Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian

18 diperoleh dari hasil regresi komponen utama selanjutnya di interpretasi untuk mengetahui faktor produksi yang mempengaruhi produksi paprika. Setyarini 2011 menyebutkan semua variabel yang dimasukkan ke dalam model berpengaruh positif dan siginifikan terhadap produksi paprika kecuali variabel jumlah hama thrips yang berpengaruh negatif dan signifikan. Hal ini dikarenakan hama thrips merupakan sumber risiko utama yang dapat mempengaruhi penurunan jumlah produksi paprika.

2.3. Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini, penulis mencoba menganalisis mengenai risiko produksi dan faktor yang mempengaruhi produksi paprika hidroponik serta pendapatan anggota kelompok tani paprika “Dewa Family” di Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat. Penelitian ini memiliki persamaan dengan beberapa penelitian terdahulu dalam hal komoditas yang diteliti dan metode analisis yang digunakan, yaitu analisis risiko produksi dan model fungsi produksi Cobb-Douglas. Sementara, perbedaannya terletak pada lokasi penelitian dan topik yang dibahas, dimana penelitian mengenai analisis risiko sekaligus mengenai faktor yang mempengaruhi produksi paprika hidroponik di tempat penelitian belum pernah dilakukan. 19 III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Teori Produksi

Menurut teori ekonomi, produksi atau memproduksi adalah suatu kegiatan untuk menambah kegunaan nilai guna suatu barang. Kegunaan suatu barang akan bertambah bila memberikan manfaat baru atau lebih dari bentuk semula Putong 2010. Dalam proses produksi barang dan jasa dibutuhkan sumber daya berupa alat atau sarana yang disebut dengan faktor-faktor produksi. Faktor-faktor produksi yang dimaksud adalah manusia tenaga kerja, modal uang, sumber daya alam tanah, dan skill teknologi. Bila faktor-faktor produksi tersebut tidak ada, maka tidak ada juga produksi yang dihasilkan Griffin dan Ebert 2003, dan Putong 2010. Dalam pertanian, produksi merupakan perangkat prosedur dan kegiatan yang terjadi dalam penciptaan suatu komoditas berupa kegiatan usahatani maupun usaha lainnya Rahim dan Hastuti 2008. Soekartawi 1994 menyebut faktor produksi dengan sebutan “korbanan produksi”, karena faktor produksi tersebut “dikorbankan” untuk menghasilkan produksi. Faktor-faktor produksi yang digunakan adalah kekayaan sumber daya alam berupa lahan pertanian, sumber daya manusia berupa tenaga kerja, modal yang berbentuk barang bibit, pupuk, dan obat-obatan atau dalam bentuk uang, dan manajemen atau keterampilan skill, serta faktor pendukung seperti iklim dan teknologi Kadarsan 1992, Rahim dan Hastuti 2008, dan Soekartawi et al. 1986. Dapat disimpulkan bahwa produksi komoditas pertanian merupakan hasil proses dari lahan pertanian dengan berbagai pengaruh faktor-faktor produksi. Hubungan teknis antara faktor produksi input dengan hasil produksi output disebut dengan fungsi produksi atau factor relationship. Analisis fungsi produksi adalah analisis yang menjelaskan hubungan sebab-akibat Soekartawi 2002, Rahim dan Hastuti 2008, dan Putong 2010. Dimana variabel Y menggambarkan hasil produksi dan variabel X i adalah masukan i, maka besarnya Y dipengaruhi oleh besarnya X 1 , X 2 , …, X i , X n yang digunakan pada fungsi tersebut. Secara matematis, hubungan tersebut dapat dituliskan seperti: 20 Y = f X 1 , X 2 , …, X i , X n dimana: Y = produksi atau output X 1 , X 2 , ..., X i , X m = faktor produksi atau input Dengan fungsi produksi tersebut, maka hubungan Y dan X dapat diketahui dan sekaligus hubungan X 1 , …, X n , dan X lainnya juga dapat