Full Paper Prosiding Senapenmas 2017

PROSIDING SENAPENMAS 2017

Seminar Nasional Hasil Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat

Jakarta, 23-24 November 2017

DIREKTORAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

UNIVERSITAS TARUMANAGARA JAKARTA

Jakarta, 23-24 November 2017

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga Seminar Hasil Penelitan Dan Pengabdian Kepada Masyarakat (SENAPENMAS) 2017 dapat terlaksana dengan baik. Seminar kali ini mengusung tema “Peran Pergur uan Tinggi dalam Menunjang Pengembangan Ekonomi Kreatif” dengan harapan bahwa Perguruan Tinggi dapat terus berperan dalam menunjang perkembangan ekonomi kreatif serta memberikan inspirasi bagi banyak orang.

Kami berharap seminar ini dapat memberikan kesempatan kepada seluruh peserta seminar untuk menyumbangkan ide dan memperkuat jaringan antara peneliti, akademisi dan profesional dari berbagai tempat, latar belakang dan minat. Berbagi gagasan melalui penelitian menjadi salah satu cara untuk mencapai kemajuan menuju tujuan kita.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Yayasan Tarumanagara, Rektor Universitas Tarumanagara, para penulis yang berkontribusi, para panitia yang sudah bekerja keras serta semua pihak terkait yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Tanpa kehadiran kalian, seminar ini tidak mungkin terwujud.

Akhir kata, kami mohon maaf sebesar-besarnya atas segala kekurangan dan kesalahan baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Semoga seminar ini dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak.

Jakarta, 21 November 2017 Ketua Panitia SENAPENMAS

Ir. Endah Setyaningsih, MT

Jakarta, 23-24 November 2017

Reviewer:

Prof. Dr. Carunia Mulya Firdausy Universitas Tarumanagara, Jakarta Prof. Dr. Ir. Dali S. Naga, MMSI.

Universitas Tarumanagara, Jakarta Prof. Dr. Dyah Erny Herwindiati, M.Si. Universitas Tarumanagara, Jakarta Prof. Dr. Ediasri Toto Atmodiwirdjo

Universitas Tarumanagara, Jakarta Prof. Dr. Ir. Eko Sediyono, M.Kom.

Universitas Kristen Satya Wacana Prof. Dr. Liche Seniati

Universitas Indonesia

Dr.Agus Sachari,M.Sn

Institut Teknologi Bandung

Dr. Adianto, M.Sc. Universitas Tarumanagara, Jakarta Dr. Danang Priatmodjo, M.Arch.

Universitas Tarumanagara, Jakarta Dr. Dwi Andayani BS, S.H., M.H.

Universitas Tarumanagara, Jakarta Dr. Eddy Supriyatna Mz., M.Hum.

Universitas Tarumanagara, Jakarta Henry Candra, Ph.D

Universitas Trisakti

Dr. Eko Harry Susanto, M.Si. Universitas Tarumanagara, Jakarta Dr. Hetty Karunia Tunjungsari, M.M

Universitas Tarumanagara, Jakarta Dr. Ishak Ramli, S.E., M.M.

Universitas Tarumanagara, Jakarta Lina, S.T., M.Kom, Ph.D.

Universitas Tarumanagara, Jakarta Dr. dr. Meilani Kumala, M.S., Sp.GK

Universitas Tarumanagara, Jakarta Dr. Ir. Najid, M.T.

Universitas Tarumanagara, Jakarta Dr. P. Tommy Y.S. Suyasa, Psi.

Universitas Tarumanagara, Jakarta

Rizky Armanto Mangkuto, Ph.D

Institut Teknologi Bandung

Dr. Riris Loisa, M.Si. Universitas Tarumanagara, Jakarta Dr. Suastiwi,M.DES

ISI Yogyakarta

Sri Tiatri, Ph.D., Psi. Universitas Tarumanagara, Jakarta Dr. Eng. Titin Fatimah, M. Eng.

Universitas Tarumanagara, Jakarta Dr. Stanislaus Atalim, S.H., M.H.

Universitas Tarumanagara, Jakarta Dr. Widodo Kushartomo

Universitas Tarumanagara, Jakarta

Editor:

Bagus Mulyawan, S.Kom., MM

Penerbit:

Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Tarumanagara

Alamat Redaksi:

Jln. Letjen S. Parman No.1 , Gedung M, Lantai 5 Jakarta Barat Telp:021-5671747, ext.215 Email:lppi@untar.ac.id

Jakarta, 23-24 November 2017

PANITIA

Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Tema:Peran Perguruan Tinggi Dalam Menunjang Pengembangan

Ekonomi Kreatif Jakarta, 23-24 November 2017

Pelindung: Rektor:

Prof.Dr. Agustinus Purna Irawan

Direktur Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

Jap Tji Beng, Ph.D

Penanggung Jawab:

Ir.Endah Setyaningsih, M.T (Ketua Panitia ) Dr. Wati Pranoto (Wakil Ketua)

Pengarah:

Dr. Ishak Ramli Dr. Fransisca Iriani, R, M.Si Bagus Mulyawan,S.Kom.,MM

Komite Pelaksana:

Rodiah, MM August Paosa Nariman, SE, M.Ak, Ak, CA Sesilia Monika, M.Psi

Widya Risnawaty, M.Psi Dr Riana Sahrani Wulan Purnamasari, S.IKom., M.Si Joni Fat ST,ME Dwi Sulistyawati, S.Sn., M.T. Priscilla Epifania Ariaji, ST., M.A. Susy Olivia Lontoh NikenWidiastuti, M.Si,Psi Sri Endah Sinta Paramita, SIP, MA A.R Johnsen.F Augustina Ika Widyani,S.T., M.Ds Andreas, S.Ds.,M.Ds Sunarjo Leman, ST, MT Zyad Rusdi ST., M.Kom

Posma Simbolon

Jakarta, 23-24 November 2017

10 Pendekatan Ekonomi Dan Pendekatan Psikologis dalam Meningkatkan Kepatuhan Pajak Pada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah ................................... 77

Tri Utami dan Susyanti

11 Pengembangan Sumber Daya Lokal (Dusun Wisata) di Cuntel, Desa Kopeng, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang ............................................................ 86

Wilson M.A. Therik, Izak Y.M. Lattu dan Rama Tulus Pilakoannu

12 Desain Funiture Kursi Belajar untuk Anak Hiperaktif dalam Mengefektifkan Pembelajaran ........................................................................................................... 95

Hartini dan Heni Mularsih

13 Peningkatan Kesehatan Masyarakat Usia > 15 Tahun dan Usia Lanjut Posbindu

Kembangan, Jakbar, Maret 2017-2018 ................................................................... 105

Ernawati, Rebekah Malik dan Yoanita Widjaja

14 Pelatihan Optimalisasi Program Aplikasi Office dalam Pembelajaran Guru

Madrasah Ibditaiyah Al Khairiyah Mampang Prapatan Jakarta ............................. 111

Zyad Rusdi, Chairisni Lubis dan Agus Budi Dharmawan

15 Psikoedukasi Peningkatan Motivasi Berprestasi Sesuai Potensi Diri pada Remaja 117

Erik Wijaya ............................................................................................................

