Profil Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri (STAKN) Manado
2. Profil Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri (STAKN) Manado
Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri (STAKN) Manado adalah sebuah Sekolah Tinggi Negeri yang terletak di Manado, Sulawesi Utara - Indonesia. STAKN Manado berada dibawah naungan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen Kementerian Agama Republik Indonesia.
2.1.Latar Belakang Berdiri Pendirian Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri (STAKN) Manado dilakukan guna memenuhi kebutuhan sumber daya manusia Gerejawi bermutu terutama di daerah Sulawesi Utara dan Indonesia Timur. Lulusan STAKN diharapkan dapat memenuhi kebutuhan kualitas pendidik atau pelayan sesuai harapan gereja, masyarakat serta perkembangan IPTEK.
Kawasan ini tampaknya masih membutuhkan paling tidak 10.000 guru agama, konselor dan pendeta yang berkualitas. Hal lain yang melatarbelakangi berdirinya STAKN Manado adalah untuk melaksanakan pendidikan keagamaan berwawasan teologis Kristen yang terpercaya dengan kurikulum pembelajaran berstandar mutu nasional sesuai ketentuan pemerintah atau Departemen Agama dan berijazah negara.
Saat ini STAKN Manado telah berkembang menjadi sekolah tinggi yang mumpuni dengan sarana dan prasarana yang lengkap. Fasilitas tersebut terdiri dari 70 ruang kuliah, ruang jurusan Pendidikan Agama Kristen, ruang bengkel, perpustakaan, laboratorium komputer, ruang seminar, ruang ibadah, ruang senat mahasiswa, Himaju Pendidikan Agama Kristen, ruang jaga satpam, ruang rapat dosen, tiga tempat parkir, garasi, aula, lapangan voli, lapangan bulu tangkis, lapangan basket, UKS dan taman.
Jakarta, 23-24 November 2017
2.2.Pendirian dan Peresmian STAKN Manado didirikan pada tahun 2007 berdasarkan Peraturan Presiden RI Nomor 81 tahun 2007 tentang Pendirian Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri (STAKN) Manado. Pendirian Sekolah Tinggi ini berawal dari berdirinya Sekolah Tinggi Agama Kristen (Stakristo) Manado tahun 2004. Tahun 2008 sekolah tinggi Stakristo berubah menjadi STAKN yang diresmikan pada tanggal 14 Juni 2008 oleh Menteri Agama Republik Indonesia yakni Muhammad M. Basyuni.
Visi dan Misi Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri (STAKN) Manado
VISI : “Menjadi Perguruan Tinggi Kristen yang unggul, bermutu dan inklusif demi terwujudnya cendekiawan Kristia ni yang berperadaban Indonesia” MISI : Melaksanakan pendidikan tinggi yang menjadi pusat studi keagamaan Kristen yang
berwawasan oikumenis. Melaksanakan kegiatan Tri Dharma perguruan tinggi yang menanamkan dan
mengembangkan nilai-nilai Kristiani. Menghasilkan sarjana-sarjana yang berilmu dan berkarakter Kristiani serta mampu
mengimplementasikannya dalam segala situasi. Melaksanakan pendidikan yang mampu menyebarluaskan pesan-pesan Kristiani, kerukunan, dan persaudaraan demi menjaga peradaban Indonesia yang berdasarkan
Pancasila.
TUJUAN : Menciptakan, mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang
bernafaskan nilai-nilai Kristiani untuk memberi sumbangan kepada peradaban Indonesia.
Menghasikan lulusan yang berilmu, kreatif, produktif, profesional, berkarakter Kristiani dan berwawasan oikumenis.
Menjalankan peran secara aktif bagi civitas akademika dalam penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Jakarta, 23-24 November 2017
Menyelenggarakan prinsip-prinsip tata kelola perguruan tinggi yang baik dengan menjalin kolaborasi dan kemitraan demi peningkatan daya saing bangsa.
3. Metode dan Pelaksanaan Kegiatan. Metode kegiatan dilakukan dengan cara memberikan kuliah umum disertai slides
yang menarik lalu diikuti dengan tanya jawab dari peserta yang hadir di auditorium STAKN Manado.
