Perebutan Ruang Publik Komunitas Musik Indie (Studi Deskriptif Mengenai Perilaku Kolektif Musik Indie Di Kota Medan)

berusaha support mereka, dari mulai mengajak berpartisipasi, menyediakan ruang private, sampai pada melayani mereka naik ke atas panggung. Kita berusaha membiasakan bahwa band-band indie kota Medan juga layak sebagai artis.” Dari beberapa keterangan yang telah tersebut di atas, dapat terlihat bahwa dalam hal identitas dan solidaritas pada remaja-remaja komunitas musik indie ini berawal dari inisiatif, bukan karena suatu unsur paksaan darimana pun. Semangat ini merupakan suatu semangat merasa sama dan semangat demi perkembangan musik indie di kota Medan. Hal inilah yang secara tidak langsung berdampak semakin luasnya perkembangan musik indie di kota Medan. Kelanggengan dalam mempertahankan identitas dan solidaritas di kalangan remaja-remaja komunitas musik indie di kota Medan, dan besarnya perhatian media lokal maupun media secara luas, yang nantinya membuat komunitas musik indie mendapat ruang publik di masyarakat yang selama ini didominasi oleh musik mainstream budaya pop.

4.3. Perebutan Ruang Publik

Remaja-remaja komunitas musik indie dan perebutan ruang publik tentu tidak dapat terlepaskan oleh ruang publik yang sekarang masih di dominasi oleh budaya pop, dalam hal ini adalah musik mainstream. Pilihan tetap di jalur indie label tentu memiliki konsekuensi dan tantangan tersendiri bagi remaja-remaja komunitas musik indie untuk bersaing dengan major label sebagai penyokong musik mainstream dalam hal perebutan ruang publik. Barker 200:356 mengatakan: Universitas Sumatera Utara “Bagi Habermas, kemampuan kita membuat klaim kebenaran tergantung pada ruang publik yang ditata secara demokratis sehingga mendekati ‘situasi bertutur ideal’. Istilah ruang publik dilacak secara historis oleh Habermas sebagai ranah yang muncul dalam suatu fase spesifik ‘masyarakat borjuis’. Ia adalah suatu ruang yang menengahi masyarakat dengan negara di mana publik mengorganisasi dirinya dan di mana ‘opini publik’ terbentuk ... Habermas terus mendokumentasikan pudarnya ruang publik ketika dihadapkan kepada perkembangan kapitalisme yang mengarah pada monopoli dan penguatan negara. Meningkatnya komodifikasi kehidupan oleh perusahaan-perusahaan raksasa mengubah masyarakat dari warga negara rasional menjadi konsumen, diantara sekian banyak yang lain, barang-barang nonrasional yang ditawarkan iklan dan industri humas.” Secara luas, musik indie di Indonesia dapat dikatakan memasuki celah- celah yang luput menjadi perhatian bagi musik mainstream. Bahkan band-band indie tak hanya mencuri perhatian publik skala nasional, namun band-band indie Indonesia mampu berkiprah di ruang publik secara internasional. Denny Sakrie 2010:2, pengamat musik Indonesia, mengemukakan pendapatnya: “Mungkin banyak yang belum pernah mendengar kelompok musik seperti White Shoes Couples Company, Simak Dialog, Superman Is Dead, Discus,Mocca, The S.I.G.I.T atau Burgerkill. Mereka ini sesungguhnya adalah band-band Indonesia yang justru telah berkibar popularitasnya secara internasional ..... Band Mocca yang bernuansa retro sixties pun menandatangani kontrak dengan Excellent Records salah satu indie records Jepang, untuk mengisi satu lagu dalam album yang format rilisannya adalah kompilasi boxset “Pop Renaisance” lewat lagu “Twist Me Arround”. Dalam albumnya, Mocca bahkan mengajak beberapa pemusik indie luar untuk berkolaborasi, diantaranya Club 8 dari Swedia dan Pelle Carlberg, vokalis kelompok Edson dari Swedia. Band punk asal Bali Superman Is Dead bahkan memperoleh kesempatan tur keliling 11 kota di Amerika Serikat dan Kanada dalam bagian dari “Warped Tour 2009” bersama band-band tenar seperti Antiflag, Bad Religion, NOFX dan A Day To Remember. Saat itu, Superman Is Dead adalah satu-satunya band yang berasal dari Asia.” Universitas Sumatera Utara Kutipan dari tulisan Denny Sakrie yang merupakan pengamat musik Indonesia merupakan bagian kecil dari kesuksesan band-band indie Indonesia yang berhasil menduduki porsi-porsi ruang publik yang tak diduduki oleh musik mainstream Indonesia. Contoh lain dapat dilihat dari tayangan langsung Kick Andy pada tanggal 20 Nevember 2009 yang menayangkan Frau. Frau dari bahasa Jerman