Usia dan Tingkat Pendidikan

51 membayar di muka, namun ada suatu perjanjian pemotongan biaya sesuai pengambilan barang ketika pembayaran hasil panen. 2 Gudang penyimpanan paprika. Gudang terletak bersebelahan dengan kios saprotan. Pembuatan gudang dua lantai ini atas bantuan Kementerian Pertanian Indonesia melalui Dinas Pertanian Jawa Barat yang dilengkapi dengan cool storage atau lemari pendingin berukuran 36 m 3 . Selain dimanfaatkan sebagai tempat sortasi dan grading dan penyimpanan paprika, juga sebagai sekretariat kelompok tani paprika “Dewa Family” di lantai atas gedung ini.

5.3. Karakteristik Responden

Karakteristik dari 12 responden diklasifikasikan berdasarkan usia dan tingkat pendidikan, pengalaman bertani paprika, lama bergabung dengan kelompok tani, jumlah dan luas greenhouse yang dimiliki, dan komoditas lain yang dibudidayakan.

5.3.1. Usia dan Tingkat Pendidikan

Usia menurut Soekartawi et al. 1986 merupakan karakteristik individu yang dapat mempengaruhi fungsi biologis dan psikologis individu. Dalam batas- batas tertentu, semakin bertambahnya usia seseorang maka tenaga kerja yang dimiliki akan semakin produktif, dan setelah mencapai usia tertentu produktivitas tersebut akan menurun. Kisaran usia 31 – 45 tahun mendominasi 66,67 struktur umur petani responden, artinya petani responden masih berada dalam usia produktif 66 tahun. Umur petani responden termuda adalah 30 tahun dan yang tertua adalah 58 tahun, dengan rata-rata usia petani adalah 42,92 tahun. Seluruh petani responden berjenis kelamin pria. Menurut penelitian Chairnani 2010 mayoritas kegiatan usahatani paprika hidroponik di Desa Pasirlangu dilakukan oleh pria. Hal ini dikarenakan tenaga wanita tergantikan oleh teknologi dan masih adanya anggapan bahwa wanita tidak mampu bekerja pada kegiatan pertanian. Namun di kelompok tani paprika “Dewa Family”, istri dari para petani responden biasanya juga ikut membantu dalam kegiatan usahatani. Tingkat pendidikan petani responden di kelompok tani paprika “Dewa Family” masih tergolong rendah. Hal ini dibuktikan dari pendidikan formal yang dominan ditempuh oleh petani responden adalah SD dan SMP masing-masing 52 33,33 persen atau sebanyak 4 orang. Petani responden yang mencapai jenjang SMA hanya 1 orang atau 8,33 persen. Sisanya berpendidikan cukup tinggi yaitu S1 dan S2, untuk S1 sebanyak 2 orang atau 16,67 persen dan S2 sebanyak 1 orang atau 8,33 persen. Dimana 3 orang petani responden berpendidikan tinggi tersebut menjadikan usahatani paprika sebagai pekerjaan sampingan, dengan pekerjaan utama sebagai Pegawai Negeri Sipil PNS. Sementara petani responden lainnya bergantung pada pertanian. Tingkat pendidikan pada umumnya akan mempengaruhi cara berpikir petani. Dimana pendidikan yang relatif tinggi dan umur yang muda mempengaruhi cara berpikir petani. Namun dari hasil wawancara menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tidak terlalu berpengaruh terhadap pengetahuan petani mengenai usahatani paprika hidroponik. Hal ini disebabkan pengetahuan usahatani paprika hidroponik diperoleh melalui pengalaman dan pembelajaran secara turun temurun. Mengingat dari karakteristik masyarakat Desa Pasirlangu yang tingkat pendidikannya masih rendah, sehingga bersekolah tinggi pun dianggap tidak terlalu penting.

5.3.2. Pengalaman Bertani Paprika Hidroponik