16 Logistik dan Perhitungan Economic Order Quantity ............................................ 122

Sofia Prima Dewi, Cokki dan Sufiyati

17 Model Sistem Penghitungan dan Kontrol Seleksi Hasil Produksi Telur Ayam Ras

Berbasis Mobile ...................................................................................................... 126

Helda Yenni dan Susanti

18 Pelatihan Akuntansi Perusahaan Dagang bagi Siswa/I SMU Providentia ............... 133

Liana Susanto, Sofia Prima Dewi, Sufiyati dan Merry Susanti

19 Pelatihan Analisis Break Even Point pada Lembaga Beasiswa Dharma

Pembangunan Jakarta ............................................................................................. 139

Yanti, Merry Susanti, Liana Susanto dan Elsa Imelda

20 Pelatihan Penyusunan Laporan Keuangan Dasar dan Matematika Ekonomi bagi

Siswa-Siswi SMP dan SMA Yayasan Prima Unggul .............................................. 144

Yuniarwati, I Cenik Ardana, Elizabeth Sugiarto D dan Yenny Lego

21 Pengembangan Komunikasi Pemasaran pada SMA Pusaka Abadi di Jakarta ......... 148

Richard Andrew, Tommy Setiawan Ruslim dan Hannes Widjaja

Jakarta, 23-24 November 2017

22 Pengenalan Bisnis Produk Olahan Sayuran Organik untuk Meningkatkan

Pendapatan Rumah Tangga Petani ......................................................................... 154

Anne Charina, Rani Andriani dan Agriani Hermita

23 Penggunaan Media Sosial Untuk Pemasaran Produk Kuliner di Desa

Kademangan, Kota Tangerang Selatan ................................................................. 160

Khairina Natsir dan Mimi SA

24 Pengembangan Desa Mandiri dan Sejahtera Berbasis Kewirausahaan dan

Ekonomi Kreatif di Desa Winduaji, Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes . 169

Mite Setiansah, Tri Rini Widyastuti dan Wahyuningrat

25 Pelatihan Manajemen Pemasaran pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah

(UMKM) dalam Rangka Meningkatkan Daya Saing Batik Trusmi di Cirebon .... 181

Muhammad Tony Nawawi dan Yusbardini

26 Analisis Faktor Suku Bunga dan Jumlah Uang Beredar yang Berpengaruh

Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan ............................................................ 190

Abdul Rozak

27 Manajemen Pengelolaan Usaha Rumahan dalam Mengembangkan Hobi dan

Peningkatan Ekonomi Keluarga ............................................................................ 200

Mery Trianita, Yuhelmi dan Lindawati

28 Penyuluhan Kreativitas dan Inovasi Kewirausahaan Bagi Siswa SMK Dharma

Widya ..................................................................................................................... 206

Oey Hannes Widjaya, Hendra Wiyanto, Louis Utama dan Herlina Budiono

29 Penyuluhan Mengenai Budgeting As A Planning And Controlling Tools To

Control Organization Cost (Focus On Small Enterprise) ..................................... 213

Linda Santioso, Susanto Salim dan Andreas Bambang Daryatno

30 Penyusunan Anggaran dan Pengelolaan Manajemen Sumber Daya Manusia pada

Organisasi Nirlaba bagi Pengurus dan Siswa/I Yayasan Hakikat Dzikir As-Salam 220

Nurainun Bangun, F. X. Kurniawan Tjakrawala, Kurniati W. Andani dan Henny

31 Pembinaan Usaha Mikro Opieun Motekar Snack Kota Cimahi – Provinsi Jawa

Barat ....................................................................................................................... 226

Irmawaty, Zainur Hidayah, Andy Mulyana, Mailani Hamdani dan Devi Ayuni

Jakarta, 23-24 November 2017

32 Pemberdayaan UMKM Soto Mie Bogor dalam Mengembangkan Usaha ............. 231

Rodhiah, Thea Herawati, Sarwo Edy Hamdoyo dan Dwi Sulistyawati

33 Pelatihan Kewirausahaan bagi Guru SMA di Yogyakarta .................................... 240

Frangky Selamat

34 Pendampingan Penilaian Kinerja Usaha Batik Jambi ............................................ 246

Zahrida Zainal Wiryawan

35 Membangun Komunikasi Konstruktif Humas Perguruan Tinggi dan Media ........ 253

Yugih Setyanto dan Paula T. Anggarina

36 Pelatihan Desain Mekanikal dengan Menggunakan Perangkat Lunak Autodesk

Fusion360 untuk Meningkatkan Keterampilan Mahasiswa ................................... 258

Didi Widya Utama, Steven Darmawan, Harto Tanujaya dan Ahmad Manbas

37 Melawan Hoax: Literasi Media pada Generasi Muda ........................................... 264

Suzy Azeharie

38 Pendampingan Rencana Bisnis Kue Umbi untuk Anak Asuh Yayasan Anugerah

Gemilang ................................................................................................................ 275

Lydiawati Soelaiman, Ida Puspitowati dan Nur Hidayah

39 Pemanfaatan Teknologi Silicon Mold untuk Pembuatan Souvenir Budaya bagi

Masyarakat di Rusunawa Jatinegara Kaum, Klender Jakarta Timur ..................... 281

Sobron Lubis, Heru Budi Kusuma, Adianto dan Anastasia C.A

40 Implementasi Absensi Digital di Lingkungan Kampus STMIK Muhammadiyah

Banten Menggunakan RFID untuk Peningkatan Mutu Manajemen Akademik .... 289

Partono Siswosuharjo, Langgeng Listiyoko, Ali Maksum dan Panji Surya

41 Penyusunan Sistem Akuntansi dan Pendampingan Penyusunan Laporan

Keuangan KB-TK Birrul Amin ............................................................................. 298

Rosmita Rasyid, Nur Hidayah dan Herni Kurniawati

42 Keamanan dan Keselamatan Berkendara di Wilayah Meruya Selatan .................. 303

Dewi Nusraningrum

43 Pelatihan Manajemen Usaha di Kelurahan Binong, Curug – Tangerang ............. 311

Mimi SA dan Khairina Natsir

44 Pelatihan Technopreneurship dalam Meningkatkan Daya Saing Bangsa ............. 320

Lithrone Laricha Salomon, Wilson Kosasih dan Didi Widya Utama

Jakarta, 23-24 November 2017

56 Peningkatan Keterampilan Desain Produk dengan Computer Added Design

(CAD) Pada Siswa SMK ....................................................................................... 411