Pelaksanaan kegiatan dilakukan pada hari Rabu tanggal 5 April 2017 di aula utama Sekolah Tinggi Agama Kristen Manado. Tidak dikira bahwa pada hari itu seluruh mahasiswa STAKN hadir di aula sehingga suasananya sangat meriah dan ramai sekali. Lebih kurang 300 orang yang hadir dan acara berlangsung sampai melewati batas waktu yang ditetapkan panitia yaitu sampai jam 2 siang. Pertanyaan yang datang dari mahasiswa dan dosen bertubi tubi sehingga moderator Rev. Dr. Nico Gara sampai harus menghentikan sesi tanya jawab.
4. Kesimpulan Dalam tahun tahun terakhir ini terdapat kecenderungan untuk menunjukan perbedaan
dengan orang- orang yang berbeda atau orang orang yang berada di luar kelompok atau “out group”. Hal ini terutama terjadi di media sosial. Orang-orang yang berbeda tersebut disebut
“Liyan” atau “The Other”. Pemberian istilah “Liyan” tersebut membuat manusia melakukan pembedaan seperti membedakan diri atau kelompoknya sebagai subjek dan kelompok lain sebagai objek yang kemudian subjek tersebut melakukan pertimbangan kepada objek dan diberikan nilai.
Media sosial merupakan sebuah situs yang memungkinkan setiap individu untuk membuat web page pribadinya dan kemudian terhubung dengan individu lainnya untuk berbagi informasi dan menjalin komunikasi. Namun tampaknya saat ini media sosial tidak lagi difungsikan seperti semula yakni seperti yang tertulis di dalam Pasal 4 Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2008 mengenai informasi dan transaksi elektronik (ITE) yaitu dipakai untuk penyebaran informasi yang dapat mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai bagian dari masyarakat informasi dunia.
Fenomena ujaran kebencian (hate speech) dan hoax yang sangat marak berawal dari Pemilihan Presiden tahun 2014 Sejak itulah marak terjadi penyebaran informasi palsu serta isu-isu yang tidak benar yang dikenal dengan istilah hoax yang sering terjadi di dalam media
Jakarta, 23-24 November 2017
sosial saat ini. Terpilihnya Presiden Joko Widodo tidak membuat penyebaran kebencian dan hoax ini menurun. Bahkan semakin memprihatinkan ketika kasus penistaan agama dituduhkan pada (mantan) Gubernur DKI Jakarta Basuki Cahya Purnama tahun lalu. Bangsa ini seolah terbelah tajam oleh ujaran kebencian yang mengedepankan sentiment ras dan
keagamaan. Rendahnya kemampuan masyarakat dalam menganalisis informasi yang dibawa oleh media sosial dapat menciptakankan berbagai permasalahan. Sebab kelima tujuan yang terkait dengan Undang-Undang Penggunaan Informasi dan Transasaksi Elektronik (ITE) seperti dikemukakan di atas hanya dapat dicapai apabila seseorang bersifat kritis dalam menganalisis dan menyaring informasi yang diterima.
Perlu adanya literasi media khususnya kepada kaum pemuda yang merupakan opinion leaders serta penerus generasi bangsa Indonesia selanjutnya. Sebab kaum muda adalah agent of change dalam sebuah masyarakat. Literasi media merupakan pendidikan yang mengajari khalayak media agar memiliki kemampuan dalam menganalisis pesan media serta
memahami bahwa semua informasi atau pesan yang disampaikan harus disaring terlebih dahulu.
Terdapat tujuh kemampuan yang diupayakan untuk muncul dari sebuah kegiatan literasi media yaitu: Analyze/Menganalisa, Evaluate/Menilai, Grouping/Pengelompokkan, Induction /Induksi, Deduction/Deduksi, Synthesis/Sintesis dan Abstracting/abstrak.
Kegiatan literasi media ini dilaksanakan di lobby utama Dedung Sekolah Tinggi Agama Kristen di Manado pada hari Rabu 5 April 2017 dan dihadiri sekitar 300 orang mahasiswa dan jajaran dosen lengkap. Acara berlangsung dengan sangat meriah dan interaktif.