Responden Nelayan Perikanan Tangkap

56 Baku Mutu menurut Kep.Gub. No. 39 Tahun 2000 : DO = 3 mgl BOD = 6 mgl COD = 10 mgl Sumber : BPWC 2011 Gambar 4 Kandungan DO, BOD, dan COD Waduk Cirata Tahun 2005-2010 Parameter yang biasa digunakan untuk menganalisis kualitas air adalah DO, BOD, dan COD. Dissolved oxygen DO adalah parameter penting bagi ikan dan kehidupan akuatik lainnya. DO penting sebagai parameter air dengan kualitas yang baik. Semakin tinggi kadar DO dalam air, maka kondisi air tersebut semakin baik. DO digunakan untuk proses oksidasi materi organik di dalam air, seperti sisa pakan dan feses ikan. Jumlah DO sangat terbatas dan hanya mampu diproduksi sedikit saja dari proses fotosintesis tanaman akuatik. Ikan membutuhkan setidaknya 5-6 ppm DO untuk tumbuh dan berkembang. Ikan akan berhenti makan jika level DO turun hingga 3-4 ppm dan akan mati jika DO turun hingga 1 ppm. Banyak ikan yang mati bukan karena secara langsung terkontaminasi oleh racun, tetapi karena kekurangan oksigen akibat biodegradasi bahan yang mengontaminasi. Air memiliki kualitas yang baik jika DO berada pada level di atas 8 ppm Weiner, 2000. 57 BOD merupakan bagian dari COD. Biological oxygen demand BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bahan organik dalam sejumlah volume air tertentu untuk terurai, sedangkan chemical oxygen demand COD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bahan organik dalam sejumlah volume air tertentu untuk dioksidasi secara kimia menjadi CO 2 dan H 2 O oleh oksidan yang kuat, seperti permanganat dan dikromat. Air dengan populasi mikroba dan kadar BOD yang tinggi dapat terkuras kandungan oksigennya dan tidak mampu untuk mendukung kehidupan akuatik sehingga membutuhkan pengisian kembali oksigen terlarut. COD kadang-kadang digunakan sebagai pengukur polusi secara umum. COD menganalisis bahan organik teroksidasi baik teroksidasi secara kimia maupun biologi Weiner, 2000. Kondisi air di Waduk Cirata yang tergolong sedang bagi peruntukan perikanan berdasarkan pemantauan BPWC tahun 2011 BPWC, 2011, tetapi berubah menjadi buruk pada tahun 2013 Lampiran 2. Kadar DO sudah hampir mencapai ambang batas minimum berdasarkan Keputusan Gubernur No.39 Tahun 2000, yakni 3,08 mgliter dari batas 3 mgliter, sedangkan BOD dan COD sudah melebihi batas maksimum yang direkomendasikan pada akhir tahun 2010 Gambar 4. Hal tersebut menunjukkan bahwa memang terjadi pencemaran air di Waduk Cirata sehingga ikan yang dibudidayakan atau hidup liar di Waduk Cirata menjadi terganggu. Kasus yang paling sering menyebabkan penurunan produksi ikan budidaya adalah upwelling atau umbalan dan serangan penyakit ikan koi herpesvirus KHV. Keduanya menjadi ancaman bagi pembudidaya ikan KJA karena menyebabkan kematian massal pada ikan. Upwelling terjadi karena proses alami saat pergantian musim dari musim kemarau ke musim penghujan. Oleh karena itu, kejadiannya bisa diprediksi sehingga pembudidaya ikan KJA bisa menekan kerugian yang dialaminya. Upwelling biasanya bersifat lokal dan waktunya berbeda-beda, tidak terjadi pada keseluruhan bagian ekosistem waduk sekaligus. Hal ini dikarenakan berbedanya asal aliran air hujan penyebab arus balik massa air, kedalaman air saat itu, dan keberadaan angin Kepala UPTD Perikanan Cianjur, 2013. Apabila suatu daerah menerima aliran air permukaan dari hujan, kondisi air waduk surut, dan KJA berjarak cukup dekat dengan tumpukan material organik di dasar, maka