten Cianjur Tahun 2013 Pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa kerugian budidaya perikanan KJA sebesar 68,07, perikanan tangkap sebesar 0,35, dan untuk pemanfaatan PLTA sebesar 31,59. Sesuai dengan hipotesis penelitian bahwa kerugian terbesar Budidaya perikanan KJA, 68.07 Perikanan tangkap, 0.35 PLTA, 31.59