Steven Darmawan, Lithrone Laricha Salomon, Didi Widya Utama dan Wilson Kosasih

57 Modal Sosial dan Kinerja Usaha Kerajinan Perak di Desa Celuk ......................... 419

G. Oka Warmana, Ida Ayu Surasmi dan I Wayan Widnyana

58 Pelatihan Rangkaian Elektronika dengan Menggunakan Arduino dan Android .... 429

Suraidi

59 Pemetaan Status Gizi Sebagai Skrining Pencegahan Penyakit Tidak Menular pada

Lanjut Usia di Panti Wreda H ................................................................................ 434

Meilani Kumala, Idawati Karjadidjaja, Alexander H. Santoso dan Frisca

60 Penyuluhan Siap Menghadapi Pemeriksaan Pasca Tax Amnesty dan Keterbukaan

Data Serta Informasi Perpajakan ........................................................................... 441

Syanti Dewi, P. Helen Widjaja, Widyasari dan Nataherwin

61 Kendali Hardware dengan Menggunakan Aplikasi Android ................................. 446

Joni Fat

62 Pendampingan Pembuatan Media Promosi Online dan Upaya Meningkatkan

Kualitas Layanan Pada Usaha Car Wash di Tangerang ......................................... 452

Arifin Djakasaputra, Sanny Ekawati dan Rosmita Rasyid

63 Simulasi Pembakaran Bensin Hybrid dengan Gas Co Menggunakan Software

Aspenplus ............................................................................................................... 461

Juan Albert Bartholomeus, Abrar Riza dan Harto Tanujaya

64 Pemahaman dan Penerapan Bahasa Memaafkan dalam Keluarga ........................ 472

Yohanes Budiarto

65 Pengujian Surat Edaran Pemerintah oleh Mahkamah Agung ................................ 476

Rasji

66 Evaluasi Penataan Koleksi Perpustakaan Rekso Pustoko Pura Mangkunegaran

Surakarta, Jawa Tengah ......................................................................................... 485

Naniek Widayati dan Harsiti

67 Pelatihan Rangkaian Elektronika Counter Satu Digit ............................................ 492

Suraidi

Jakarta, 23-24 November 2017

89 Desain Struktur Bangunan Masjid Darul Ihsan ..................................................... 660

Fermanto, Samsu Hendra Siwi, Sutrisnowati Machdijar, Iman Mustadjab dan Franky Liauw

90 Pelatihan Pembukuan Sederhana Bagi UMKM di Jakarta Barat .......................... 668

Viriany dan Henny Wirianata

91 Perumusan Strategi untuk Meningkatkan Daya Saing pada Pengusaha Batik di Pekalongan ............................................................................................................. 676

Rina Adi Kristianti

Jakarta, 23-24 November 2017

STRATEGI MENDONGKRAK KREATIVITAS MAKSIMAL

dalam konteks tri dharma perguruan tinggi (kasus industri kreatif dalam lingkup manajemen kreatif)

Oleh: Dr. Eddy Supriyatna Marizar, M. Hum.

Dosen Magister Manajemen (S2), Magister Teknik Arsitektur (S2), dan Prodi Desain Interior (S1) di Universitas Tarumanagara, Jakarta serta pelatih/konsultan manajemen kreatif

Abstrak

Kreativitas merupakan suatu daya ungkit yang dapat mendongkrak kekuatan energi potensial untuk kemudian dikembangkan, digali, didongkrak, bahkan dilatih secara intensif sebagai bagian dalam upaya pengembangan ekonomi kreatif di perguruan tinggi.. Dosen sebagai aset perguruian tinggi memiliki tugas pokok tri dharma perguruan tinggi yang wajib dilaksanakan secara maksimal. Program yang dapat digulirkan adalah penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dengan mengusung program ekonomi kreatif dan industri kreatif. Hasil dari penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dapat dijadikan pendekatan materi kuliah, terutama untuk bidang yang berkait dengan industri kreatif. Di dalam melaksanakan program tri dharma perguruan tinggi, dosen dapat pula menggunakan pendekatan manajemen kreatif, agar menghasilkan luaran secara maksimal. Manajemen kreatif, secara operasional berfungsi untuk menggali ide-ide baru dan pemecahan masalah secara kreatif (creative problem solving), juga memberdayakan, memaksimalkan, mengelola, mengendalikan, serta mengembangkan kreativitas sebagai penciptaan nilai tambah dan alat daya saing. Di dalam konteks industri kreatif, prinsip manajemen sebaiknya bertukar peran dengan prinsip kreativitas secara operasional. Pemikiran manajemen kreatif “terbalik” ini digunakan dalam kasus desain dan arsitektur sebagai bagian dari

industri kreatif. Model berpikir ini dirumuskan dalam donkmax creative strategic. Model tersebut dirancang untuk menghasilkan luaran yang berbeda, baru, unik dan maksimal.

A. Pembuka Jendela

Ayo Kreatif! Kata yang muncul pada sampul majalah Business Week (Bruce, 2005), edisi Bahasa Indonesia ini selalu menghentak pikiran. Apakah kita dianggap belum kreatif? Apakah kita

dianggap belum kreatif. Sebab, di Indonesia, orang kreatif masih dianggap liar, bebas, tidak suka aturan, melanggar tradisi, semau gue, dan mengganggu kemapanan. Oleh sebab itu diperlukan manajemen kreatif yang tentu saja berbasis pada ekonomi kreatif dan industri kreatif dalam konteks yang lebih spesifik.

Di negeri kita, ada kecenderungan, bila muncul orang kreatif akan segera disingkirkan, karena tidak disukai, dianggap berpikir beda dan berbahaya. Orang kreatif cenderung dicurigai dapat mengganggu stabilitas serta menggoyang kemapanan pihak lain. Sebab, orang-orang kreatif memiliki keberanian luar biasa, berani mengambil resiko, mempunyai banyak gagasan baru, dinamis, bahkan memiliki pemikiran-pemikiran yang baru dan berbeda. Berpikir beda dan keberanian mengambil resiko itulah yang dianggap amat berbahaya bagi penganut aliran kemapanan yang cenderung berpikir statis dan anti perubahan (Supriyatna-Marizar, 2009).

Uniknya lagi, tidak sedikit orang-orang kreatif, para pemikir kreatif, para pencetus ide kreatif, dan para kreator cenderung dikikis karakter kreatifnya, dan diburukkan potensinya, lantaran tidak sepaham dengan pola pikir kemapanan yang sudah berada di zona nyaman dan bebas gangguan secara fungsional. Berada di zona nyaman itu cenderung mengabaikan kemajuan, mengabaikan prinsip perubahan, bahkan bisa tergelincir dalam proses kemunduran di dalam menghasilkan berbagai luaran secara optimal.

