PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
3. PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
Gaya furnitur mutlak ditentukan oleh detail. Bentuk dan material membangun identitas luas tapi ekspresi estetika muncul secara nyata pada sambungan-sambungan. Seorang desainer harus menentukan hubungan vertikal maupun horizontal pada batas material dan sambungan, baik yang terlihat maupun yang tersembunyi. Material baik sebagai finishing maupun sebagai komponen sruktural, pada akhirnya menentukan pilihan detail (Booth & Plunkett, 2014). Pada penelitian ini elemen desain yang akan menjadi fokus bahasan adalah bentuk (model) furnitur, material (finishing dan paduan materialnya) serta kesan keseluruhan terhadap desain furnitur.
Pembahasan strategi peningkatan produksi mebel di sentra industri kayu pernah dibahas oleh Sofiana (Sofiana, 2011). Disebutkan bahwa faktor penyebab atau penghambat peningkatan produksi mebel adalah:
- Kelangkaan dan kualitas bahan baku kayu - Penguasaan teknologi perkayuan yang terbatas - Kurangnya inovasi dalam mendesain
Jakarta, 23-24 November 2017
- Promosi dan pemasaran tidak terpadu - Kurang perencanaan pemerintah dalam mengembangkan industri kecil
Dari tinjauan ini kasus industri furnitur kayu di desa Semoyo tidak mengalami kendala kelangkaan dan kualitas bahan baku kayu. Dalam hal ini industri di desa Semoyo memiliki kekhususan karena memiliki hutan rakyat yang dikelola secara legal dan lestari.
Penelitian lain di bidang furnitur dilakukan oleh Rochyat (Rochyat, 2013) ditujukan untuk meningkatkan daya jual furnitur berbahan kayu jati dengan rekayasa teknik redesign dan refurnish dengan acuan desain furnitur dari sebuah perusahaan furnitur besar di Jakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses finishing mempengaruhi kualitas furnitur. Namun karena kekuatan produk industri furnitur desa Semoyo adalah bahan kayu yang diekspos keindahan warna dan motif naturalnya, maka proses finishing duco sebagaimana disarankan pada penelitian ini menjadi kurang tepat.
Terkait usaha pengembangan industri yang berkelanjutan, telah dipaparkan oleh Widyani (Widyani, 2017) dalam Seminar Internasional di ITB. Paparan tersebut menghasilkan kriteria panduan bagi pengembangan industri yang berkelanjutan, yaitu:
- Ketersediaan sumber daya alam yang berkelanjutan - Sumber daya manusia yang memiliki kemampuan teknis dan pengetahuan desain - Rencana pemasaran mencakup promosi dan segmentasi pasar - Pengembangan tenaga listrik alternatif yang berkelanjutan - Perencanaan kawasan industri yang berkelanjutan - Peraturan pemerintah yang mendukung masyarakat
Diseminasi tersebut menekankan pada pentingnya industri berkelanjutan sebagai potensi desa Semoyo, yang salah satu identifikasi permasalahannya adalah minimnya pengetahuan dan kemampuan desain untuk mendukung pengembangan produk furnitur.
Sebagai masyarakat yang memiliki sumber daya alam berlimpah berupa kayu legal dan lestari, masyarakat desa Semoyo sebagai pengelola hutan rakyat perlu mengetahui bagaimana memanfaatkan kayu secara baik. Hal ini telah dijelaskan oleh ILO (International Labour Organization) da lam buku yang berjudul ‘Memanfaatkan Bahan Kayu Berkualitas Secara Efektif’ (ILO, 2004). Dalam buku itu dijelaskan bahwa langkah-langkah memperbaiki industri mebel, adalah:
- Menggunakan kayu berkualitas - Menggunakan kayu alternatif - Pengeringan kayu yang tepat - Pengawetan kayu dengan benar - Penyimpanan kayu dengan baik - Proses mesin yang aman dan efisien - Memanfaatkan sisa kayu - Kontrol kualitas yang benar - Menghasilkan produk unggulan
Jakarta, 23-24 November 2017
Uraian dalam buku ini sangat bermanfaat bagi masyarakat desa Semoyo, sehingga menjadi salah satu referensi utama bagi peneliti. Kasus industri furnitur desa Semoyo menjadi menarik ketika inisiasi industri furnitur muncul dari mereka sendiri, dengan kesadaran terhadap potensi alam dan keterbatasan sumber daya manusia, mereka terus melanjutkan industri tersebut. Semangat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat ini perlu mendapat dukungan dari segala pihak. Sehingga dalam penelitian ini dicari kelemahan desain pada furnitur hasil produksi desa Semoyo, untuk dijadikan panduan desain furnitur pada penelitian selanjutnya.
