Proses pengerjaan lagu yang cukup berbeda yaitu dengan langsung menggunakan perangkat teknologi komputer. Dengan spesifikasi dan dengan
mengandalkan software yang dipunyai, proses pengerjaan lagu tahap demi tahap dilakukan dengan komputer. Seperti yang dilakukan oleh Reza Satya, personel
band “90’s Darck Chaotic Robot” band yang bernaung di komunitas Kirana, Reza mengungkapkan pengalamannya:
“Biasa tracking di rumah, depan komputer. Ya ide-ide yang didapat kalau sudah oke langsung dikerjain di komputer.”
Dari paparan di atas, dapat memberi gambaran bahwa beragam cara yang ditempuh melalui proses kreatif yang dimiliki band-band indie untuk melahirkan
sebuah karya lagu. Masing-masing band indie tentunya memiliki caranya sendiri, dalam menghasilkan karya lagu memang dibutuhkan ide atau inspirasi dan
melalui proses-proses kreatif yang beragam.
3.5.2. Strategi Pemasaran Lagu atau KasetAlbum CD
Persoalan industri musik secara luas di hampir seluruh negara-negara di dunia termasuk industri musik di Indonesia, jalur major label mainstream atau
indie label seringkali menjadi pertimbangan bagi band-band dalam memasarkan karya lagu atau kaset atau album CD. Jalur major label ataupun indie label tentu
memiliki idealisme tersendiri. Dengan semangat kemandirian yang dimiliki oleh ketiga komunitas musik indie kota Medan, jalur indie label merupakan pilihan
yang ditempuh. Jalur indie label yang dipilih yaitu berdasarkan idealisme yang dimiliki
sebagai lawan tanding bagi budaya mainstream major label. Jalur indie label ini
Universitas Sumatera Utara
ditempuh sebagai wujud ketidakpuasan pada pasar yang diciptakan oleh budaya mainstream, kebebasan berekspresi, dan bebas dari kungkungan budaya
mainstream serta sentralisasi musik ibukota Jakarta yang sulit ditembus seringkali membuat jalur indie label menjadi pilihan.
Komunitas-komunitas musik indie kota Medan terbukti mampu menciptakan pasarnya sendiri. Hal tersebut juga dapat dibuktikan oleh komunitas
Kirana, komunitas Tomat, dan komunitas Medan Movement dengan menempuh jalur indie label mampu menciptakan pasar penikmat musiknya sendiri. Meskipun
penikmat musik ini berasal dari kalangan tertentu saja, yaitu remaja-remaja yang tergabung dalam komunitas, dan remaja-remaja di luar komunitas yang merasa
jenuh dengan musik-musik yang disuguhkan oleh mainstream. Setidaknya komunitas-komunitas musik indie tersebut berhasil menyuguhkan alternatif dalam
hal musik dan bermusik bagi penikmat-penikmat musik. Dalam hal memproduksi album, komunitas-komunitas musik indie kota
Medan tersebut memanfaatkan potensi-potensi yang dimiliki oleh masing-masing anggotanya. Dari mulai desain grafis, pengerjaan cover album bahkan sampai
pada music recording masing-masing dapat dikerjakan berdasarkan potensi- potensi yang dimiliki oleh masing-masing anggota komunitas.
Proses memasarkan album CD bisa tergambarkan berdasarkan hasil observasi penulis yang datang langsung ke acara launching album Rizky Pratama
Sembiring beberapa waktu lalu. Proses launching album yang bertujuan untuk mempromosikan karya-karya lagunya, Rizky Pratama Sembiring tampil secara
live di dalam rumah areal studio Kirana. Acara launching terbilang sederhana
Universitas Sumatera Utara
sekali namun kreatif, proses launching ini dikerjakan oleh teman-teman Rizky sendiri baik dari konsep penataan acara, cover album CD dan lain-lainnya.
Proses pemasaran karya lagu dan album atau mini album ini selain mempromosikannya dari teman ke teman sesama komunitas, usaha lain yang
ditempuh adalah dengan menitipkan ke distro-distro kota Medan. Selain distro, radio-radio lokal Medan seperti Bonsita FM, Kiss FM, Prambors Medan, Visi
FM dan radio lainnya, majalah-majalah lokal Medan seperti Kover Magazine, Applause dan sampai pada majalah Wave Magazine yang khusus meliput musik
indie kota Medan juga mengambil peran dalam mempromosikan karya lagu dan album band-band indie kota Medan ini.
Gigs atau pertunjukan musik indie yang diselenggarakan oleh masing- masing komunitas musik indie, juga merupakan faktor yang paling berpengaruh
bagi promosi karya lagu dan album yang dimiliki oleh band-band indie kota Medan. Selain gigs, band-band indie kota Medan juga menempuh jalur promosi
melalui dunia maya. Band-band indie kota Medan juga sering membagi-bagikan secara gratis karya-karya lagu di situs-situs jejaring sosial via internet. Situs-situs
internet yang ditempuh oleh band-band indie
diantaranya adalah www.4shared.com, www.youtube.com, www.myspace.com, dan sebagainya
sampai kepada situs jejaring sosial yang ramai digemari yaitu www.facebook.com dan www.twitter.com. Menjadi suatu kemungkinan bahwa melalui situs-situs di
internet musik-musik mereka dapat dinikmati secara luas bagi masyarakat Indonesia maupun negara-negara di luar Indonesia. Karena penikmat-penikmat
Universitas Sumatera Utara
musik bisa secara bebas dan gratis dengan cara cukup meng-klik download pada situs-situs yang dituju band-band indie tersebut.
Proses pemasaran karya lagu yang biasa ditempuh oleh band-band indie kota Medan ini dapat tergambarkan berdasarkan hasil wawancara penulis pada
beberapa informan yang tergabung dalam ketiga komunitas musik indie. Seperti yang dikemukakan oleh Ari, sebagai berikut:
“Dari hp ke hp kawan, radio, gabung ke CD kompilasi indie seperti yang pernah dilakukan Star FM sama internet atau homepage”
Fandy Siagian juga mengemukakan pengalamannya sebagai berikut: “Dibagikan ke kawan-kawan, ke radio, ke facebook, social
networking, gitu.” Berdasarkan deskripsi tersebut di atas, tergambarkan bahwa komunitas
musik indie kota Medan memberi dampak positif pada masyarakat kota Medan secara umum. Komunitas musik indie kota Medan mempunyai dampak positif
dalam menawarkan alternatif secara khusus bagi remaja-remaja kota Medan selaku penikmat musik. Berangkat dari semangat Do It Yourself D.I.Y yaitu
semangat kemandirian dalam bermusik indie, melalui proses kreatif yang bisa dikerjakan secara sendiri, menjadi daya tarik tersendiri dan menginspirasi
masyarakat kota Medan secara umum.
Universitas Sumatera Utara
3.7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Musik Indie di Kota