Kemapanan seringkali sarat dengan kepentingan, sehingga tidak diperlukan kreativitas. Padahal kita tahu persis bahwa zaman senantiasa berubah dan berkembang ke depan, bukan jalan di tempat atau mundur ke belakang. Kreativitas adalah kendaraan super cepat yang mampu

Jakarta, 23-24 November 2017

memberikan perubahan dan kemajuan perusahaan, lembaga, bahkan budaya umat manusia. Oleh sebab itu, kini saatnya kita bangkitkan kreativitas (Supriyatna-Marizar, 2009). Sebab, kini ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge economy) telah dikalahkan oleh sesuatu yang baru- sebut saja ekonomi berbasis kreativitas (creativity economy) (Bruce Nussbaum, 2005).

B. Pemahaman Ekonomi kreatif dan Industri kreatif

Ekonomi kreatif dan industri kreatif memiliki pemahaman fungsional berbeda. Keduanya

dapat bergerak, ketika manajemen kreatif digunakan sebagai strategi. Esensinya, ekonomi kreatif

merupakan konsep ekonomi baru di Abad ke-21, yang memberdayakan modal kecerdasan kreativitas dengan mengandalkan ide dan intelektualitas manusia. Ekonomi kreatif diwujudkan

dalam industri kreatif yang menjadi media implementasinya. Adapun pemahaman industri

kreatif pada dasarnya merupakan industri yang berasal dari pemberdayaan kreativitas, keterampilan, talenta, dan bakat individu untuk menciptakan nilai-nilai kreasi baru, beda, bahkan unik dengan cara mengeksploitasi daya cipta/kreasi secara produktif dan optimal (Bagan 1).

Dosen sebagai aset perguruan tinggi juga memerlukan strategi mengdongkrak kreativitas secara maksimal di dalam menjalankan tri dharma perguruan tinggi. Pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat adalah tugas wajib bagi para dosen. Program yang dapat digulirkan adalah penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dengan mengusung program ekonomi kreatif dan industri kreatif. Hasil dari penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dapat dijadikan pendekatan materi kuliah, terutama untuk bidang yang berkait dengan industri kreatif (Bagan 2).

Bagan 1. Peranserta dosen dalam kerangka segitiga pengembangan kreativitas berbasis ekonomi kreatif. (Dirancang oleh Eddy S. Marizar, 2017).

Jakarta, 23-24 November 2017

Bagan 2. Peranserta dosen di perguruan tinggi dalam konteks tri dharma perguruan tinggi yang berbasis ekonomi kreatif. (Dirancang oleh Eddy S. Marizar, 2017).

Di dalam konteks ini, industri kreatif dapat dikembangkan untuk industri lain selain kelompok ekonomi kreatif. Oleh sebab itu, peneliti dan pengabdi di perguruan tinggi yang berada di luar kedua bidang tersebut dapat pula melakukannya. Sebab, pendekatan utama kajian ini pada manajemen kreatif yang berbasis pada creative problem solving dengan kasus industri kreatif (Bagan 3).

Bagan 3. Manajemen kreatif sebagai perangkat operasional yang dapat digunakan untuk creative problem seeking dan creative problem solving di dalam upaya penggalian creative solution. (Dirancang oleh Eddy S. Marizar, 2017).

C. Dasar Pemikiran Manajemen versus Kreativitas

Istilah manajemen sudah tidak asing lagi kita dengar, terutama bagi para dosen di lingkungan studi ekonomi, manajemen, dan bisnis. Cara pandang manajemen (berbeda) yang layak menjadi acuan dapat kita rujuk pada pola pikir Gede Prama yang mengungkapkan bahwa manajemen membuat manusia impoten. Manajemen tidak lagi identik dengan keteraturan, benar, tepat, dan

Jakarta, 23-24 November 2017

kaidah-kaidah batu lainnya. Belajarlah manajemen dari puisi. Eksistensi manajemen sekarang dan nanti sangat ditentukan oleh keberanian orang untuk mengatakan selamat tinggal (Prama, 2001:

3, 18, 115) pada teori-teori manajemen konvensional yang dicetuskan oleh para tokohnya. Demikian pula di dalam buku “Management of The Absurd: Paradoxes in Leadership”,

Farson memberikan cara baru yang hebat untuk mengatasi banyak masalah organisasi, juga solusi baru yang berbeda, provokatif, bahkan radikal dalam kehidupan manajemen. Farson menggunakan pendekatan manajemen, kreativitas, intuisi dan estetika dalam tata kepemimpinan (Farson (1996:101, 137).

Adapun istilah kreativitas, tampaknya masih banyak yang rancu dalam mendefinisikan dan mengoperasionalkan, apalagi jika dikaitkan dengan inovasi, ekonomi, industri, dan manajemen. Kreativitas adalah suatu konsep yang sangat subjektif dan selama lebih dari seratus tahun para psikolog bergulat dengan hal ini ketika mereka berusaha menilai kreativitas individu-individu, produk-produk, ide-ide, dan proses-proses (West, 2000:15-16). Jadi ada kecenderungan bahwa sesuatu yang kreatif sangat bergantung pada konteksnya, apakah itu ide, proses, produk, atau prosedur ditawarkan. Banyak orang yang masih beranggapan bahwa kreativitas itu sama dengan inovasi, bahkan inovasi menjadi lebih utama dibandingkan kreativitas. Pemahaman itu perlu diklarifikasi bahwa inovasi adalah hasil dari kreativitas. Tanpa kreativitas tidak akan pernah muncul inovasi.

Dalam konteks ini, kreativitas tidak hanya menyediakan gagasan-gagasan berwujud, tetapi juga baik untuk pendorong motivasi, dapat pula melahirkan inovasi dan visualisasi kreatif seperti desain. Kreativitas adalah bagian dari proses berpikir yang serius (Bono, 1995: 191). Betapapun banyaknya informasi, pengalaman, dan kemampuan di dalam membuat keputusan yang kita miliki, kita tetap sangat membutuhkan ide-ide baru. Ide tidak akan bisa diciptakan melalui analisis semata atau pemilahan informasi oleh komputer. Ide harus dihasilkan oleh kecerdasan kreativitas manusia. Kita harus menghilangkan pandangan kacau mengenai kreativitas, dan memfokuskan diri pada kreativitas serius, dan bagaimana kita mesti memanfaatkannya (Bono, 1995:103).

Esensinya, kreativitas merupakan suatu usaha orisinal yang memikirkan berbagai hal yang belum pernah dipikirkan orang lain. Dengan ungkapan lain, kreativitas adalah penyatuan pengetahuan dari berbagai pengalaman seseorang yang berbeda untuk menghasilkan ide-ide baru atau cara-cara baru yang lebih baik (West, 2000:18). Jika kreativitas adalah upaya kita untuk mengembangkan ide-ide baru, maka inovasi adalah proses penerapan atau implementasi dari ide- ide itu secara nyata ke dalam praktek. Inovasi terbatas pada usaha-usaha sengaja untuk memperoleh keuntungan-keuntungan dari perubahan-perubahan baru. Keuntungan dari perubahan itu dapat berupa keuntungan ekonomis, peningkatan citra, kepuasan yang lebih besar, produktivitas, dan sejenisnya. Jadi kreativitas merupakan embrio dari inovasi.

