26 Selanjutnya, setelah mengestimasi masing-masing pemanfaat, maka untuk
memperoleh estimasi total kerugian adalah dengan menjumlahkan seluruhnya sebagai berikut :
ETK = TKK + TKN + TKP ............................................................................... 6 Keterangan :
ETK : Estimasi total kerugian Rp
TKK : Total kerugian KJA Rp
TKN : Total kerugian nelayan perikanan tangkap Rp
TKP : Total kerugian PLTA Rp
4.5 Batasan Penelitian
Batasan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Penelitian hanya dilakukan pada Waduk Cirata wilayah Kabupaten Cianjur;
2. Penelitian ini hanya mengkaji dampak pencemaran air terhadap pemanfaat Waduk Cirata: pembudidaya ikan KJA, nelayan perikanan tangkap, dan PT.
PJB UP Cirata pada tahun 2013; 3. Penelitian ini mengutamakan responden pembudidaya ikan KJA sebab
merupakan kelompok yang paling berpotensi menimbulkan pencemaran air di dalam Waduk Cirata;
4. Estimasi kerugian perikanan budidaya KJA hanya fokus pada ikan yang dominan dibudidayakan di Waduk Cirata, yaitu ikan mas dan nila. Kerugian
diasumsikan telah mencakup kerugian akibat penurunan frekuensi panen; 5. Asumsinya seluruh pembudidaya ikan menggunakan konstruksi KJA umum,
yaitu ukuran 7x7x7 m per petak; 6. Asumsinya pencemaran terjadi setiap tahun;
7. Responden pembudidaya ikan KJA adalah pemilik usaha budidaya perikanan KJA.
27
V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum Kabupaten Cianjur
Kabupaten Cianjur adalah salah satu kabupaten di Jawa Barat yang memiliki luas wilayah 361.434,98 ha. Secara geografis, terletak pada koordinat
106
ᵒ
42’ – 107
ᵒ
25’ Bujur Timur dan 6
ᵒ
21’ - 7
ᵒ
25’ Lintang Selatan. Kabupaten Cianjur berpenduduk sebanyak 2.231.107 jiwa pada tahun 2012 dan dikenal
sebagai daerah pertanian yang subur. Sektor pertanian dan perdagangan menjadi sektor unggulan daerah. Kedua sektor ini juga merupakan sektor yang paling
banyak menyerap tenaga kerja, yaitu sebesar 52,00 untuk sektor pertanian dan 23,00 untuk sektor perdagangan. Secara administratif, Kabupaten Cianjur
memiliki batas-batas sebagai berikut BPS Cianjur, 2013 : sebelah utara
: Kabupaten Bogor dan Kabupaten Purwakarta; sebelah barat
: Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor; sebelah selatan
: Samudra Hindia; sebelah timur
: Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan Kabupaten Garut.
Kabupaten Cianjur terbagi atas 32 kecamatan. Secara geografis, Kabupaten Cianjur dibagi menjadi tiga wilayah pembangunan, yaitu: wilayah
utara, wilayah tengah, dan wilayah selatan. Wilayah utara meliputi 16 kecamatan, yaitu Cianjur, Cilaku, Warungkondang, Gekbrong, Cibeber, Karangtengah,
Sukaluyu, Ciranjang, Bojongpicung, Mande, Cikalongkulon, Cugenang, Sukaresmi, Cipanas, Pacet, dan Haurwangi. Wilayah tengah meliputi 9 kecamatan,
yaitu Sukanagara, Takokak, Campaka, Campaka Mulya, Tanggeung, Pagelaran, Leles, Cijati, dan Kadupandak. Wilayah selatan meliputi 7 kecamatan, yaitu
Cibinong, Agrabinta, Sindangbarang, Cidaun, Naringgul, Cikadu, dan Pasirkuda BPS Cianjur, 2013.
Pengembangan usaha penangkapan ikan laut dan budidaya perikanan air tawar di Kabupaten Cianjur cukup potensial. Hal tersebut didukung oleh jumlah
penduduk yang relatif besar dan ketersediaan lahan untuk melakukan usaha baik penangkapan ikan laut maupun budidaya perikanan air tawar. Usaha penangkapan
ikan laut dikembangkan di sepanjang Pantai Cidaun hingga Agrabinta, sedangkan
28 budidaya perikanan air tawar sangat potensial dikembangkan di wilayah Cianjur
bagian utara dan tengah. Di daerah ini terdapat budidaya ikan hias, pembenihan ikan, mina padi, kolam air deras, dan keramba jaring apung di Waduk Cirata yang
kini juga berkembang menjadi objek wisata air di Kabupaten Cianjur. Produksi ikan air tawar mencapai 9.139.848 ton pada tahun 2013 yang
sebagian besar dihasilkan di wilayah Kecamatan Mande, Ciranjang, dan Cikalongkulon berlokasi di kawasan Waduk Cirata, sedangkan produksi ikan air
tambak dan laut mencapai 27.324 ton dengan sentra produksi di wilayah sekitar Laut Selatan, yakni Kecamatan Agrabinta, Sindangbarang, dan Cidaun BPS
Cianjur, 2013.
