PSIKOEDUKASI GURU TENTANG ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI TAMAN KANAK-KANAK NUSA INDAH II JAKARTA BARAT

PSIKOEDUKASI GURU TENTANG ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI TAMAN KANAK-KANAK NUSA INDAH II JAKARTA BARAT

Niken Widi Astuti, Riana Sahrani

Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara Email: [email protected] [email protected]

ABSTRAK

Guru merupakan orang yang memegang peranan utama pada proses belajar dan mengajar, yang merupakan inti dari proses pendidikan. Guru merupakan tenaga pendidik yang bertugas mengarahkan siswa menuju kondisi pembelajaran yang diinginkan. Seorang guru yang bertanggung jawab akan menerima dan mendidik siswa dengan kondisi apapun. Termasuk menerima anak berkebutuhan khusus yaitu anak yang memiliki perbedaan dalam keadaan dimensi penting dari fungsi kemanusiaannya. Mereka adalah secara fisik, psikologis, kognitif, atau sosial terhambat dalam mencapai tujuan/kebutuhan dan potensinya secara maksimal, sehingga memerlukan penanganan yang terlatih dari tenaga professional Guru dituntut untuk dapat menghadapi siswa normal dan siswa berkebutuhan khusus secara bersama-sama. Di satu sisi seorang guru dituntut untuk mampu mendidik seluruh siswa-siswa di kelas, namun di sisi lain guru tersebut memiliki keterbatasan pengetahuan serta cara penanganan anak berkebutuhan khusus di dalam kelas. Untuk itulah sangat diperlukan psikoedukasi bagi guru tentang pemahaman dan penanganan anak berkebutuhan khusus. Sehingga guru lebih siap ketika mendidik, membimbing dan menghadapi anak berkebutuhan khusus.

Kata kunci: psikoedukasi, guru, anak berkebutuhan khusus.

1. PENDAHULUAN

Guru merupakan unsur manusiawi dalam pendidikan, kehadiran guru diperlukan di dalam proses belajar mengajar (dalam Sukirman, 2011). Guru adalah orang profesional yang memperoleh pendidikan dan dilatih untuk membuat dan melaksanakan keputusan. Guru memiliki peran antara lain: a) guru sebagai ahli instruksional; b) guru sebagai motivator; c) guru sebagai manajer; d) guru sebagai konselor; e) guru sebagai model. Peran guru sebagai motivator adalah untuk menumbuhkan motivasi siswa dalam proses belajar mengajar (Djiwandono, 2002). Guru merupakan model bagi siswa dalam dunia pendidikan yang memiliki peran penting pada proses belajar siswa (Lashley dan Barron dalam Shein, Paichi, Pat, & Chiou, 2011).

Peran guru dalam dunia pendidikan memiliki peranan yang penting disamping faktor penunjang lain. Penelitian yang telah dilakukan Heynemen & Loxley pada tahun 1983 di 29 negara menemukan bahwa diantara berbagai masukan yang menentukan mutu pendidikan sepertiganya ditentukan oleh guru. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nana Sudjana pada tahun 2002 menunjukkan bahwa 76,6% hasil belajar siswa ditentukan oleh peran guru (dalam Subagio, 2011).

Menjadi guru bagi anak-anak normal tentunya berbeda dengan guru yang menghadapi anak-anak luar biasa atau dapat disebut juga dengan anakanak yang memiliki kebutuhan khusus. Penelitian yang pernah dilakukan pada guru yang mengajar anak berkebutuhan khusus tidaklah mudah. Jika tidak memiliki keterampilan, kesabaran dan ketangguhan akan mempersulit terpenuhinya proses belajar. Apalagi jika guru tidak dibekali dengan pengetahuan tentang anak- anak berkebutuhan khusus, tentunya akan kesulitan ketika menangani langsung anak-anak spesial tersebut (Personal komunikasi, 20 Januari 2017).

Anak berkebutuhan khusus adalah, anak yang memiliki perbedaan dalam keadaan dimensi penting dari fungsi kemanusiaannya. Mereka adalah secara fisik, psikologis, kognitif, atau sosial terhambat dalam mencapai tujuan/kebutuhan dan potensinya secara maksimal, sehingga memerlukan penanganan yang terlatih dari tenaga professional (Suron dan Rizzo, 1979).

Jakarta, 23-24 November 2017

Berdasarkan fenomena diatas dan wawancara dengan beberapa guru di TK Nusa Indah II Jakarta Barat, ditemukan bahwa para guru belum sepenuhnya memahami apa itu anak berkebutuhan khusus (ABK) dan bagaimana cara penanganannya di kelas. Maka dari itu, psikoedukasi bagi guru mengenai segala hal tentang anak berkebutuhan khusus di Taman Kanak- kanak Nusa Indah II ini sangat perlu diberikan. Sasaran adalah para guru sekolah yang terbiasa mengajar anak-anak dengan kondisi normal menjadi mengerti dan memahami bagaimana penanganan anak berkebutuhan khusus. Maka tujuan PKM ini juga untuk bekerjasama dengan Sekolah Taman Kanak-kanak Nusa Indah II dalam menangani anak berkebutuhan khusus.

