Latar Belakang Masalah Komunitas Musik Indie (Studi Deskriptif Mengenai Perilaku Kolektif Musik Indie Di Kota Medan)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup seorang diri. Dalam kehidupannya manusia sebagai individu membutuhkan peran manusia lain, hal inilah yang menuntut manusia untuk dapat menyesuaikan diri adaptasi dengan kondisi dan diri manusia lainnya. Aktivitas manusia dalam hubungannya dengan manusia lain terjadi proses interaksi dan sosialisasi yaitu melalui proses belajar yang terjadi secara terus menerus. Proses sosialisasi itu pada akhirnya akan membentuk suatu pemahaman yang sama terhadap sesuatu dalam suatu kelompok atau komunitasnya Sunarto, 2004:23. Terbentuknya suatu pola pengetahuan inilah yang selanjutnya membentuk tujuan yang sama pada kelompoknya. Proses belajar yang telah menjadi kebiasaan dapat dikatakan sebagai budaya atau kebudayaan. Koentjaraningrat 1982:182 mengatakan bahwa kebudayaan adalah: ”keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.” Kesamaan pola pengetahuan antara individu satu dengan individu lainnya inilah yang kemudian dipolakan dalam kelompok sosialnya komunitas dan pada akhirnya menjadi sebuah acuan dalam bertindak dan berkehidupan masing-masing manusia anggota komunitas. Salah satu hal yang menarik untuk dikaji dalam suatu komunitas adalah bagaimana setiap individu anggota komunitas membentuk suatu Universitas Sumatera Utara perilaku yang disebut dengan perilaku kolektif Sunarto, 2004:187. Menurut Lofland 2003:37, istilah perilaku kolektif secara harfiah mengacu pada perilaku serta bentuk-bentuk peristiwa sosial lepas emergent yang tidak dilembagakan extra-institutional. Medan sebagai ibukota Sumatera Utara merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia. Perkembangan teknologi dan akses informasi baik media elektronik maupun media cetak berkembang dengan pesat di kota yang menuju menjadi kota metropolitan ini. Dampak dari perkembangan teknologi dan pesatnya akses informasi salah satunya adalah sangat terbukanya masyarakat khususnya anak muda atau remaja kota Medan terhadap segala bentuk penyebaran informasi dan globalisasi. Anak muda atau remaja kota Medan mengambil peran dalam hal mengikuti perkembangan zaman secara global ini. Salah satu komunitas anak muda atau remaja dengan perilaku kolektif dan budaya penolakannya di kota Medan adalah komunitas musik indie. Musik indie bukan merupakan suatu genre musik, melainkan musik indie adalah jalur bagi band-band yang menuangkan hasil karyanya secara independent mandiri baik dalam menentukan genre music, lagu dan album musik. Bayu 2003:1 mengatakan bahwa: ”Indie label atau independent label adalah non major label. Jalur ini merupakan salah satu opsi bagi band-band yang ingin menuangkan hasil karya mereka dalam bentuk album. Konsep indie label yang mengusung independensi, membebaskan setiap band menciptakan kreasi musik sesuai idealisme mereka masing-masing. Ini dimungkinkan karena tidak adanya campur tangan industri musik komersial yang cenderung mengubah jenis dan warna musik mereka sesuai tuntutan pasar.” Universitas Sumatera Utara Umumnya, label indie dibangun atas dasar komunitas. Satu dekade terakhir, label indie bermunculan. Namun, mereka tidak bersaing satu sama lain. Sebaliknya, mereka justru bergandengan tangan meluaskan pengaruh musik alternatif. Inilah kekuatan label indie atau sering juga disebut label nonmainstream Kompas, 9 Mei 2010. Irwansyah Harahap, musikolog Medan dalam majalah Kover Edisi Mei 2010 mengatakan bahwa: ”Sebuah band indie bisa dikatakan berhasil apabila ia berhasil membentuk pasarnya sendiri dan tidak lagi harus didikte label mainstream. Nah, di kita malah masih sering salah kaprah. Orang masih berpikir dan berangan- angan bagaimana caranya agar bisa menembus label mainstream. Padahal, sebenarnya ukuran keberhasilan sebuah band indie ialah apabila ia mampu mengisi ruang kosong yang belum diisi oleh label mainstream.” Sebagai komunitas yang terlepas dari ’kungkungan’ major label, komunitas ini pun memiliki suatu cara yang khas dalam mengemas setiap pertunjukan-pertunjukan musik event atau gigs sebagai ajang mengekspresikan karya-karya mereka kepada peminatnya yang pada umumnya berasal dari kalangan anak muda atau remaja pula. Cara yang khas seperti ini pulalah yang juga sebagai wujud perilaku kolektif dari komunitas musik indie tersebut. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk mengkaji secara mendalam mengenai komunitas musik indie dan perilaku kolektif komunitas musik indie di kota Medan. Universitas Sumatera Utara

1.2. Rumusan Masalah