Pencemaran Air Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi akibat Pencemaran Air di Waduk Cirata, Wilayah Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat

14 membayar Rp 21,62 per kg ikan yang diproduksi untuk mengganti biaya flushing tersebut. Radityo 2013 dengan penelitiannya mengenai dampak ekonomi pencemaran air terhadap perikanan budidaya sistem KJA di Waduk Cirata, Kabupaten Bandung Barat menyatakan bahwa nilai kerugian selama 5 tahun terakhir sebesar Rp 4.219.702.954.280,00. Pendekatan yang digunakan adalah analisis dekriptif, analisis regresi berganda, pendekatan economic loss, dan metode AHP Analysis Hierarchy Process. Analisis dengan menggunakan metode AHP diperoleh bahwa prioritas kebijakan penanganan pencemaran air yang pertama, yaitu kebijakan pemasangan penyaringan sampah dan prioritas kebijakan yang kedua, yaitu pembersihan biologi dengan restocking ikan yang memakan kotoran dan lumut. Menurut Trisnani 2013 dalam penelitiannya mengenai analisis pendapatan dan efisiensi produksi usaha budidaya perikanan pembesaran ikan mas dan nila pada KJA ganda studi kasus Waduk Cirata Desa Bobojong Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur, total biaya penyusutan sebesar Rp 9.330.392,00 per unit per tahun, total biaya tetap sebesar Rp 9.450.222,75 per unit per tahun, total biaya variabel sebesar Rp 151.749.173,00 per unit per tahun, dan total penerimaan sebesar Rp 196.004.457,00 per unit per tahun. Faktor-faktor yang secara signifikan memengaruhi pendapatan usaha budidaya perikanan budidaya pembesaran ikan mas dan nila pada KJA ganda di Desa Bobojong adalah jumlah produksi ikan mas, jumlah produksi ikan nila, harga benih ikan mas, harga benih ikan nila, dan harga pakan ikan mas. Usaha budidaya perikanan budidaya pembesaran ikan mas dan ikan nila di Desa Bobojong layak untuk dilakukan karena nilai RC untuk pendapatan usaha budidaya perikanan atas biaya tunai 1,297 dan biaya total 1,215 lebih besar dari satu. Selain itu, produksi ikan mas dan ikan nila masih perlu ditingkatkan agar mendapatkan keuntungan optimal, yaitu produksi optimal untuk ikan mas adalah 10.798 kg dengan produksi awal sebesar 10.087 kg dan produksi optimal untuk ikan nila adalah 1.404 kg dengan produksi awal hanya sebanyak 1.311 kg untuk setiap panen. Penelitian yang dilakukan oleh Widiastuti 2013 tentang kerugian ekonomi PLTA akibat sedimentasi dan peran kelembagaan dalam pengelolaan 15 Waduk Cirata-Jawa Barat menunjukkan bahwa sumber pencemaran utama yang berasal dari limbah padat adalah sektor perikanan yang berkontribusi pada pencemaran dengan membuang limbah padat sebanyak 742 tonhari berupa sisa pakan dan feses ikan ke perairan waduk. Aktivitas domestik masyarakat di sekitar waduk lebih besar limbah padat yang dibuang sebanyak 58 tonhari jika dibandingkan dengan aktivitas domestik rumahtangga perikanan limbah padat yang dibuang ke perairan sebanyak 11 tonhari. Dengan menggunakan pendekatan Cost and Benefit Analysis, diperoleh kerugian PLTA akibat sedimentasi sebesar 11 miliar dan diestimasi nilai WTP yang bersedia dibayarkan oleh masyarakat penjumlahan dari rumahtangga perikanan dan nonperikanan adalah 53 miliar dianggap sebagai biaya investasi. Maka, jika dijumlahkan dengan nilai kerugian PLTA akan menjadi biaya lingkungan yang dapat digunakan untuk mengatasi sedimentasi pada tahun penelitian, yakni sebesar 65 miliar. Kemudian dengan menggunakan pendekatan Dolsak Ostrom didapatkan bahwa kelembagaan yang ada belum mampu untuk menekan jumlah free rider dan menegakkan peraturan. Rahmani et al. 2011 melakukan penelitian yang bertujuan untuk menghitung input optimal dengan eksternalitas dan tanpa eksternalitas pada budidaya ikan Keramba Jaring Apung KJA di Waduk Cirata menggunakan pendekatan model fungsi biaya ketika KJA dengan dan tanpa eksternalitas. Model dengan eksternalitas memasukkan internalisasi biaya eksternalitas sebagai salah satu biaya produksi. Hasilnya adalah input optimal untuk bibit sebanyak 46,28 kgpetak, pakan sebanyak 1.685,02 kgpetak, tenaga kerja sebanyak 122,09 OHKunit, dan produksi panen sebanyak 938,16 kgpetak ketika tidak ada eksternalitas. Sementara setelah eksternalitas diinternalisasi, input optimal berubah menjadi: bibit sebanyak 31,66 kgpetak, pakan sebanyak 756,24 kgpetak, tenaga kerja sebanyak 50,92 OHKunit, dan produksi panen sebesar 644,6 kgpetak dengan tingkat sedimen 15,25 kgunit. Dengan menggunakan Data Lingkungan Cirata dan software CAD S, diperoleh jumlah KJA optimal sebanyak 15.585 petak dengan menggunakan bibit sebanyak 1.464,7 kgpetak ketika tanpa eksternalitas dan sebanyak 21.133 petak dengan bibit sebanyak 756,24 kgpetak ketika ada eksternalitas.