Berdasarkan permasalahan tersebut, dapat di identifikasikan permasalahan sebagai berikut: 1. Pengetahuan guru tentang anak berkebutuhan khusus sangat kurang. 2. Keterampilan tidak dimiliki guru berkaitan dengan penanganan anak berkebutuhan khusus ketika terjadi permasalahan di kelas. 3. Pendekatan yang sangat minim sehingga guru kesulitan memberikan pengertian kepada orangtua yang memiliki anak dengan berkebutuhan khusus. Target dan luaran dari pelaksanaan program ini adalah sebagai berikut:

1. Para guru mendapatkan pengetahuan tentang anak berkebutuhan khusus.

2. Para guru menjadi terampil dalam menangani anak berkebutuhan khusus ketika terjadi permasalahan di kelas.

3. Para guru dapat menangani anak berkebutuhan khusus dan memberikan pengertian kepada orang tua.

2. METODE PELAKSANAAN PKM

Dalam kegiatan ini metode yang digunakan adalah metode ceramah yang berbentuk psikoedukasi, dengan topik anak berkebutuhan khusus. Topik yang diberikan adalah mengenai ADHD, Autis, dan ID. Topik- topik ini disajikan dalam bentuk PPT. Setelah ceramah, diadakan diskusi dengan guru TK, yang berjumlah

15 orang.

3.HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan dengan judul Psikoedukasi Guru Tentang Anak Berkebutuhan Khusus ini diikuti oleh para guru yang mengajar di Play Group, TK A dan TK B. Jumlah guru yang hadir ada 15 orang dan kepala sekolah yang sekaligus pemilik Sekolah. Kegiatan berlangsung di ruang kelas yang kosong, karena murid-murid sudah pulang sekolah. Semua peserta yang hadir berkumpul dan duduk di lantai (lesehan). Acara berlangsung dengan tertib namun santai, sehingga guru-guru merasa nyaman dengan kondisi seperti ini. Para guru sangat antusias dengan materi dan penjelasan yang diberikan. Sesi tanya jawab dan diskusi sangat interaktif, bahkan setiap guru umumnya bertanya lebih dari tiga pertanyaan. Pertanyaan yang banyak ditanyakan adalah bagaimana penanganan anak-anak autis dan ADHD di kelas. Karena umumnya mereka guru tidak dilatih untuk menangani ABK. Para guru adalah guru umum yang hanya memiliki pendidikan dan pengalaman untuk mendidik siswa yang normal. Sedangkan ada beberapa siswa yang ABK di sekolah ini. Ada beberapa anak yang dikeluhkan guru, misalnya ada anak yang ADHD, sehingga sulit konsentrasi dan lebih mengganggu teman-temannya yang sedang belajar. Ada juga yang mengalami gangguan emosi, sehingga guru agak kewalahan dalam menangani anak ini. Acara ini berlangsung kurang-lebih selama dua jam, dengan diselingi diskusi dan tanya-jawab.

4.KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil observasi, wawancara, diskusi dan pembahasan secara keseluruhan Psikoedukasi tentang Anak Berkebutuhan Khusus berjalan dengan lancar. Para guru merasakan manfaat dari pertemuan ini yaitu memiliki wawasan pengetahuan dan pemahaman mengenai ABK. Sesuai dengan kebutuhan para guru bahwa menangani ABK sangat sulit jika guru tidak

Jakarta, 23-24 November 2017

memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang ABK. Manfaat lainnya adalah guru menjadi lebih memahami cara penanganan ABK di kelas. Guru merasakan manfaatnya, terutama ketika harus berhadapan dengan kasus nyata di lapangan, sehingga lebih yakin bahwa yang sudah dilakukan sesuai dengan anak tersebut. Untuk selanjutnya diharapkan oleh Kepala Sekolah bahwa psikoedukasi seperti ini dapat diberikan kembali tetapi difokuskan kepada para orang tua siswa yang berada di lingkungan Sekolah Taman Kanak-Kanak Nusa Indah II ini.

Saran yang dapat diberikan adalah sebaiknya kegiatan psikoedukasi ini bersifat rutin, sehingga ada penyegaran dan penguatan positif pada guru-guru, termasuk pada orangtua murid. Selain itu, sebaiknya guru-guru mendapakan pelatihan khusus mengenai ABK, sehingga dapat menangani ABK secara benar dan penuh kasih sayang.

REFERENSI

Djiwandono, S. E. (2006). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grasindo

Heward, W. L. (2013). Exceptional children: An introduction to special education. New Jersey: Pearson Education.

Mangunsong, F. (2011). Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: LPSP3 UI.

Sukirman. (2011). Peranan Bimbingan Guru dan Motivasi Belajar dalam Rangka Meningkatkan Prestasi Belajar Peserta Didik SMA Negeri 1 Metro tahun 2010. GUIDENA, 1 (1).

Shein, P. P. & Chiou, W. B. (2011). Teachers as Role Models for Students Learning Styles. Social Behavior and Personality , 39(8).

Subagio. (2011). Pengaruh Kinerja Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa. Jakarta: Grasindo.

Jakarta, 23-24 November 2017