Karakteristik Demografi Responden Pembudidaya Ikan Keramba

39 sehingga menurunkan produksi ikan. Harga pakan cenderung meningkat, sedangkan harga ikan cenderung rendah sehingga keuntungan cenderung menurun. Di pasar, komoditi ikan air tawar dari Waduk Cirata bersifat substitusi dengan ikan laut. Apabila harga ikan laut lebih murah daripada ikan air tawar, maka konsumen akan cenderung membeli ikan laut dan harga ikan air tawar pun menjadi menurun. Oleh karena itu, pembudidaya ikan akan gulung tikar jika sudah tidak lagi memperoleh keuntungan. Tabel 4 Karakteristik Usaha Budidaya Perikanan Responden Pembudidaya Ikan KJA No. Karakteristik Usaha budidaya perikanan Jumlah Responden orang Persentase 1. Pekerjaan utama Ya 30 100,00 Bukan 0,00 Total Responden 30 100,00 2. Lama profesi tahun 0-5 3 10,00 6-10 11 36,67 11-15 5 16,67 16-20 8 26,67 20 3 10,00 Total Responden 30 100,00 3. Bergabung dengan organisasi Ya 6 20,00 Tidak 24 80,00 Total Responden 30 100,00 4. Jenis ikan yang dibudidayakan Mas 30 100,00 Nila 30 100,00 Lainnya 9 30,00 Total Responden 30 100,00 5. Jumlah KJA petak 1-5 19 63,33 6-10 9 30,00 11-15 1 3,33 15 1 3,33 Total Responden 30 100,00 6. Jenis pelampung Drum 8 26,67 Styrofoam 8 26,67 Drum dan styrofoam 14 46,67 Total Responden 30 100,00 7. Status kepemilikan Milik sendiri 30 100,00 Sewa 0,00 Total Responden 30 100,00 Keterangan : dari 30 responden 40 Sejauh ini, sudah terdapat organisasi ASPINDAC Asosiasi Petani Pembudidaya Ikan Danau Cirata yang diharapkan dapat menjadi perkumpulan pembudidaya ikan di Waduk Cirata. Akan tetapi, organisasi tersebut pada kenyataannya belum dapat menjadi kelembagaan yang efisien dan bermanfaat. Tabel 4 menunjukan hanya 20,00 responden yang menyatakan telah menjadi anggota dari suatu organisasi tertentu yang berkaitan dengan kegiatan budidaya perikanan KJA. Sementara itu, sebanyak 80,00 responden menyatakan tidak terlibat dalam suatu organisasi tertentu dengan alasan sudah mampu menjalankan usahanya dengan mandiri, organisasi yang ada dinilai kurang membantu usaha perikanannya, organisasi yang dahulu ada sudah tidak aktif, atau tidak pernah mendengar dan mengetahui bahwa terdapat organisasi terkait budidaya perikanan di Waduk Cirata. Responden yang terlibat dalam organisasi tergabung dalam organisasi- organisasi yang berbeda-beda, salah satunya ada yang tergabung dalam organisasi kredit modal untuk perikanan. Organisasi yang diikuti umumnya yang berkaitan dengan pembiayaan usaha budidaya perikanan mereka, baik yang berbentuk koperasi atau kredit pakan. Sebagian besar pembudidaya ikan KJA mengharapkan adanya organisasi yang mampu memberikan bantuan modal usaha dan sharing keilmuan terkait budidaya perikanan yang baik dan benar agar usaha mereka bisa berkelanjutan. Menurut jenis ikan yang dibudidayakan, terdapat beberapa jenis ikan yang dibudidayakan oleh responden pembudidaya ikan KJA, yaitu: mas, nila, bawal, dan patin. Seluruh responden menyatakan bahwa mereka memelihara ikan mas dan nila. Hanya 30,00 responden yang juga memelihara ikan jenis lain, yaitu ikan patin dan bawal. Hal ini menunjukkan ikan mas dan nila adalah komoditas yang paling dominan dibudidayakan di Waduk Cirata karena kedua jenis ikan tersebut yang paling diminati pasar Tabel 4. Usaha budidaya perikanan KJA sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya modal. Semakin banyak modal yang dimiliki, maka akan semakin besar kemungkinan memperoleh keuntungan. Hal ini karena harga pakan dirasakan cukup tinggi bagi pembudidaya ikan KJA, sedangkan harga ikan cenderung rendah sehingga besaran modal sangat menunjang pemenuhan kebutuhan pakan. 41 Dengan pakan yang tercukupi, pembesaran ikan dapat dilakukan dengan optimal oleh pemilik KJA. Berdasarkan Tabel 4, sejumlah 63,33 responden pembudidaya ikan KJA memiliki 1 hingga 5 unit KJA dan hanya 3,33 saja yang memiliki lebih dari 15 unit KJA. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden bukanlah pemilik KJA perorangan yang memiliki skala usaha besar. Menurut analisis dari Staf UPTD Perikanan Cianjur 2013, dengan kondisi budidaya perikanan KJA pada saat penelitian dilakukan, minimal pemilik harus memiliki 4 unit KJA untuk bisa mencapai titik impas produksi. Jika pembudidaya memiliki kurang dari 4 unit, maka cenderung akan merugi. Menurut ukuran petak KJA, KJA milik responden juga sangat bervariasi, yaitu ukuran 7x7x7 m, 14x7x7 m, dan 14x14x7 m. Variasi ini dipengaruhi oleh kondisi lingkungan lokasi KJA itu sendiri. Jika kondisi airnya bagus, maka ukurannya akan semakin kecil karena kandungan oksigen bagi ikan masih mencukupi. Akan tetapi, jika kondisi airnya buruk, maka ukurannya akan semakin luas karena ikan membutuhkan ruang gerak yang lebih untuk mendapatkan oksigen. Jika tidak disiasati seperti itu, pembudidaya ikan akan menghadapi resiko kematian ikan yang lebih tinggi ketika terjadi upwelling. Terdapat dua jenis pelampung yang digunakan oleh responden, yaitu pelampung drum dan busa atau styrofoam. Sebanyak 46,67 responden menggunakan perpaduan keduanya. Pelampung drum diletakkan di sudut-sudut bangunan KJA karena lebih kuat menopang bangunan KJA daripada pelampung styrofoam, sedangkan pelampung styrofoam diletakkan sepanjang kerangka besi bangunan KJA. Jenis pelampung untuk konstruksi KJA ada tiga, yaitu pelampung plastik, drum, dan busa. Pelampung plastik adalah pelampung yang paling ramah lingkungan karena awet Departemen Kelautan dan Perikanan dan ACIAR, 2007, tetapi harganya cenderung mahal, yaitu Rp 180.000,00. Pelampung drum adalah pelampung dengan kualitas sedang dengan masa pakai rata-rata 6 tahun dan harga Rp 120.000,00. Sementara itu, pelampung busa adalah pelampung yang sangat berpotensi mencemari perairan karena mudah rusak masa pakai 1-2 tahun. Akan tetapi, pelampung busa paling banyak dipakai pembudidaya ikan karena harganya paling murah, yaitu Rp 60.000,00. Oleh karena itu, sebagian besar petani