diketahui. Menurut Soekartawi et al. 1986 dan Gujarati 2006a, pemilihan model fungsi produksi sebaiknya relevan dengan analisis ekonomi. Artinya berlaku asumsi tambahan hasil yang semakin berkurang diminishing returns untuk semua variabel X, dimana setiap tambahan unit masukan input akan mengakibatkan proporsi unit tambahan produksi yang semakin kecil dibanding unti tambahan masukan tersebut. Salah satu model fungsi yang biasa digunakan dalam menganalisis usahatani adalah fungsi produksi Cobb-Douglas. Dalam Soekartawi 1994; 1995; dan 2002 fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel yang dijelaskan disebut variabel terikat Y dan variabel yang menjelaskan disebut variabel bebas X. Tiga alasan pokok memilih menggunakan analisis fungsi produksi Cobb-Douglas menurut Soekartawi 2002: 1 Penyelesaian fungis produksi Cobb-Douglas relatif lebih mudah dibandingkan dengan fungsi lain. Fungsi Cobb-Douglas dapt dengan mudah diubah ke dalam bentuk linier. 2 Hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb-Douglas akan menghasilkan koefisien regresi yang sekaligus menunjukkan elastisitas. 3 Besaran elastisitas tersebut juga sekaligus menunjukkan pergerakan skala usaha return to scale atas perubahan faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi. Untuk menetukan keadaan dari suatu usaha, apakah mengikuti kaidah increasing, constant, atau decresing to scale melalui penjumlahan seluruh koefisien regresi pada model. a Increasing returns to scale, jika a 1 + a 2 1. Artinya, fungsi produksi berada pada kenaikkan hasil yang semakin bertambah. Dimana proporsi penambahan input produksi akan menghasilkan tambahan produksi yang proporsinya lebih besar. 21 b Constant returns to scale, jika a 1 + a 2 = 1. Artinya fungsi produksi berada pada kenaikan hasil yang tetap. Dimana penambahan input produksi akan proporsional dengan penambahan produksi yang diperoleh. c Decreasing returns to scale, jika a 1 + a 2 1. Artinya, fungsi produksi berada pada kenaikan hasil yang semakin berkurang. Dimana proporsi penambahan input produksi melebihi proporsi penambahan produksi. Hubungan antara X dan Y diselesaikan dengan cara regresi, yaitu variasi dari Y akan dipengaruhi oleh variasi dari X. Secara matematis, fungsi Cobb- Douglas dapat dituliskan seperti berikut: Y = a e u Dimana: Y = variabel yang dijelaskan dependent variable X = variabel yang menjelaskan independent variable a , a i = besaran yang akan diduga u = faktor kesalahan disturbance term e = logaritma natural e = 2,718 Dalam persamaan fungsi tersebut terdapat bilangan berpangkat, maka untuk memudahkan pendugaan dilakukan transformasi ke dalam bentuk logaritma natural Ln sehingga menjadi fungsi linier berganda multiple linier. Persamaan fungsi dapat dituliskan kembali menjadi: Ln Y = Ln a + a 1 Ln X 1 + a 2 Ln X 2 + … + a i Ln X i + … + a n Ln X n + u Pada persamaan tersebut terlihat bahwa nilai a 1 dan a 2 tetap walaupun variabel yang terlibat telah dilogaritmakan. Hal ini tejadi karena a 1 dan a 2 pada fungsi Cobb-Douglas sekaligus menunjukkan elastisitas X terhadap Y Soekartawi 2002. Elastisitas produksi Ep merupakan presentase perbandingan hasil produksi atau output sebagai akibat dari presentase perubahan input atau faktor produksi yang digunakan Soekartawi 2002 dan Rahim dan Hastuti 2008. Elastisitas produksi digunakan untuk mengetahui tingkat produksi yang optimum dari pemakaian faktor-faktor produksi, dapat dirumuskan sebagai berikut: Ep = ⁄ Ep = Ep = PM 22 Ep = Dimana: ΔY = perubahan hasil produksi komoditas pertanian ΔX = perubahan penggunaan faktor produksi Y = hasil produksi komoditas pertanian