Kualitas desain contoh furnitur produksi desa Semoyo menurut responden: Hasil kuisioner:
a. Karakter bentuk tidak menarik dan membosankan (77,4%)
b. Perpaduan material tidak menarik (54,8%)
c. Finishing material tidak menarik (61,3%)
d. Karakter secara keseluruhan adalah sederhana dan membosankan (96,8%)
Gambar 28. Meja Makan Produksi Industri Desa Semoyo (sumber: dokumentasi tim peneliti, 2017)
Dapat disimpulkan bahwa menurut para responden, kualitas desain furnitur hasil produksi desa Semoyo adalah tidak menarik dan membosankan. Oleh karena itu diperlukan perbaikan kualitas desain untuk meningkatkan daya jual furnitur tersebut.
Sementara itu kualitas desain furnitur dari ketiga industri yang berhasil memasuki pasar internasional adalah sebagai berikut:
Jakarta, 23-24 November 2017
a. Contoh desain furnitur dari industri JOGJAtok Hasil kuisioner:
a. Karakter bentuk unik, tidak seperti desain lain yang serupa (67,7%)
b. Perpaduan material unik, (51.6%)
c. Finishing material cukup menarik (48,4%)
d. Karakter secara keseluruhan adalah sederhana dan unik
Gambar 3. Desain Meja Konsol Produksi JOGJAtok (sumber: dokumentasi tim peneliti, 2017)
Hasil kuisioner:
a. Karakter bentuk unik, tidak seperti desain lain yang serupa (45,2%)
b. Perpaduan material cukup menarik, (41,9%)
c. Finishing material cukup menarik (46,7%)
d. Karakter secara keseluruhan adalah sangat menarik, rumit Gambar 4. Desain Meja Tamu Produksi JOGJAtok
dan unik (48,4%) (sumber: JOGJAtok, 2017)
e. Contoh desain furnitur dari industri PalemCraft Jogja Hasil kuisioner:
a. Karakter bentuk cukup menarik (51,6%)
b. Perpaduan material cukup menarik, (45,2%)
c. Finishing material cukup menarik (51,6%)
d. Karakter secara keseluruhan adalah sederhana dan unik (50%)
Gambar 5. Meja Konsol Produksi PalemCraft Jogja (sumber: dokumentasi tim peneliti, 2017)
Jakarta, 23-24 November 2017
Hasil kuisioner:
a. Karakter bentuk cukup menarik (51,6%)
b. Perpaduan material sangat menarik, unik (61,3%)
c. Finishing material sangat menarik, unik (50%)
d. Karakter secara keseluruhan adalah sederhana dan unik (67,7%)
Gambar 6. Meja Samping Produksi PalemCraft Jogja (sumber: dokumentasi tim peneliti, 2017)
f. Contoh desain furnitur dari industri Enclave Hasil kuisioner:
a. Karakter bentuk tidak menarik (46,7%)
e. Perpaduan material cukup menarik (41,9%)
f. Finishing material tidak menarik (54,8%)
g. Karakter secara keseluruhan adalah sederhana dan
Gambar 7. Meja Makan Produksi Enclave membosankan (61,3%) (sumber: dokumentasi tim peneliti, 2017)
Hasil kuisioner:
a. Karakter bentuk cukup menarik (41,9%)
b. Perpaduan material cukup menarik, (51,6%)
c. Finishing material cukup menarik (56,7%)
d. Karakter secara keseluruhan adalah sederhana membosankan (38,7%)
Gambar 8. Meja Tamu Produksi Enclave (sumber: dokumentasi tim peneliti, 2017)
Jakarta, 23-24 November 2017
Berdasarkan hasil sebaran kuisioner tersebut didapatkan hasil bahwa desain furnitur dari ketiga perusahaan ekspor furnitur (JOGJAtok, PalemCraft Jogja dan Enclave) memiliki kualitas desain berikut:
a. Karakter bentuk sangat menarik dengan keunikan tertentu
b. Paduan material yang unik.
c. Finishing material yang unik.
d. Karakter keseluruhan cenderung sederhana dan unik.