Dengan demikian, kreativitas itu milik semua orang yang mampu berpikir baru, beda, unik, dan memiliki visi ke masa depan lebih baik, serta tidak berpikir sempit dan berpikir negatif. Kreativitas juga milik para leaders, pemimpin, manajer, direktur, dan semua orang yang harus mengambil keputusan. Oleh sebab itu, lahirlah ekonomi kreatif, industri kreatif, dan manajemen kreatif yang mengandalkan kreativitas sebagai kekuatan daya saing. Industri apapun memerlukan kreativitas, memerlukan manajemen kreatif. Artinya manajemen kreatif tidak hanya pada ruang lingkup industri kreatif yang sudah dibakukan banyak orang selama ini. Jadi kreativitas itu bukan hanya milik seniman, desainer, arsitek, artis, pelukis, penyanyi dan sejenisnya.

Kreativitas berpijak pada imajinasi, konsep-konsep, dan pemikiran-pemikiran baru. Kreativitas itu adalah proses berpikir menuju inovasi. Kreativitas mengandung nilai-nilai yang tampil beda, tampil unik, dan baru. Kreativitas dihasilkan oleh otak kanan, adapun inovasi merupakan hasil kerja otak kiri. Keduanya bersinergi saling melengkapi dengan cara mengoperasionalkan elemen-elemen manajemen kreatif versi donkmax creative strategic. Dengan

Jakarta, 23-24 November 2017

demikian inovasi, perubahan, nilai tambah, nilai lebih tidak akan pernah muncul tanpa melalui proses kreatif.

Dalam konteks berpikir kreatif, out of the box sudah tidak relevan lagi, paradigma baru dalam berpikir kreatif dan kreativitas bisnis telah digantikan oleh pola berpikir dalam kotak-kotak yang baru (thinking in new boxes) (Brabandere dan Alan Iny, 2013). Artinya, saat ini kita mesti berpikir pada kotak-kotak yang baru. Penciptaan kotak baru selayaknya menggunakan

manajemen kreatif yang selalu mengoperasionalkan creative problem solving.

D. Pemahaman Manajemen kreatif dalam Konteks Industri Kreatif.

Manajemen kreatif merupakan model manajemen baru di era pasar global. Manajemen kreatif, secara fungsional untuk menggali ide, memberdayakan, memaksimalkan, mengelola, mengendalikan, dan mengembangkan kreativitas sebagai alat daya saing. Manajemen Kreatif merupakan upaya untuk mengembangkan ide-ide baru dan pemecahan masalah secara segar dengan menggunakan metode creative problem solving (CPS). Di dalam creative problem solving dapat mengoperasionalkan model mindmapping dan brainstorming.

Salah satu cara pandang tentang manajemen kreatif yang bisa dipakai pola pikirnya terdapat dalam buku “Creative Management” yang dikompilasi oleh Jane Henry (1993) sebagai Editor dan ada beberapa referensi lagi. Menurut Henry, ed. (1993: 1, 5, 103-163) aspek kreativitas terdiri dari person, process, place, and product. Di dalam konteks ini, fokus kajian pada process dan person untuk menghasilkan luaran berupa produk industri kreatif. Oleh karena itu diperlukan pendekatan manajemen kreatif. Creative problem solving, mapping, dan intuisi logis merupakan tahapan proses yang layak dilakukan. Namun secara prinsip, belum banyak referensi yang mengkaji secara optimal.

Di dalam konteks donkmax creative strategic yang berbasis manajemen kreatif, salah satu strateginya adalah creative problem solving (CPS). CPS dapat pula dijadikan suatu model pembelajaran yang mengasah keterampilan pemecahan masalah. Setiap orang dapat memilih dan mengembangkan ide dan pemikirannya secara bebas. Esensinya, creative problem solving membahas tentang keterampilan berpikir untuk memecahkan masalah secara kreatif melalui proses idea generation, brainstorming, creative evaluation, dan solution implementation melalui visualisasi (Lumsdaine dan Monika Lumsdaine, 1995: 31, 189-312).

Adapun cara pandang “creative problem solving” dapat pula berpijak pada pemikiran Paul Sloane (2017), yang mengarahkan bahwa pencarian solusi-solusi kreatif memerlukan pelatihan cara berpikir cerdas (brilliant thinker). Solusi kreatif juga sangat diperlukan dalam industri kreatif, khususnya desain. Desain merupakan bagian dari industri kreatif. Cara pandang desain bisa mengacu pada pemikiran Daniel H. Pink (2007: 13, 71) yang mengungkapkan bahwa berpikir menggunakan otak kanan merupakan misteri di era konsepsual dalam pola berpikir kreatif yang berkait dengan high concept dan high touch. Aspek kecerdasan desain menjadi nomor pertama di dalam enam kecerdasan. Bahkan, Pink secara tegas mengatakan bahwa bisnis berarti desain. (Pink, 2007: 19, 93, 97, 109). Handi Irawan (2002: 37, 51) juga menempatkan desain sebagai salah satu faktor pendorong untuk membangun kepuasan pelanggan. Sebab, dimensi desain adalah dimensi yang unik, karena banyak menawarkan dimensi emosional.

Di sisi lain, pemahaman desain seringkali rancu dalam konsep, definisi dan operasionalnya. Saat ini, desain dan juga arsitektur merupakan dua disiplin “keilmuan” yang masuk dalam ranah industri kreatif. Keduanya berbasis pada kekuatan kreativitas di dalam menciptakan karya atau produknya. Desain dan arsitektur dapat dijadikan perangkat tri dharma perguruan tinggi melalui penelitian dan pengabdian masyarakat dengan memberdayakan prinsip manajemen kreatif.

Ketika kita akan memasuki dunia manajemen kreatif, selayaknya kita bisa berpikir multidisiplin, lebar dan meluas dengan berbagai pendekatan keilmuan. Terkadang kita terlalu fanatik dengan disiplin ilmu yang kita geluti sejak S1, pada saat akan masuk ke dunia disiplin ilmu

Jakarta, 23-24 November 2017

lain terasa alergi, sehingga kita tampak kurang “gaul” dengan ilmu-ilmu lain yang saling berinteraksi dalam ranah berpikir kreatif. Istilah manajemen kreatif, memang masih langka. Buku referensi di dunia ini juga masih sedikit, tetapi manajemen sangat diperlukan pada era globalisasi, era pasar bebas, dan era digitalisasi. Sebab, manajemen tanpa kreativitas akan terasa kering, kaku, statis, baku, formal, penuh logika, terbatas dalam operasional, obyektif, dan hanya menggunkan otak kiri. Demikian pula, kreativitas tanpa manajemen menjadi liar, tidak ada aturan, “semau gue”, bebas tanpa batas, informal, imajinatif, hanya estetika, subyektif, dan hanya menggunakan otak kanan. Oleh sebab itu diperlukan manajemen kreatif yang memadukan dua sisi operasional yang berbeda tujuan dan konsepnya itu menjadi satu kekuatan berupa “koalisi dua otak” dan” koalisi dua hati” di dalam mewujudkan hasil kreasi (penciptaan).