X = jumlah penggunaan faktor produksi ΔYΔX merupakan produk marjinal PM yaitu tambahan produksi yang dihasilkan dari tambahan satu unit input, sementara YX merupakan produk rata- rata PR yaitu produksi per satuan input Soekartawi 2002 dan Rahim dan Hastuti 2008. Fungsi produksi dapat dinyatakan dengan kurva produksi, yaitu kurva yang menggambarkan hubungan fisik faktor produksi input dan hasil produksinya output, dengan asumsi hanya satu faktor produksi yang berubah dan faktor produksi lainnya dianggap tetap ceteris paribus. Selain itu, fungsi produksi juga menggambarkan produk marjinal PM dan produk rata-rata PR. Hubungan input dan output dapat digambarkan seperti yang tercantum pada Gambar 2. Gambar 2 . Hubungan antara Produk Total PT, Produk Marjinal PM, dan Produk Rata-rata PR Sumber: Rahim dan Hastuti 2008 dan Soekartawi 2002 PT Ep1 0Ep1 Ep0 I II III X PMPR PM PR X X 1 X 2 X 3 Y Hasil Produksi Faktor Produksi 23 Berdasarkan Gambar 2 kurva produksi dibagi menjadi tiga daerah, yaitu: 1 Daerah produksi I dengan nilai elastisitas produksi lebih besar dari satu Ep 1. Terjadi saat nilai PM lebih besar dari PR, artinya setiap penambahan faktor produksi sebesar satu persen akan menyebabkan penambahan produksi yang selalu lebih besar dari satu persen. Pada daerah ini belum tercapai keuntungan yang maksimum karena produksi masih dapat ditingkatkan. Sehingga, daerah ini disebut daerah irrasional atau inefisien. 2 Daerah produksi II dengan nilai elastisitas produksi antara nol dan satu 0 Ep 1. Terjadi penurunan PR saat PM mencapai titik nol dan PT sedang menaik mencapai titik maksimum. Hal ini menunjukkan setiap penambahan faktor produksi sebesar satu persen akan menyebabkan penambahan produksi paling tinggi satu persen dan paling rendah nol persen. Pada daerah ini terjadi penambahan hasil produksi yang semakin menurun diminishing returns, hingga pada titik tertentu penggunaan sejumlah input dapat menghasilkan produksi yang optimum. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan input di daerah ini sudah optimal atau nilai produk marjinal sama dengan harga input NPM = P x , sehingga disebut daerah rasional atau efisien. 3 Daerah produksi III dengan nilai elastisitas produksi kurang dari nol Ep 0. Terjadi penurunan PT dan PR saat nilai PM menjadi negatif, artinya setiap penambahan faktor produksi sebesar satu persen akan menyebabkan penurunan jumlah produksi. Daerah ini mencerminkan penggunaan faktor produksi sudah tidak lagi efisien dan akan merugikan petani, sehingga daerah ini disebut daerah irrasional. Soekartawi 2002 menyatakan ada beberapa hal yang menyebabkan petani sulit untuk mencapai tingkat produksi yang optimum, yaitu: 1 Petani tidak atau belum memahami prinsip hubungan input dan ouput. Dimana petani menggunakan input yang berlebihan, sehingga produksi optimum tercapai pada saat input sudah terlalu banyak diberikan. Akibatnya, jumlah keuntungan yang diterima menjadi lebih sedikit. 2 Petani sering dihadapi pada faktor risiko yang tinggi, sehingga produksi optimum tidak dapat dicapai. Misalnya, serangan hama dan penyakit atau 24 adanya iklim dan cuaca yang tidak menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman. 3 Petani sering dihadapkan oleh pada faktor ketidakpastian dengan harga di masa yang akan datang, sehingga pada saat panen harga produk menjadi rendah dan akhirnya keuntungan menjadi kecil. 4 Keterbatasan petani dalam menyediakan input diikuti dengan kurangnya keterampilan petani dalam berusahatani. Hal ini menyebabkan rendahnya produksi yang diperoleh, sehingga keuntungan yang diperoleh juga semakin berkurang.

