Latar Belakang Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi akibat Pencemaran Air di Waduk Cirata, Wilayah Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat

4 Sumber : BPWC 2011 Gambar 1 Tren Perkembangan Jumlah Keramba Jaring Apung Waduk Cirata Tahun 2001-2011 Berdasarkan SK Gubernur Jawa Barat No.41 Tahun 2002, luas areal waduk yang aman diusahakan untuk kegiatan budidaya perikanan KJA di Waduk Cirata adalah seluas 1 dari seluruh perairan waduk atau seluas 48 ha. Akan tetapi, saat ini luasan perairan di Waduk Cirata yang digunakan untuk kegiatan perikanan KJA sudah mencapai 4 BPWC, 2013a. Menurut perkiraan, jumlah KJA di Waduk Cirata saat ini sudah mencapai +72.000 petak, meningkat sekitar 20.000 petak dari tahun 2011 yang hanya 53.031 petak Staf Ahli Tata Air dan Lingkungan BPWC, 2013. Jumlah KJA yang sudah melampaui batasan yang dianjurkan tersebut berdampak pada semakin meningkatnya pencemaran air di Waduk Cirata. Kualitas air di Waduk Cirata selalu dipantau oleh BPWC untuk menjaga kinerja PLTA. Berdasarkan pemantauan BPWC Triwulan II tahun 2013 adalah sebagai berikut : a. kategori buruk untuk bahan baku air minum golongan B; b. kategori buruk untuk perikanan golongan C; c. kategori baik sekali untuk operasional PLTA golongan D. Parameter yang umumnya tidak memenuhi syarat untuk golongan B adalah H 2 S, DO, COD, BOD, minyak dan lemak, E.Coli, dan Coliform, sedangkan untuk golongan C adalah H 2 S, Cl 2 , Zn, DO, dan N0 2 -N Lampiran 2. Berdasarkan pemantauan BPWC, tingkat kesadahan air Waduk Cirata termasuk golongan - 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 Jumlah petak Tahun Jumlah yang Dianjurkan Jumlah Kolam Pemilik 5 lunak, yaitu 60 mgliter BPWC, 2013. Menurut Kepala BPWC berdasarkan penelitian Laboratorium Jatiluhur dan Institut Teknologi Bandung ITB dalam Kompas 2004 logam berat juga ditemukan pada ikan yang diambil dari budidaya perikanan KJA milik warga: timbal Pb 0,6 part per million ppm; zincseng Zn 22,45 ppm; crom Cr 0,1 ppm; dan air raksa atau merkuri Hg 179,13 partikel per berat badan ppb. Dampak pencemaran air di Waduk Cirata sudah semakin nyata dirasakan oleh para pemanfaat Waduk Cirata. Meskipun untuk pemanfaatan PLTA kualitas air masih layak, pencemaran tersebut tetap menimbulkan dampak pada kinerja PLTA dan juga masa layanan Waduk Cirata. PT. PJB UP Cirata harus mengeluarkan semakin banyak biaya untuk perawatan PLTA karena air waduk semakin korosif terhadap peralatan-peralatan PLTA. Masa layanan Waduk Cirata juga mengalami perubahan dari rancangan awal pembangunan. Waduk Cirata dirancang untuk digunakan sebagai PLTA selama 100 tahun. Namun, karena tingginya laju sedimentasi tingkat sedimentasi tahun 2007 sebesar 3,96 mmtahun maka diperkirakan umur Waduk Cirata tinggal 60 tahun lagi dihitung pada tahun 2007 pada elevasi 185 mdpl dari yang seharusnya masih 80 tahun sejak pemakaian tahun 1987 BPWC, 2011. BPWC berusaha menekan laju sedimentasi yang terjadi dengan memasang trashboom jaring penyaring sampah di enam titik yang menyebar di Waduk Cirata dan melakukan penghijauan di bantaran waduk. Prioritas BPWC adalah menjaga agar waduk dapat dimanfaatkan selama mungkin untuk PLTA. Namun, karena kegiatan perikanan KJA mempengaruhi kualitas waduk yang selanjutnya berpengaruh pula ke PLTA, maka BPWC juga ikut berperan dalam pengelolaan perikanan KJA di Waduk Cirata. Permasalahan Waduk Cirata wilayah Kabupaten Cianjur cenderung homogen dengan wilayah lainnya. Pembudidaya ikan KJA dan nelayan perikanan tangkap sering mengalami kerugian akibat pencemaran air yang menimbulkan upwelling dan penyakit koi herpesvirus KHV. Upwelling disebabkan karena faktor alam, yakni pergantian musim dari musim kemarau ke musim penghujan yang diperburuk oleh jarak antar KJA yang terlalu dekat sehingga menyebabkan minimnya oksigen bagi proses respirasi ikan. Peristiwa ini menyebabkan ikan 6 kekurangan oksigen kemudian mati. Akan tetapi, upwelling bersifat lokal sehingga lokasi dan waktunya bisa tidak bersamaan. Intensitas serangan KHV cenderung lebih sering dibandingkan dengan upwelling dan belum bisa diatasi sehingga permasalahan akibat serangan KHV menjadi ancaman usaha yang lebih dominan bagi pembudidaya ikan KJA Kepala UPTD Cianjur, 2013. Berdasarkan uraian permasalahan penelitian yang dijelaskan di atas, maka rumusan kajian yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana karakteristik pembudidaya ikan dan nelayan perikanan tangkap Waduk Cirata wilayah Kabupaten Cianjur serta persepsi mereka terhadap pencemaran air yang terjadi? 2. Berapa nilai total kerugian ekonomi akibat pencemaran air di Waduk Cirata wilayah Kabupaten Cianjur pada tahun 2013?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengestimasi nilai kerugian ekonomi yang timbul akibat pencemaran air yang terjadi di Waduk Cirata wilayah Kabupaten Cianjur pada tahun 2013, sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi karakteristik pembudidaya ikan dan nelayan perikanan tangkap Waduk Cirata wilayah Kabupaten Cianjur serta persepsi mereka terhadap pencemaran air yang terjadi; 2. Mengestimasi nilai total kerugian ekonomi akibat pencemaran air di Waduk Cirata wilayah Kabupaten Cianjur pada tahun 2013.

1.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka diduga hasil penelitian yang diperoleh adalah bahwa karakteristik dan persepsi pemanfaat Waduk Cirata berhubungan dengan kerugian ekonomi yang terjadi dan menggambarkan kondisi aktual terkini dari para pemanfaat Waduk Cirata yang dikaji dalam penelitian ini. Diduga pula bahwa kerugian ekonomi terbesar diderita oleh pembudidaya ikan KJA. Sementara itu, kerugian terkecil dialami oleh nelayan perikanan tangkap