Remaja Sebagai Pelaku Komunitas Musik Indie Remaja Sebagai Penikmat Musik Indie

Dari remaja-remaja yang tergabung dalam masing-masing komunitas, yaitu komunitas Kirana, komunitas Tomat dan komunitas Medan Movement, dominan banyak yang menyerap semangat kemandirian D.IY melalui bermusik indie. Semangat Do It Yourself yang mereka serap dan mereka fahami membuat mereka bisa secara mandiri dalam membuat karya, mendistribusikan karya, dan sampai pada membuat pertunjukan musik indie atas dasar kemandirian pula. Remaja-remaja lain yang di luar komunitas musik indie tersebut adalah remaja yang sekedar suka atau hobi atau gemar mendengarkan dan mengikuti perkembangan musik indie, dalam penelitian ini disebut sebagai penikmat musik indie.

3.7.1.1. Remaja Sebagai Pelaku Komunitas Musik Indie

Remaja sebagai pelaku komunitas musik indie berarti merupakan remaja- remaja yang tergabung atau anggota dalam komunitas Kirana, komunitas Tomat, komunitas Medan Movement. Remaja-remaja pelaku komunitas musik indie ini juga merupakan personil band indie yang bernaung pada ketiga komunitas tersebut. Sebagai pelaku komunitas musik indie, tentu remaja-remaja ini terlibat langsung ataupun sebagai pelaku utama dalam hal kreativitas dalam bermusik indie, menghasilkan karya-karya lagu, memproduksi dan mendistribusikan album musik, dan sampai pada penyelenggaraan pertunjukan musik indie gigs. Secara lebih dalam, kreativitas remaja-remaja pelaku komunitas musik indie dalam bermusik indie sampai pada penyelenggaraan gigs akan dibahas pada pembahasan selanjutnya. Universitas Sumatera Utara

3.7.1.2. Remaja Sebagai Penikmat Musik Indie

Remaja-remaja yang tergolong sebagai penikmat musik indie yang dimaksudkan disini, adalah remaja-remaja yang tidak tergabung sebagai anggota komunitas musik indie. Namun, remaja-remaja ini memiliki ketertarikan terhadap musik indie maupun perkembangan musik indie kota Medan. Hal ini ditunjukkan oleh remaja-remaja selaku penikmat musik indie tersebut dengan mendengarkan dan menyukai lagu-lagu band indie kota Medan. Selain itu juga dengan membeli album musik yang diproduksi oleh band-band indie kota Medan, remaja-remaja ini pula terlihat sering menghadiri acara-acara pertunjukan musik indie gigs yang diselenggarakan oleh komunitas musik indie Medan. Berangkat dari hal tersebut di atas, penulis mewawancari remaja-remaja selaku penikmat musik indie. Acid Anwar 23 tahun, wanita yang baru saja mendapat gelar Sarjana Psikologi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara ini memaparkan ketertarikannya mengenai musik indie kota Medan: “Aku suka band indie Medan kayak Korine Conception, HOF Hairdresser On Fire dan Cherrycola. Pertama kali tau band indie dari abang aku drummer HOF. Trus suka download dan membeli mini album orang itu kalau ngeluarin album. Ngadiri gigs aku ya untuk menonton mereka, trus juga jadi tau band-band indie Medan lainnya yang main yang tadinya aku gak kenal. Indie di Medan punya kualitas kok, Cuma ya butuh apresiasi lagi dari masyarakat. Kreativitas mereka dalam main musik perlu mendapat apresiasi.” Dalam kesempatan lain, penulis mewawancarai Nola Pohan 25 tahun, yang penulis temui di gigs launching album Rizky Pratama Sembiring. Mahasiswa Pascasarjana Kenotariatan Universitas Sumatera Utara ini mengungkapkan ketertarikannya terhadap musik indie kota Medan: Universitas Sumatera Utara “Musik indie di Medan itu menurut aku udah bagus, berkembang. Tapi sayangnya musik indie Medan itu masih ada kotak-kotaknya sendiri dan musik indie di Medan itu terlalu ikutin zaman. Dan susah kebuka jalan untuk musik indie dengan genre minoritas. Tapi overall musik indie di Medan udah jauh lebih berkembang. Aku suka dengari musik indie, karena musik indie itu gak ada aturan, dan tidak komersil, dan pastinya lebih orisinil dalam penulisan lirik dengan musik yang juga jauh lebih berkualitas. Tentang gigs yang selama ini aku hadiri, gigs di Medan itu udah keren kok. Tapi mungkin kurang banyak aja, karena gak setiap minggu juga ada gigs di Medan. Itu aja sih, dan gigs di Medan itu terkadang bandnya itu-itu aja yang main.” Dalam kesempatan yang sama, penulis juga mewawancarai Rizki Maghfira 18 tahun. Wanita yang tahun ini baru saja menamatkan sekolahnya di jenjang Sekolah Menengah Atas SMA di SMAN 1 Medan ini memgungkapkan pendapatnya: “Pendapat saya gigs kota Medan ya lumayan bagus sih, tapi kalau saya lihat juga musik indie Medan ini monoton ya. Kalau itu yang lagi populer itu aja yang banyakan dimainin, pendapat saya sih seperti itu ya. Hah, band-band indie kota Medan ya itu tadi, ada sebagian yang bagus ada sebagian yang kurang bagus dan ada juga yang cuma mau terkenal doang gak liat skill. Sebenarnya band-band indie Medan ini mempunyai selera musik yang bagus sekali juga bisa dibilang lumayan lah. Saya suka mendengarkan musik indie, karena lingkungan main saya mendengarkan indie, saya juga harus mendengarkan musiknya sekalian nambah ilmu musik, karena ingin melihat sebagus apa musisi Medan bermain di musik indie. Meskipun saya sendiri kurang begitu menguasai tentang indie music ini, tapi apa salahnya melihat dan mendengarkan musik indie.” Penikmat musik indie merupakan faktor penting bagi perkembangan musik indie, khususnya musik indie kota Medan. Karena apresiasi dari remaja- remaja selaku penikmat musik indie untuk membeli, menghargai dan menikmati Universitas Sumatera Utara musik indie kota Medan, baik secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh pula bagi keeksistensian band-band indie kota Medan. Dalam suatu kesempatan, penulis mewawancarai Zazri Hakam 29 tahun, mantan vokalis band “Marionette”, band yang bergenre Japannesse Rock sekarang band ini sudah bubar. Lelaki yang juga sebagai salah satu pemilik usaha Burger Gaboh cabang jalan Johor, yang pernah mengadakan gigs bertajuk Gaboh Brings The Reunion bagi band-band indie yang sudah bubar untuk bermain kembali ini mengungkapkan apresiasinya terhadap kelangsungan musik indie kota Medan: “Musik indie kita sekarang sudah lumayan maju dibandingkan yang dulu, kualitas musik band-band indie nya pun sudah oke. Sekarang tergantung bagaimana kita menaruh apresiasi yang lebih besar lagi. Gaboh Brings The Reunion selain sebagai promosi burger Gaboh, juga untuk ajang anak-anak indie Medan bisa semakin sering unjuk kebolehan berkreativitas. Burger Gaboh sudah mempunyai rencana besar, untuk membangun suatu tempat Burger Gaboh berdiri dan tempatnya juga biasa dijadiin gigs bagi band-band indie Medan. Jadi bisa semakin sering main, seminggu sekali pun bisa diselenggarain, ini sudah rencana matang dan mudah-mudahan bisa segera terwujud di tahun 2012.”

3.6.2. Studio Musik