yang berarti Nyonya sebagai nama panggung dari pianis atau musisi indie asal kota Yogyakarta bernama asli Leilani Hermiasih. Musisi indie yang masih berstatus mahasiswa jurusan Antropologi Universitas Gajah Mada UGM ini berhasil menjadi perhatian musisi-musisi Indonesia. Frau dianggap musisi atau penyanyi sekaligus penulis lagu singer and songwriter wanita yang sudah terbilang jarang dimiliki Indonesia saat ini. Berdasarkan dialog Andy F. Noya dengan Frau pada tayangan Kick Andy tersebut, terbilang banyak perusahaan besar major label yang menawarkan Frau untuk bekerja sama, namun Frau menolaknya dengan alasan ingin lebih mencintai musik yang bisa di dapatnya di jalur indie. Dari hal ini terbukti bahwa, Frau yang lebih tertarik pada indie sebagai distribusi daripada major label berhasil menduduki ruang publik di luar ruang publik yang selama ini didominasi oleh musik mainstream. Pada komunitas-komunitas musik indie kota Medan sendiri, perebutan ruang publik belum mencapai hal-hal yang signifikan. Band-band indie kota Medan masih berkiprah diantaranya melalui gigs-gigs yang sering diadakan di kota Medan, mengundang opini publik dari internet melalui file download, ataupun video-video band-band indie kota Medan yang dapat dilihat di www.youtube.com dan mengikuti festival-festival musik indie Nasional seperti Universitas Sumatera Utara LA Lights Indiefest atau A Mild Live Wanted. Band-band indie kota Medan tersebut diantaranya adalah “Korine Conception” dengan musik yang beraliran shoegaze. Video-video karya mereka berhasil mengundang banyak perhatian orang-orang, baik dalam negeri maupun luar negeri yang melihat dan menyukai karya mereka. Pada “LA Lights Indiefest” dan “A Mild Live Wanted”, band-band kota Medan yaitu “Beautiful Monday”, berhasil juara satu regional Medan pada “A Mild Live Wanted” dan “Hairdresser On Fire” yang menjadi finalis di “LA Lights Indiefest”. “Beautiful Monday”, “Korine Conception” dan “Hairdresser On Fair” merupakan band-band indie kota Medan yang bernaung di komunitas Kirana. Perebutan ruang publik merupakan hal penting bagi remaja-remaja komunitas musik indie. Begitu juga halnya dengan remaja-remaja yang bergabung di komunitas Kirana, komunitas Tomat, dan komunitas Kirana. Perebutan ruang publik ini salah satunya dengan cara seringnya menyelenggarakan gigs sebagai suatu hiburan alternatif bagi remaja-remaja kota Medan khususnya. Hiburan alternatif tersebut merupakan suatu pilihan hiburan yang menampilkan band-band indie kota Medan di luar musik mainstream yang sudah lebih dahulu dikenal oleh kalangan remaja. Dalam hal ini Torep mengungkapkan pendapatnya : “Kita merasa perlu untuk menyelenggarakan gigs dan menyelenggarakannya secara rutin. Ini sebagai suatu bentuk kalau komunitas musik indie Medan itu ada dan band-band indie kota Medan berkualitas dan patut ditandingkan dengan mereka di luar sana. Ini penting untuk perkembangan musik indie kota Medan sendiri. Tentang ruang publik, media kayak radio, radio lokal khususnya dan majalah-majalah lokal ataupun pihak lain yang menaruh perhatian pada musik indie kota Medan juga mempunyai peran penting. Aku percaya, dalam beberapa waktu ke depan musik indie dapat setara atau bahkan dapat menandingi musik Universitas Sumatera Utara mainstream, masyarakat ada masanya jenuh sendiri dengan musik- musik yang ditawarkan oleh mainstream. Seperti dalam dunia komputer, hal ini dibuktikan oleh Android yang tergolong kategori indie. Dalam hitungan beberapa tahun, Android berhasil menandingi sistem operasi Windows Mobile dan Symbian yang tergolong kategori mainstream.” Media massa memang juga merupakan pengaruh penting dalam perebutan ruang publik yang dilakukan oleh komunitas musik indie. Melalui media massa, masyarakat secara luas dapat mengetahui, menikmati, bahkan mengikuti perkembangan musik indie. Pada akhirnya, bukan menjadi hal yang mustahil bahwa musik indie dapat bersaing bahkan menandingi musik mainstream yang selama ini lebih mendominasi di kalangan masyarakat. Perebutan ruang publik yang dilakukan oleh remaja-remaja komunitas musik indie di tengah dominasi musik mainstream, hal ini juga membuktikan adanya jaring distribusi pada komunitas musik indie.

4.4. Jaring Distribusi Komunitas Musik Indie di Kota Medan