Bagan 4. Prinsip pertukaran peran sebagai langkah koalisi dua disiplin yang berbeda prinsip di dalam konteks industri kreatif, khususnya bidang desain (Dirancang oleh Eddy S. Marizar, 2017)

Di dalam konteks industri kreatif, titik perbedaannya adalah prinsip manajemen sebaiknya bertukar peran dengan prinsip kreativitas secara operasional. Pemikiran manajemen kreatif “terbalik” ini digunakan dalam kasus desain dan arsitektur sebagai bagian dari industri kreatif. Prinsip manajemen secara operasional dilakukan dengan menggunakan kekuatan imajinasi, emosi, estetika, bahkan memberdayakan otak kanan. Adapun prinsip kreativitas secara operasional dilakukan dengan memberdayakan rasio, verifikasi, logika, dan menggunakan otak kiri (Bagan 4). Apabila keduanya sudah melebur dan berkoalisi secara optimal, maka hasil kreasi diharapkan mendapatkan luaran secara maksimal. Oleh sebab itu, diperlukan strategi untuk mendongkrak kreativitas secara maksimal dengan menggunakan prinsip manajemen kreatif. Ada delapan elemen manajemen kreatif versi donkmax creative strategic (Bagan 5).

Jakarta, 23-24 November 2017

Bagan 5.

Delapan elemen manajemen kreatif versi donkmax creative strategic yang dapat diaplikasikan

atau dioperasikan di dalam penggalian ide baru, beda, dan unik. (Dirancang oleh Eddy S. Marizar, 2017)

Delapan elemen manajemen kreatif versi donkmax creative strategic tersebut dapat diaplikasikan atau dioperasikan di dalam creative problem solving. Proses inspirasi, imajimasi, intuisi, eksplorasi, evaluasi, inkubasi, improvisasi dan implementasi itu dapat dilakukan ketika ingin mencari solusi-solusi kreatif (creative problem solving) secara maksimal.

Luaran yang dapat dicapai dalam pelaksanaan tri dharma perguruan tinggi yaitu ide-ide kreatif yang berbeda, baru, dan unik dengan solusi kreatif dalam industri kreatif (Bagan 6).

Bagan 6.

Luaran yang dapat dicapai dalam pelaksanaan tri dharma perguruan tinggi yaitu ide-ide kreatif

yang berbeda, baru, dan unik dalam industri kreatif. (Dirancang oleh Eddy S. Marizar, 2017)

E. Strategi Mendongkrak Kreativitas Maksimal

Strategi mendongkrak kreativitas secara maksimal dalam industri kreatif memerlukan model yaitu donkmax creative strategic yang sudah diformulasi.

Jakarta, 23-24 November 2017

Bagan 7.

Kontradiksi karakter dari dua bidang pengetahuan yang berbeda tujuan dan prinsip. Keduanya menjadi

landasan berpikir donkmax creative strategic. (Dirumuskan oleh Eddy Supriyatna Marizar, 2017).

Model ini telah memadukan manajemen dengan kreativitas yang teridentifikasi memiliki prinsip dan tujuan operasional yang berbeda (Bagan 7).

Kontradiksi karakter dari dua bidang pengetahuan yang berbeda tujuan dan prinsip itu merupakan dasar pijak lahirnya model donkmax creative strategic. Memang, secara prinsip keduanya memiliki keunggulan dan kelemahan yang dapat saling melengkapi dalam konteks

“donkmax creative strategic”. Oleh sebab itu, donkmax creative strategic adalah formula model baru yang memadukan dua bidang pengetahuan yang berlawanan paradigmanya yaitu manajemen dan kreativitas. Adapun tujuannya adalah untuk mendongkrak setiap orang agar dapat berpikir kreatif dengan mengoperasionalkan elemen-elemen manajemen kreatif secara maksimal dengan model donkmax creative strategic.

Istilah donkmax tidak memiliki arti apapun, bahkan donkmax adalah brand berupa kata tanpa makna seperti merk yang ada di dunia maya: google, Yahoo, WhatsApp, Waze, Yoosee, dan masih banyak lagi. Kata dan merk yang unik dan sulit mencari maknanya itu penuh dengan makna semiotik. Esensinya, donkmax merupakan strategi, metode, model, sistem, juga proses yang berbasis pada "manajemen kreatif" untuk tujuan "creative problem seeking" sekaligus "creative problem solving." Strategi mencari ide, mengolah data mentah menjadi matang, mengolah sampah menjadi emas, dan satu upaya untuk merealisasikan impian menjadi kenyataan.

Di dalam konteks ini, donkmax creative strategic dapat dijadikan model, metode, strategi, maupun sistem dalam format rumusan baru yang diberi nama donkmax-mix. Formula donkmax- mix adalah proses kreatif yang mengacu pada pola manajemen kreatif.

Jakarta, 23-24 November 2017

Bagan 8. Proses kreatif dalam stretegi bintang Yin-Yang, segi delapan donkmax-mix. Formula dirancang oleh Eddy Supriyatna Marizar. (Sumber: Eddy Supriyatna Marizar, 20 Mei 2009 dan 29 Nopember 2012)

Pemetaan pemikiran "donkmax creative strategic" tercermin dalam donkmax mix. Racikan strategik donkmax mix berpijak pada creative management, creative economy, dan creative industry. Tujuan racikan ini adalah untuk meningkatkan kinerja gagasan kreatif (creative problem solving ) secara maksimal dalam konteks manajemen dan kinerja produktif. Elemen donkmax-mix meliputi niat, doa, baca, pikir, ikhtiar, implementasi, inovasi, syukur. Delapan elemen proses kreatif donkmax-mix tersebut sebagai penggerak di dalam mengoperasikan model donkmax creative strategic agar dapat menghasilkan luaran secara maksimal (Bagan 8).

Model creative strategic ini telah diujicobakan secara eksperimental sejak tahun 1977, kemudian dikembangkan di dunia industri dan bisnis sampai tahun 1996. Formulanya dipublikasikan di dunia pendidikan tinggi tahun 2009 pada Seminar Nasional Industri Kreatif di Program Pascasarjana Magister Manajemen Universitas Tarumanagara. Model dikembangkan serta diseminarkan tahun 2012 dalam Seminar Nasional Desain dan Seni di FSRD Universitas Tarumanagara. Model donkmax creative strategic telah digunakan hingga saat ini dalam berbagai kegiatan. Aplikasinya telah dioperasionalkan, baik itu di dunia akademis, pelatihan, penulisan, penelitian, pengabdian masyarakat, organisasi, maupun di dunia industri dan bisnis sebagai praktisi. Berbagai luaran yang baru dan beda telah diwujudkan sebagai realisasi dari tindakan creative problem solving dengan memberdayakan model donkmax creative strategic.