5.2 Waduk Cirata
Waduk Cirata merupakan salah satu waduk yang dibangun di Jawa Barat dengan tipe cascade sehingga karakteristik ekosistemnya dipengaruhi oleh
ekosistem waduk di bagian hulunya, yaitu Waduk Saguling. Proses penenggelaman daerah yang dijadikan Waduk Cirata telah merombak ekosistem
daratan dan perairan mengalir menjadi ekosistem perairan tergenang dengan volume air maksimum yang dapat ditampung sebanyak + 2.165 juta m
3
. Tujuan pembangunan Waduk Cirata adalah sebagai waduk multifungsi yang dapat
memberikan keuntungan baik bagi masyarakat maupun pemerintah, antara lain: untuk pembangkit energi listrik, budidaya ikan jaring terapung, sebagai penyedia
air, dan pengembangan ke arah pariwisata BPWC, 2013. Pembangunan Waduk Cirata menenggelamkan daerah di tiga wilayah
administratif kabupaten, yaitu Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Purwakarta, dan Kabupaten Cianjur. Oleh karena itu, Waduk Cirata dibagi menjadi tiga zona,
yaitu Waduk Cirata Zona I terletak di Kabupaten Bandung Barat, Waduk Cirata Zona II terletak di Kabupaten Cianjur, dan Waduk Cirata Zona III yang terletak di
Kabupaten Purwakarta. Adanya proyek Waduk Cirata membuat perubahan sosial ekonomi bagi keluarga-keluarga yang tinggal di lokasi penenggelaman, terutama
terkait dengan mata pencaharian sehari-hari. Sebanyak +6.335 kepala keluarga yang rumah dan tanahnya terkena proyek pembangunan Waduk Cirata harus
direlokasi. Selain itu, terdapat pula +3.776 kepala keluarga lain yang secara tidak
29 langsung merasakan pengaruh dari pembangunan proyek tersebut berupa
kehilangan mata pencaharian BPWC, 2013. Pada tahun 1986, teknik budidaya Keramba Jaring Apung KJA sudah
mulai diaplikasikan di Waduk Cirata. Awalnya, penerapan teknik ini digunakan untuk membuka lapangan kerja baru bagi keluarga yang kehilangan pekerjaan
akibat adanya pembangunan proyek Waduk Cirata. Menurut SK Gubernur Jawa Barat No.41 Tahun 2002, jumlah KJA yang direkomendasikan dapat beroperasi
di Waduk Cirata adalah sebanyak 12.000 petak atau sekitar 1 dari luas keseluruhan perairan waduk. Akan tetapi, berdasarkan sensus pada tahun 2011,
jumlah KJA yang beroperasi di Waduk Cirata sudah mencapai 52.997 petak atau sekitar 4 dari luas keseluruhan perairan waduk. Bahkan, berdasarkan hasil
pemantauan sementara BPWC, jumlah KJA sudah mencapai sekitar 72.000 petak pada tahun 2013 Staf Ahli Tata Air dan Lingkungan BPWC, 2013. Hal tersebut
menunjukkan bahwa KJA yang ada di Waduk Cirata saat ini sudah sangat melebihi daya dukung yang seharusnya. Tingginya antusiasme masyarakat
terhadap teknik ini membuat populasi KJA di Waduk Cirata semakin tidak terkendali dan mempengaruhi masa layanan waduk serta keberlanjutan usaha
budidaya perikanan KJA itu sendiri.
5.3 Pemanfaatan Waduk Cirata Wilayah Kabupaten Cianjur
Waduk Cirata merupakan waduk yang dibangun dengan tujuan multifungsi, yaitu: untuk reservoir penyedia air, budidaya perikanan KJA, dan
utamanya sebagai PLTA. Pemanfaatan Waduk Cirata di seluruh zona cenderung homogen, kecuali untuk fungsi PLTA hanya terkonsentrasi di Zona III dimana
terdapat mesin PLTA. Akan tetapi, kegiatan apapun di seluruh zona akan berdampak pada fungsi PLTA karena merupakan satu kesatuan ekosistem.
Pemanfaatan Waduk Cirata dengan antara lain: budidaya perikanan KJA, usaha perikanan tangkap, dan PLTA.
Budidaya perikanan KJA diusahakan di seluruh zona Waduk Cirata. Para pembudidaya ikan tersebut mendirikan KJA di permukaan air waduk dengan
lokasi yang menyebar di ketiga zona. Sejumlah penelitian yang dilakukan di Waduk Cirata menunjukkan bahwa kondisi Waduk Cirata sudah tidak layak