3.1.2. Konsep Risiko

Menurut Soekartawi 2002, penggunaan input produksi dalam fungsi produksi masih dipengaruhi oleh faktor lain di luar kontrol manusia. Hal ini dikenal dengan istilah “faktor ketidaktentuan uncertainty” dan “risiko risk”. Besarnya tingkat faktor ketidaktentuan ini akan menentukan besarnya risiko yang dihadapi, sehingga menyebabkan kesenjangan produktivitas yield gap antara produktivitas potensial dan produktivitas yang dihasilkan. Para pelaku usaha berusaha untuk menghidari risiko dan ketidakpastian yang dianggap sama. Seperti yang dinyatakan oleh Kadarsan 1992, risiko dan ketidakpastian menjabarkan suatu keadaan yang memungkinkan adanya berbagai macam akibat dari usaha-usaha tertentu. Perbedaan keduanya, risiko merupakan keadaan yang hasil dan akibatnya mengikuti suatu penjabaran kemungkinan yang diketahui, sedangkan ketidakpastian menunjukkan keadaan yang hasil dan akibatnya tidak bisa diketahui. Secara teori definisi dari risiko dan ketidakpastian merupakan dua hal yang saling berhubungan. Beberapa sumber mengartikan risiko dan ketidakpastian bermacam- macam. Hanggraeni 2010 memberikan definisi risiko sebagai kejadian yang berpotensi terjadinya sesuatu yang dapat menimbulkan kerugian pada suatu usaha. Timbulnya risiko karena adanya unsur ketidakpastian di masa mendatang, adanya penyimpangan, terjadinya sesuatu yang tidak diharapkan, atau tidak terjadinya sesuatu yang diharapkan. Risiko bersifat dinamis dan memiliki interdependensi satu sama lain, sehingga harus diantisipasi sejak awal agar tidak terjadi apa yang tidak diinginkan. 25 Kountur 2004; 2008 menjelaskan bahwa setiap kegiatan usaha yang dijalankan tidak terlepas dari risiko dan ketidakpastian. Risiko didefinisikan sebagai suatu kejadian yang berhubungan dengan keadaan yang tidak pasti, dimana kejadian tersebut memiliki kemungkinan untuk tidak terjadi atau terjadi. Dalam situasi ketidakpastian tersebut terdapat lebih dari satu kemungkinan dari suatu keputusan, merugikan atau menguntungkan. Apabila ketidakpastian yang dihadapi berdampak menguntungkan disebut dengan kesempatan opportunity, sedangkan yang berdampak merugikan disebut dengan risiko risk. Menurut Bodie dan Merton dalam Harwood et al. 1999, risiko merupakan ketidakpastian uncertainty yang berdampak pada kesejahteraan individual, dan seringkali dihubungkan dengan kehilangan atau kerugian. Harwood et al. 1999 menjelaskan risiko adalah ketidakpastian yang mempengaruhi suatu kesejahteraan indiviu, dan sering berkaitan dengan kerugian dan kehilangan. Dalam menghadapi situasi yang berisiko, manajemen risiko melibatkan pemilihan dari berbagai alternatif untuk mengurangi efek dari berbagai jenis risiko. Vaughan 1978 yang diacu dalam Darmawi 2006 mengemukakan beberapa definisi mengenai risiko: Pertama, Risk in the chance of loss Risiko adalah kesempatan terjadinya kerugian. Definisi ini dipergunakan untuk menunjukkan suatu kejadian dimana terdapat suatu keterbukaan exposure terhadap kerugian atau suatu kemungkinan terjadinya kerugian. Kedua, Risk is the possibility of loss Risiko adalah kemungkinan terjadinya kerugian. Istilah “possibility” dapat diartikan sebagai peluang menunjukkan bahwa probabilitas sesuatu kejadian atau peristiwa berada diantara nol dan satu. Ketiga, Risk is uncertainty Risiko adalah ketidakpastian. Definisi ini menyatakan risiko berhubungan dengan ketidakpastian uncertainty, adanya risiko karena adanya ketidakpastian. Dengan demikian, Darmawi 2006 menyimpulkan bahwa arti “kemungkinan” menunjukkan adanya ketidakpastian dan ketidakpastian merupakan kondisi yang menyebabkan timbulnya risiko. Dari definisi-definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan mengenai risiko dan ketidakpastian. Risiko merupakan kemungkinan terjadinya akibat buruk kerugian yang tidak diinginkan, atau tidak terduga. Sedangkan, ketidakpastian 26 merupakan suatu kondisi yang bisa saja terjadi atau tidak terjadi dan menimbulkan dampak pada kerugian atau keuntungan Kountur 2004; 2008, Darmawi 2006, Hanggraeni 2010, Harwood et al. 1999, dan Darmawi 2006. Dampak dari risiko dan ketidakpastian menyebabkan hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan harapan. Dalam penelitian ini, konsep-konsep risiko tersebut dijadikan sebagai acuan untuk mendefinisikan risiko yang terjadi sesuai lapang.