F. Penutup

Dosen sebagai aset lembaga pendidikan tinggi mempunyai tugas pokok melaksanakan tri dharma perguruan tinggi. Di dalam upaya mencapai luaran tri dharma secara maksimal dapat menggunakan donkmax creative strategic yang berbasis manajemen kreatif berupa creative problem solving. Hal itu bertujuan untuk mendapatkan ide baru, beda, unik, dan solusi kreatif dalam bidang pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat secara maksimal.

Model donkmax creative strategic bersifat idealistik, tetapi diramu secara logis, alamiah, dan praktis. Konsep dasarnya bahwa pikiran kreatif yang sering dianggap liar itu membutuhkan manajemen. Kreativitas ’harus’ dirancang, dikelola, dan dikendalikan secara efektif agar dapat

Jakarta, 23-24 November 2017

mencapai tujuan manajemen, sehingga luarannya dapat diperoleh seacara maksimal. Model donkmax creative strategic merupakan rumusan di dalam mengoperasikan program industri kreatif bagi para akademisi, khususnya bidang desain sebagai perangkat daya saing global dalam tri dharma perguruan tinggi. Model donkmax creative strategic dapat pula diaplikasikan pada studi manajemen, entrepreneurship, bisnis, teknik, dan semua disiplin yang memerlukan creative problem solving.**

BAHAN ACUAN

Berner, Rober (24 Agustus 2005) . “Mitos-Mitos Inovasi”, Business Week, 10-11/IV/17. Bilton, Chris. (2007). Management and Creativity. Singapore: Blackwell Publishing Ltd.

Bono, Edward De (1995). Menang Dalam Pertarungan Bisnis. Jakarta: Penerbit Delapratasa. _______. (1990). Berpikir Lateral. Jakarta: Binarupa Aksara.

Brabandere, Luc De dan Alan Iny. (2013). Thinking In New Boxes: A New Paradigm for Business Creativity . New York: Random House. Brabandere, Luc De dan Alan Iny. (2017). Thinking In New Boxes: Paradigma Baru untuk Kreativitas Bisnis . Terj. Irene Christin. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Buzan, Tony. (2002). The Power Of Creative Intelligenc: Sepuluh Cara Jadi Orang Yang Jenius Kreatif. Terj. Susi Purwoko. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Christensen, Clayton M dan Michael E Raynor (2006). Solusi Sang Inovator: Menciptakan dan

Memelihara Pertumbuhan yang Sukses. Terj. Heryadi. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, Evans, Ames R. (1991). Creative Thinking In The Decision And Management Sciences. Ohio: South-Western Publishing Co.

Farson, Richard. (1996). Management of the Absurd: Paradoxes In Leadership. Singapore: Simon & Schuster,

Goleman, Daniel (1999). Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi. Terj. Alex Tri Kuntjoro Widodo. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, Goman, Carol Kinsey. (1991). Kreativitas dalam Bisnis; Suatu Pedoman untuk Berpikir Kreatif. Alih Bahasa F.L. Widie Kastyanto. Jakarta: Binarupa Aksara.

Hanafi, Abdillah (1981). Memasyarakatkan Ide-ide Baru. Surabaya: Usaha Nasional. Henry, Jane. (1993). Creative Management. London: Sage Publications.

Holmes, Ernest (2006). Berpikir Kreatif Untuk Meraih Sukses: Menemukan Potensi dan Kekuatan

Diri Untuk Meraih Kesuksesan. Terj. Totok Supriyanto, Jogjakarta: Dolphin Books, Irawan, Handi (2002). 10 Prinsip Kepuasan Pelanggan. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Kelley, Tom dan Jonathan Littman. (2002). The Art of Innovation: Pelajaran Kreativitas dari

IDEO, Perusahaan Desain Terkemuka di Amerika. Terj. Paulus Herlambang. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama..

Kuhn, Robert Lawrence (1985). Frontiers In Creative And Innovative Management. America: Ballinger Publishing Company. Lumsdaine, Edward dan Monika Lumsdaine. (1995). Creative Problem Solving: Thinking Skills For A Changing World. Internatioal Editions. Singapore: McGraw-Hill. Michalko, Michael. (2005). CQ: Apakah Anda Kreatif?. Terj. Rekha Trimaryoan. Jakarta: PT.

Prestasi Pustakaraya.

Jakarta, 23-24 November 2017

Nussbaum, Bruce. “Ayo Kreatif!: Kiat Membangun Perusahaan Inovatif”, Business Week, 10- 11/IV/17-24 Agustus 2005. Redaksi Rubrik Current Affairs (2009). “Selamat Datang Tahun Kreatif” Luar Biasa. Februari. Schmitt, Bernd dan Alex Simonson (1997). Marketing Aesthetics: The Strategic Management of

Brands, Identity, and Image. New York: The Free Press, Pink, Daniel H. (2007). Misteri Otak Kanan Manusia. Terj. Rusli. Jogjakarta: Think Jogjakarta.

Prama, Gede. (2000). Inovasi atau Mati: Hanya untuk Mereka yang Pikirannya Siap Terguncang! . Jakarta: Elex Media Komputindo. Safa’at, Budi (2015). (2015). 99 Cara Gila Menjadi Kreatif Ala Mark Zuckerberg. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. Sloane, Paul (2017). How to be Brilliant Thinker (Latih Pikiran Anda dan Temukan Solusi-Solusi Kreatif). Terj. Riga D. Ponziani. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Supriyatna- Marizar, Eddy (29 Nopember 2012). “Pengembangan Industri Kreatif di Era Pasar Bebas Asean”, dalam Prosiding Seminar Nasional Desain dan Seni: Potensi Seni dan

Desain dalam Pengembangan Industri Kreatif di Universitas Tarumanagara, Jakarta. _______. (20 Mei 2009).“Koalisi Dua Hati,” makalah Seminar Nasional Mendongkrak Industri

Kreatif , di Program Pascasarjana Magister Manajemen Universitas Tarumanagara, Jakarta. West, Michael A. (2000). Developing Creativity in Organizations. Terj. Bern Hidayat. Yogyakarta: Kanisius.

Wycoff, Joyce (2002). Menjadi Super Kreatif Melalui Metode Pemetaan-Pikiran. Terj. Rina Marzuki. Bandung: Penerbit Kaifa.

Jakarta, 23-24 November 2017

LITERASI MEDIA DIGITAL DI KOMUNITAS VIDEOGRAPHER “LINKPICTUREID” BERBASIS KREATIF

Ahmad Zakki Abdullah 1 , Fitria Ayuningtyas 2 , Uljanatunnisa 3

1 Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasiona l “Veteran” Jakarta

1 amatzach@upnvj.ac.id 2 Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta 2 fitria.irwanto@upnvj.ac.id

3 Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Unive rsitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta

3 uljanatunnisa@upnvj.ac.id

ABSTRAK

Berbagai fenomena akibat media digital membentuk perilaku pengguna yang sangat dinamis belakangan ini. Di Indonesia, dasar hukum UU ITE mencakup bahasan yang sangat sempit dan kurang jelas mengenai rambu-rambu mana yang diperbolehkan dan mana yang tidak diperbolehkan. Keadaan ini dikarenakan oleh kesenjangan antara perkembangan sosial dengan kaedah media digital pada keseharian di masyarakat. Rujukan mengenai penggunaan media digital tentu sangat luas, seperti penggunaan untuk bersosialisasi, pemberitaan, pengumuman, berbagi opini, pergaulan, diskusi dan sebagainya. Dalam mengoptimalkan penggunaan media tentu diperlukan sebuah sosialisasi

dan penyuluhan “Literasi Media Digital” di Komunitas Videographer “LinkPictureID” berbasis kreatif. Literasi ini berfokus pada generasi millenial dengan acuan fokus dan lokus, pada cakupan produksi. Penafsiran cakupan lokus pada komunitas videographer bernama “LinkPictureID” karena peminatan video di media digital yang semakin pesat, serta fokus pada bahasan konten dalam pengolahan isi yang menggali nilai kreatif. Pentingnya literasi dalam sosialisasi

dan penyuluhan ini dilakukan karena videographer biasanya hanya memahami aplikasi tingkat teknis dan tidak paham aplikasi tingkat manajemen ataupun perencanaan nilai kreatif. Manajemen tidak kalah pentingnya dalam implementasi media digital sehingga dapat membuat produk video menarik yang dapat dipasarkan. Dalam implementasi literasi ini peserta diharapkan dapat mengoptimalkan video dalam bentuk digital dan dipasarkan melalui kanal video dengan manajemen sistem google adsense sebagai pendapatan.

Kata Kunci : Literasi, Media, Digital, Kreatif

PENDAHULUAN

Pendahuluan

Perkembangan media digital sudah semakin pesat, dengan perkembangan penetrasi penggunaan internet yang terus meningkat dari 5 tahun terakhir; sebesar 43% menjadi di 56% menandakan bahwa media digital akan memainkan peran yang sangat besar. Perkembangan politik di AS dijelaskan dalam bingkai media digital sebagai “perilaku kolektif” BPPTIK – September 2016, agensi marketing We are Social mengeluarkan laporan pertumbuhan terkait perkembangan digital di beberapa negara. Salah satunya adalah Indonesia. Dalam laporan We are Social ditemukan bahwa pertumbuhan pengguna aktif internet di Indonesia tumbuh sebesar 21% sejak Maret 2015. Diikuti pula oleh beberapa hal yang lain seperti penggunaan media sosial di Indonesia naik 19%, pertumbuhan Number of Mobile Subscriptions naik 6%, dan pertumbuhan pengguna aktif social mobile sebesar 19%. Pertumbuhan digital di Indonesia masih tergolong dalam kriteria rata-rata umum diskala global, namun jika dibandingkan dengan India, yang dikategorikan sebagai negara berkembang seperti Indonesia di bidang digital internet, maka Indonesia tertinggal jauh.

Jakarta, 23-24 November 2017

Dengan pertumbuhan bisnis online yang begitu pesat, masyarakat Indonesia akan mendapatkan manfaat positif dalam perekonomian seperti pertumbuhan kesejahteraan, pertumbuhan lapangan kerja baru dan lain-lain. Dengan demikian Indonesia tidak lagi sekadar menjadi target pasar bisnis internasional, tetapi sebaliknya dapat menjadi pengusaha e-commerce yang mumpuni hingga menjangkau pasar luar negeri. Pada tahun 2020, revolusi bisnis online Indonesia diprediksi akan mendongkrak Pendapatan Domestik Bruto sebesar 22%. Melihat perkembangan e-commerce di Tiongkok, maka kemungkinan hal yang sama dapat terjadi di Indonesia begitu besar karena Indonesia dan Tiongkok memiliki karakter yang sama.

Dengan populasi yang bejibun, Indonesia dan Tiongkok menyediakan pasar yang begitu besar bagi pelaku bisnis lokal maupun internasional. Jika potensi ini bisa dimanfaatkan dengan baik, sudah pasti akan mendongkrak perekonomian nasional. Menurut laporan agensi marketing We are Social yang dikutip techinasia.com, pada awal tahun 2016 Blackberry Messanger (BBM) dan Facebook menjadi social platform teraktif di Indonesia. Sebanyak 79 juta dari 88 juta pengguna internet menggunakan Facebook sebagai social platform-nya. Selanjutnya, pada awal tahun 2016, BBM masih menjadi aplikasi teratas yang diunduh melalui Playstore, namun September 2016 kondisi itu telah berubah. Posisi BBM sebagai salah satu top social platform telah digantikan dengan aplikasi WhatsApp. WhatsApp dan Facebook menjadi social platform terpopuler bagi masyarakat pengguna internet Indonesia per September 2016 .

Konsep “kesenjangan digital” (digital divide) pertama kali diperkenalkan dalam laporan The National Telecommunication and Information Administration (NTIA) — sebuah badan pemerintah federal AS yang mengurusi bidang telekomunikasi dan informasi. Laporan tersebut

memilah warga negara ke dalam dua kelompok: mereka “yang memiliki” dan “tak memiliki” akses pada teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Kesenjangan digital, sebagaimana ditambahkan oleh Steyn & Johnson (2011) dalam Postigo (2016) dalam tidak hanya berhubungan dengan akses fisik (baca: infrastruktur). Kesenjangan digital juga berhubungan dengan kesenjangan dalam bidang ekonomi, politik, sosial, budaya, gender, etnisitas, geografis, dan demografis.

Persoalan kesenjangan ini terus mengiringi perkembangan teknologi informasi. Terlebih bagi negara dunia ketiga, persoalan ini adalah momok bagi pembangunan. Bahkan di negara maju sekali pun, dengan masyarakat yang “melek” terhadap teknologi digital, hambatan dalam akses

TIK masih saja terjadi.

Meski jangkauan internet semakin luas, Indonesia masih menyimpan berbagai macam persoalan. Oleh karena itu, pemerintah mengeluarkan paket kebijakan digital dengan mempercepat penetrasi internet di seluruh Indonesia. Program Indonesia Digital Network (IDN) dihadirkan sebagai solusi bagi konektivitas nasional. Tujuan program tersebut bukan hanya mendukung digitalisasi masyarakat Indonesia, melainkan juga meningkatkan daya saing masyarakat Indonesia dalam menjawab tantangan global yang sudah di depan mata, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 adalah salah satunya.