1.6.3. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini dibedakan atas data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif dijadikan data utama, sedangkan data kuantitatif digunakan untuk
melengkapi data kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan mencari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari
lapangan melalui observasi dan wawancara mendalam. Sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari kepustakaan, dalam hal ini buku-buku,
literatur, jurnal, tesis, laporan penelitian, skripsi, serta bahan-bahan bacaan yang relevan dengan masalah penelitian.
Dalam penelitian ini, pengumpulan data primer dilakukan dengan beberapa teknik, yaitu :
1.6.3.1. Wawancara
Pertanyaan-pertanyaan awal hingga informasi yang dibutuhkan untuk mendeskripsikan kondisi objektif, sangat efektif dengan metode ini. Metode ini
juga dapat lebih mendekatkan diri secara emosional dengan informan. Selain itu, data-data otentik dari sudut pandang masyarakat emic view juga dapat dimulai
dengan wawancara. Menurut Bungin 2007:107 wawancara merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil
bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, di mana
pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Wawancara yang dilakukan pada praktek penelitian ini bersifat
kondisional. Penulis melakukan wawancara terbuka ataupun tertutup, berencana
Universitas Sumatera Utara
dan tidak berencana, dan wawancara mendalam berdasarkan kondisi yang sesuai dengan keadaan di lapangan. Untuk mendapatkan data tentang pengertian istilah
indie, penulis juga melakukan wawancara melalui surat elektronik email ke email resminya “Pure Saturday” infopuresaturday.com yang dianggap sebagai
pioner band indie di Indonesia. Wawancara berencana dan tidak berencana, penulis lakukan pada informan selaku penikmat musik indie, yaitu informan yang
terbilang sering penulis lihat hadir di setiap acara-acara pertunjukan musik indie di kota Medan, seperti yang penulis lakukan kepada Nola Pohan, Rizki Maghfira,
dan Acid Anwar. Wawancara kepada informan tersebut langsung penulis lakukan dengan cara berbincang di tengah-tengah pertunjukan musik indie gigs.
Kekurangan dan ketidakjelasan data mengenai hal ini, penulis mengatasinya dengan melakukan wawancara kembali kepada informan dalam gigs berikutnya
yang juga dihadiri oleh informan. Wawancara mendalam penulis lakukan seperti kepada Yas Budaya vokalis
“Alone At Last”, band indie asal kota Bandung dalam kesempatan ketika “Alone At Last” diundang konser oleh komunitas Medan Movement. “Alone At Last”
merupakan band indie Indonesia yang sampai saat ini mampu eksis dan produktif dalam menghasilkan karya. “Alone At Last” juga merupakan band indie yang
cukup dikenal oleh remaja-remaja pelaku dan penikmat musik indie, serta mempunyai friends dalam dunia musik secara luas dikenal dengan istilah fans
yang dinamakan ‘Stand Alone Crew’ yang tersebar di seluruh daerah Indonesia. Atas dasar itulah, penulis langsung meminta waktu kepada Yas Budaya ketika
bertemu di Aula Terminal Futsal tempat berlangsungnya konser “Alone At
Universitas Sumatera Utara
Last”. Sebelumnya, penulis tidak menyangka, Yas Budaya sangat merespon dengan baik ajakan penulis untuk berdiskusi wawancara mengenai musik indie
dengannya, “Gue demen banget kayak ginian, gue respect sama lo. Yok kita berbagi cerita” jawab Yas Budaya. Wawancara penulis lakukan dengan Yas
Budaya beberapa jam sebelum “Alone At Last” konser. Wawancara secara mendalam penulis lakukan khususnya bagi informan
kunci pada ketiga komunitas musik indie, yaitu informan selaku pelaku komunitas musik indie yang merupakan anggota yang aktif dan berpengaruh di
komunitasnya seperti penulis mewawancarai Torep, Lutfi Kentung di komunitas Kirana. Di komunitas Tomat ada Dicky dan Ari, dan di komunitas Medan
Movement penulis jumpai Indra Antian Sitompul Bimbim, Fandy dan Darren. Wawancara mendalam ini dilakukan sesuai dengan waktu dan tempat yang
disepakati informan dengan penulis. Tempat wawancara biasa dilakukan di tempat berkumpulnya remaja-remaja komunitas tersebut, dan juga pernah dilakukan pada
malam hari di salah satu warung kopi yang ada di kota Medan. Penulis juga memanfaatkan korespondensi melalui percakapan telepon, pesan singkat sms,
dan BBM BlackBerry Messenger fasilitas pesan singkat yang disediakan BlackBerry smartphone kepada informan apabila ada wawancara yang tidak
begitu jelas ditangkap oleh alat perekam, dan apabila informan sedang berada di luar kota Medan.
Universitas Sumatera Utara
1.6.3.2. Observasi Partisipasi