Perumusan Masalah Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi akibat Pencemaran Air di Waduk Cirata, Wilayah Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat

6 kekurangan oksigen kemudian mati. Akan tetapi, upwelling bersifat lokal sehingga lokasi dan waktunya bisa tidak bersamaan. Intensitas serangan KHV cenderung lebih sering dibandingkan dengan upwelling dan belum bisa diatasi sehingga permasalahan akibat serangan KHV menjadi ancaman usaha yang lebih dominan bagi pembudidaya ikan KJA Kepala UPTD Cianjur, 2013. Berdasarkan uraian permasalahan penelitian yang dijelaskan di atas, maka rumusan kajian yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana karakteristik pembudidaya ikan dan nelayan perikanan tangkap Waduk Cirata wilayah Kabupaten Cianjur serta persepsi mereka terhadap pencemaran air yang terjadi? 2. Berapa nilai total kerugian ekonomi akibat pencemaran air di Waduk Cirata wilayah Kabupaten Cianjur pada tahun 2013?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengestimasi nilai kerugian ekonomi yang timbul akibat pencemaran air yang terjadi di Waduk Cirata wilayah Kabupaten Cianjur pada tahun 2013, sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi karakteristik pembudidaya ikan dan nelayan perikanan tangkap Waduk Cirata wilayah Kabupaten Cianjur serta persepsi mereka terhadap pencemaran air yang terjadi; 2. Mengestimasi nilai total kerugian ekonomi akibat pencemaran air di Waduk Cirata wilayah Kabupaten Cianjur pada tahun 2013.

1.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka diduga hasil penelitian yang diperoleh adalah bahwa karakteristik dan persepsi pemanfaat Waduk Cirata berhubungan dengan kerugian ekonomi yang terjadi dan menggambarkan kondisi aktual terkini dari para pemanfaat Waduk Cirata yang dikaji dalam penelitian ini. Diduga pula bahwa kerugian ekonomi terbesar diderita oleh pembudidaya ikan KJA. Sementara itu, kerugian terkecil dialami oleh nelayan perikanan tangkap 7 karena rente perikanan tangkap cenderung kecil dibandingkan dengan pembudidaya ikan KJA dan jumlah populasi nelayan perikanan tangkap lebih sedikit dibandingkan dengan pembudidaya ikan KJA.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilaksanakan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak- pihak sebagai berikut : 1. Peneliti Peneliti akan memperoleh tambahan ilmu teori dan lapangan terkait bagaimana mengestimasi nilai kerugian akibat kerusakan lingkungan ekosistem waduk yang kemudian dapat menjadi pengalaman untuk menyelesaikan kasus-kasus terkait lainnya. 2. Pemerintah daerah setempat Hasil dari penelitian ini dapat menjadi tambahan informasi bagi pemerintah daerah setempat untuk merumuskan kebijakan yang tepat terkait dengan permasalahan yang ada di lokasi penelitian. 3. Masyarakat setempat Hasil dari penelitian ini dapat menjadi tambahan informasi ilmiah bagi masyarakat setempat mengenai kondisi terkini lingkungan di sekitar mereka, terutama Waduk Cirata, sehingga diharapkan mampu meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya menjaga kelestarian lingkungan. 4. Pemanfaat Waduk Cirata Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi tambahan mengenai gambaran terkini kondisi sektor ekonomi dan lingkungan di Waduk Cirata sehingga membantu proses pengambilan keputusan bagi usaha mereka.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam objek penelitian ini adalah pemilik usaha budidaya perikanan KJA pembudidaya ikan KJA, nelayan perikanan tangkap, dan PT. Pembangkitan Jawa-Bali Unit Pembangkit Cirata PT. PJB UP Cirata sebagai pihak pengelola PLTA. Estimasi nilai kerugian ekonomi untuk pembudidaya ikan 8 KJA ditinjau dari penurunan produksi usaha budidaya perikanannya, nelayan perikanan tangkap ditinjau dari kehilangan keuntungan akibat turunnya hasil tangkapan, dan PT. PJB UP Cirata ditinjau dari tambahan biaya operasional dan pengelolaan PLTA yang dikeluarkan akibat adanya pencemaran air di Waduk Cirata pada tahun 2013. 9 II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Waduk Cirata

Waduk merupakan bangunan penyimpan air buatan manusia yang dibuat dengan tujuan tertentu, misalnya irigasi yang termasuk kategori perairan darat. Waduk sebagai bangunan utama memilik bangunan penunjang, seperti bangunan pelimpah spillway yang berfungsi untuk mengeluarkan kelebihan air ke luar bangunan waduk, bangunan pengambilan intake untuk mengambil air dari dalam waduk, pipa pesat sebagai pembangkit listrik tenaga air, dan lain-lain. Nama lain untuk waduk, yaitu dam, bendungan, atau reservoir. Setelah dibangun, waduk membutuhkan operasi dan pemeliharaan yang baik. Dalam Undang-Undang, waduk termasuk ke dalam kawasan pengelolaan perikanan Republik Indonesia untuk penangkapan ikan danatau pembudidayaan ikan Kodoatie dan Sjarief, 2010. Waduk Cirata adalah salah satu dari tiga waduk cascade waduk seri yang dibangun dengan membendung aliran Sungai Citarum. Waduk ini merupakan waduk multifungsi dengan fungsi utama sebagai PLTA dan fungsi-fungsi lainnya untuk perikanan, lalu lintas, pertanian, pariwisata, dan kegiatan ekonomi lainnya. Luas Waduk Cirata adalah 6.200 ha yang dalam pembangunannya harus menggenangi sebanyak 32 desa dan 7 kecamatan di wilayah Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Cianjur, dan Kabupaten Purwakarta. Waduk Cirata memiliki karakteristik yang khas karena karakteristik ekosistemnya dipengaruhi oleh ekosistem waduk di bagian hulunya, yaitu Waduk Saguling sebagai konsekuensi tipe waduk berseri. Kondisi Waduk Jatiluhur saat ini sudah sangat tercemar sehingga sudah tidak bisa lagi digunakan untuk budidaya perikanan KJA Departemen Kelautan dan Perikanan, 2007.

2.2 Penilaian Kerusakan Sumber Daya Alam dan Lingkungan

Sumber daya alam dan lingkungan SDAL memiliki manfaat yang besar bagi manusia. Akan tetapi, pemanfaatan manusia yang terlalu eksploitatif pada akhirnya dapat merusak keberadaan sumber daya alam itu sendiri. Oleh karena itu,