3.1.2.1. Penilaian Risiko

Indikasi adanya risiko dalam suatu kegiatan usaha dapat dilihat dengan adanya variasi, fluktuasi atau volatilitas dari hasil yang diperoleh, seperti fluktuasi produksi, harga output, atau pendapatan untuk setiap satuan yang sama. Penilaian risiko dilakukan dengan mengukur nilai penyimpangan yang terjadi. Namun, perlu diketahui terlebih dahulu mengenai nilai harapan atau expected return. Selanjutnya dilakukan dengan pendekatan ragam variance, standar deviasi standard deviation, dan koefisien variasi coefficient variation Elton dan Gruber 1995. 1 Return, Probability, dan Expected Return ER Dalam pengambilan keputusan, return memiliki keterkaitan yang erat dengan peluang probability dan nilai harapan atau expected return Elton dan Gruber 1995. Return merupakan hasil yang diperoleh, berupa pendapatan, produksi, atau harga. Peluang atau probability menunjukkan distribusi frekuensi terhadap suatu kejadian untuk periode waktu tertentu. Besar kecilnya peluang dari suatu kejadian dapat diukur berdasarkan pengalaman yang telah dialami pelaku usaha dalam menjalankan usahanya. Total peluang dari beberapa kejadian berjumlah satu. Expected return merupakan suatu nilai yang diharapkan dapat diperoleh dari kegiatan usaha yang dilakukan. Nilai harapan expected return diukur dengan menjumlahkan perkalian peluang probability dan hasil dari setiap kejadian return. 2 Variance, Standard Deviation, dan Coefficient Variation Ketiga ukuran tersebut saling berkaitan satu sama lain. Nilai ragam variance sebagai penentu ukuran yang lainnya, diperoleh dari penjumlahan selisih kuadrat return dengan ekspetasi return yang dikalikan dengan peluang dari 27 setiap kejadian. Standar deviasi standard deviation merupakan akar kuadrat dari nilai varians. Sementara koefisien variasi coefficient variation merupakan rasio dari standar deviasi dengan nilai harapan expected return dari suatu usaha. Penilaian risiko digunakan untuk melihat seberapa besar dampak yang dihasilkan dari faktor penyebab risiko terhadap penerimaan atau produksi yang diharapkan pelaku usaha. Dalam kegiatan pertanian, seringkali terjadi kesenjangan produktivitas yield gap antara produktivitas potensial dan produktivitas yang dihasilkan oleh petani. Kesenjangan produktivitas terjadi karena adanya faktor yang sulit untuk diatasi petani, seperti adanya perbedaaan lingkungan, seperti iklim. Hal ini disebut dengan yield gap I. Disamping itu, dikenal pula yield gap II yang disebabkan oleh kendala biologi seperti serangan hama dan penyakit atau perbedaan varietas, dan kendala sosial-ekonomi seperti kebiasaan dan sikap petani, tingkat pendidikan dan pengetahuan petani, adanya faktor ketidakpastian, atau risiko dalam usahatani Soekartawi 2002. Sumber risiko dalam kegiatan pertanian menurut Harwood et al. 1999 diantaranya: 1 Risiko produksi hasil pertanian terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa hal yang tidak dapat dikendalikan oleh manusia. Hal tersebut berkaitan dengan cuaca buruk, curah hujan, suhu yang ekstrim, salju, serta serangan hama dan penyakit. Di sisi lain, penggunaan teknologi yang tidak tepat juga dapat menimbulkan risiko produksi karena dapat menyebabkan gagal panen, rendahnya produktivitas, dan lain sebagainya. 2 Risiko harga atau pasar dipengaruhi oleh perubahan harga output dan input pertanian. Perubahan harga tersebut dapat mempengaruhi struktur biaya produksi. Dimana harga yang diterima pada musim tanam saat ini akan berbeda dengan harga yang diterima petunia pada musim tanam berikutnya. Sehingga megakibatkan fluktuasi pada penerimaan petani. 3 Risiko personal atau human error ditimbulkan karena adanya perubahan yang menganggu seperti kematian, cedera, atau kesehatan yang buruk dari tenaga kerja. Selain itu, perubahan tujuan dari individu yang terlibat di dalam perusahaan pertanian memiliki efek yang signifikan terhadap kinerja jangka panjang operasional perusahaan. Contohnya risiko aset yang diakibatkan oleh pencurian, kebakaran, atau kerusakana lainnya pada peralatan atau bangunan. 28

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian

Desa Pasirlangu menjadi salah satu sentra produksi paprika yang cukup besar di Provinsi Jawa Barat, dikarenakan kondisi topografi yang cocok untuk budidaya paprika. Kelompok tani paprika “Dewa Family” menjadi salah satu kelompok tani pionir dalam pengembangan paprika hidroponik di Desa Pasirlangu. Tingginya permintaan paprika kepada kelompok tani, menuntut petani anggota untuk dapat menghasilkan produksi yang maksimal. Keterbatasan produksi yang dihasilkan dikarenakan masih rendahnya produktivitas maupun kualitas paprika yang dihasilkan. Selama empat periode tanam 2008 – 2011, produktivitas paprika yang dihasilkan petani anggota mengalami fluktuasi. Rata-rata produktivitas paprika hidroponik yang mampu dicapai petani anggota pada tahun 2011 adalah sebesar 6,58 kilogram per m 2 , padahal produktivitas optimal yang dapat dicapai tanaman paprika sesuai dengan kondisi di Indonesia sebesar 8,00 – 9,00 kilogram per m 2 Gunadi et al. 2006. Kesenjangan produktivitas dan berfluktuatif mengindikasikan adanya penyimpangan dalam kegiatan produksi paprika hidroponik. Penyimpangan ini terkait dengan risiko produksi pada usahatani paprika hidroponik yang dijalankan petani anggota. Risiko produksi yang terjadi diduga disebabkan oleh faktor internal atau input produksi seperti benih, tenaga kerja, dan lain-lain. Selain itu, faktor eksternal atau lingkungan yang tidak dapat dikuasai petani, seperti kondisi cuaca, serta serangan hama dan penyakit. Dalam penelitian ini, yang pertama dilakukan adalah mengetahui besarnya risiko produksi yang dihadapi oleh petani anggota dalam menjalankan usahatani paprika hidroponik. Namun, sebelum menganalisis tingkat risiko produksi, sumber-sumber risiko produksi yang mempengaruhi produksi paprika hidroponik diidentifikasi dan dianalisis terlebih dahulu. Selanjutnya, penilaian risiko menggunakan metode ragam variance, simpangan baku standart deviation, dan koefisien variasi coefficient variation. Pendapatan merupakan hasil akhir yang diperoleh petani sebagai bentuk imbalan atas pengelolaan sumber daya yang dimilikinya. Besarnya pendapatan yang diharapkan dapat digunakan sebagai tolak ukur tingkat keberhasilan petani dalam melakukan usahanya. 29 Setelah itu, penelitian ini juga menganalisis faktor-faktor produksi apa saja yang mempengaruhi produksi paprika hidroponik dengan menggunakan model fungsi produksi Cobb-Douglas. Hal ini dilakukan untuk melihat pengaruh penggunaan faktor produksi input terhadap produksi yang dihasilkan output. Berdasarkan penelitian sebelumnya dan informasi di lapang, input produksi yang diduga mempengaruhi hasil produksi paprika hidroponik adalah luas greenhouse, jumlah benih, nutrisi, pupuk pelengkap cair, insektisida, fungsida, dan tenaga kerja. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran mengenai usahatani paprika hidroponik bagi petani anggota kelompok tani paprika “Dewa Family” dan rekomendasi dalam membuat perencanaan produksi, terutama untuk mengatasi risiko produksi dan meningkatkan produksi selanjutnya. Alur kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 3. 30 Gambar 3 . Alur Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian Adanya kesenjangan antara produktivitas paprika hidroponik yang dihasilkan anggota K elompok Tani Paprika “Dewa Family” dengan produktivitas potensial  Apa saja sumber penyebab terjadinya risiko produksi paprika hidroponik di Kelompok Tani Paprika “Dewa Family”.  Seberapa besar tingkat risiko yang dihadapi petani anggota Kelompok Tani Paprika “Dewa Family”.  Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap produksi paprika hidroponik di Kelompok Tani Paprik a “Dewa Family”. Gambaran dan rekomendasi untuk meningkatkan produksi paprika hidroponik Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi paprika hidroponik dengan Fungsi Produksi Cobb-Douglas Luas greenhouse Jumlah Benih Nutrisi Pupuk Pelengkap Cair Insektisida Fungisida Tenaga kerja Input Produksi Paprika  Sumber-sumber yang menyebabkan risiko  Besarnya risiko produksi berdasarkan produktivitas, yang dihadapi petani responden  Analisis Risiko Produksi: Nilai harapan Expected Return, Ragam variance, Simpangan baku standart deviation, Koefisien variasi coefficient variation Penanganan Risiko Peningkatkan Produksi 31 IV. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian