JEMBATAN AKSES JALAN RAYA MENUJU POLIKLINIK DESA DAN TAMAN BACAAN DESA DUKUH TANJUNGREJO, KARANGPATIHAN, PONOROGO

JEMBATAN AKSES JALAN RAYA MENUJU POLIKLINIK DESA DAN TAMAN BACAAN DESA DUKUH TANJUNGREJO, KARANGPATIHAN, PONOROGO

Sunarjo Leman 1 , Basuki Anondho 2

1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Tarumanagara Jakarta Email: [email protected]

2 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Tarumanagara Jakarta Email: [email protected]

ABSTRAK

Dusun Tanggungrejo, Desa Karangpatihan, Kecamatan Jambon, Kabupaten Ponorogo Jawa Tengah merupakan salah satu desa tertinggal yang menjadi salah satu desa binaan dalam kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Tarumanagara. Jalan akses dari jalan raya menuju Polindes dan Taman Bacaan masih terbuat dari jembatan bambu hasil swadaya masyarakat setempat. Jembatan tersebut tidak layak dan tidak bisa dilalui kendaraan ambulans untuk membawa orang sakit. Jurusan Teknik Sipil Untar mendesain dan merencanakan pembuatan jembatan akses dari beton bertulang untuk bias mempermudah akses menuju Polindes dan Taman Bacaan atau sebaliknya. Beberapa alternatif telah dipelajari dan pilihan terakhir adalah membuat jembatan penghubung dari struktur beton bertulang dengan pondasi batukali dengan cerucuk dolken untuk perbaikan tanahnya. Material pondasi batukali dan kayu dolken banyak terdapat di daerah tersebut yang bisa digunakan untuk menghemat biaya dari segi material. Konstruksi jembatan merupakan struktur dengan konstruksi jembatan pelat beton bertulang bentang sederhana sepanjang 2 meter dengan ketebalan pelat 30 cm yang di desain bisa dilalui kendaraan ambulans kecil.

Kata kunci: jembatan, tanjung rejo, karangpatihan, ponorogo, polindes

1. PENDAHULUAN

Dusun Tanggungrejo, Desa Karangpatihan, Kecamatan Jambon, Kabupaten Ponorogo Jawa Tengah terletak dengan posisi Geotagging GPS ( Latitude: 7 o 57’22.01”S, Longitude: 111 o 21’42.98”E) merupakan salah satu desa tertinggal yang menjadi salah satu desa binaan dalam kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Tarumanagara.

Desa Karangpatihan Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo terletak pada ketinggian 109 m dari permukaan air laut dan berjarak kurang lebih 22 Km dari kota kabupaten Ponorogo. Lokasinya berbatasan dengan:

- Sebelah Utara Desa Jonggol Kecamatan Jambon - Sebelah Timur Desa Sumberejo Kecamatan Balong - Sebelah Selatan Desa Ngendut Kecamatan Balong - Sebelah Barat Hutan Kecamatan Pacitan

Jakarta, 23-24 November 2017

Gambar 1. Dusun Tanggungrejo, Desa Karangpatihan, Kabupaten Ponorogo

Kondisi daerahnya termasuk daerah tandus karena kurangnya pengairan terstruktur untuk keperluan kehidupan. Kondisi ini menyebabkan sistem pertanian/ perkebunannya sangat tergantung pada datangnya musim hujan.

Gambar 2. Lingkungan yang Tandus Di Daerah Karangpatihan

Jumlah Penduduk:

1. Jumlah Penduduk sebanyak 5395 jiwa yang terdiri dari : Laki-laki: 2544 jiwa dan Perempuan : 2851 jiwa.

2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) 1752 KK yang terdiri dari: Jumlah Kepala Keluarga cukup 555 KK atau 1573 jiwa, Jumlah KK Miskin (Kuning)

: 856 KK atau 2668 jiwa, Jumlah KK sangat miskin (Merah): 298 KK atau 1043 jiwa, Jumlah KK sangat miskin dan terbelakang mental: 43 KK atau 111 jiwa.

Jakarta, 23-24 November 2017

Topografi:

Ha

1. Luas wilayah Desa Karangpatihan : 1336,6

Terdiri dari 34 RT 8 RW 4 Dukuh (Kamituwan) - Perumahan dan pekarangan

- Sawah setengah teknis

Ha

- Sawah tadah hujan

Ha

- Ladang/tegalan kering

Ha

- Tanah tandus (kritis)

Ha

- Hutan kering

Ha

- Kuburan dan lain-lain

2. Sarana dan Prasarana - Jalan Desa

: 29 Km, meliputi :

o Aspal

: 3 Km

o Makadam

: 14 Km

o Tanah

: 12 Km

- Perpipaan air bersih

: 1 unit

- Gedung PIDRA

: 1 unit

- Sekolah Dasar Negeri

: 4 unit

- Balai Desa

: 1 unit

- Masjid dan Mushola

: 14 unit

Fasilitas umum Poliklinik Desa dan Taman Bacaan baru selesai dibangun di desa tersebut seperti dapat terlihat pada gambar satelit Google map. Gambar 3., merupakan situasi gambar dengan street view dari Google map.

Gambar 3. Polindes dan Taman Bacaan Dukuh Tanjungrejo, Desa Karangpatihan.

Permasalahan pada mitra adalah bagaimana untuk mempermudah jalan akses masuk dari jalan raya menuju Polindes dan Taman Bacaan di desa Karangpatihan yang dipisahkan oleh saluran drainase selebar 3 meter, maka diperlukan jembatan atau gorong-gorong untuk kendaraan dapat masuk atau orang untuk dapat melintasinya. Kondisi saat sekarang ini belum terdapat jembatan penghubung antara jalan raya menuju Polindes dan Taman Bacaan. Jembatan sementara hanya menggunakan jembatan kayu dengan ikatan bambu saja seperti yang dapat dilihat pada gambar 4.

Jakarta, 23-24 November 2017

Gambar 4. Jembatan Bambu Sementara Akses Masuk Ke Polindes

Jadi demi kelancaran dan kemudahan akses masuk dan keluar diperlukan sebuah jembatan atau gorong-gorong permanen agar masyarakat sekitar yang ingin berobat atau siswa-siswa yang ingin membaca dapat dengan mudah menuju Polindes atau Taman Bacaan tersebut.

1. METODE PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

Metode pelaksanaan yang dilakukan adalah membantu desain Jembatan atau gorong-gorong untuk menghubungkan akses jalan besar menuju masuk ke Polindes dan Taman Bacaan yang ada. Desain jembatan atau Gorong-gorong dilakukan analisis untuk memperoleh system yang seperti apa yang lebih efisien dan cukup baik untuk jangka waktu yang lama.

Data-data awal adalah sebagai berikut:  Panjang Jembatan atau Gorong-gorong yang menghubungi jalan besar ke Polindes dan Taman

Bacaan adalah 2 meter  Kedalaman saluran yang ada 1.5 meter

 Rencana lebar jembatan atau gorong-gorong adalah 4 meter

Usulan penghubung menggunakan 2 sistem:

1. Desain Jembatan Beton Sederhana

Gambar 5. Jembatan Pelat Beton

Jakarta, 23-24 November 2017

2. Desain Jembatan dengan menggunakan Culvert  Box Concrete Culvert

Gambar 6. Box Concrete Culvert

 Round Concrete Culvert

Gambar 7. Round Concrete Culvert

Berdasarkan analisis kedua macam desain ini akan ditentukan desain mana yang lebih efisien dan efektif untuk kondisi lapangan seperti di daerah yang akan di bangun tersebut dengan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

 Biaya pembuatan jembatan atau gorong-gorong  Kemudahan dalam pelaksanaan  Kemudahan dalam perawatan  Situasi lapangan seperti kondisi saluran yang ada  Jenis tanah yang ada  Biaya pekerja setempat  Bahan material yang tersedia di lokasi tersebut

Jakarta, 23-24 November 2017

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis kedua macam desain ini maka diperoleh kesimpulan adalah sebagai berikut:

 Kesulitan membawa gorong-gorong atau culvert secara precast membutuhkan tranportasi khusus dari kota besar terdekat untuk dapat diangkut ke lokasi yang jalanannya agak sempit.

 Pengadaan culvert atau gorong-gorong untuk jumlah segmen yang terbatas beberapa

buah saja sulit untuk diperoleh.  Butuh keahlian memasang gorong-gorong atau culvert agar tidak bocor dan harus membutuhkan perbaikan tanah agar tidak terjadi penurunan.  Bahan material pondasi pembuatan jembatan beton sederhana mudah diperoleh dari daerah setempat.  Perbaikan tanah hanya diperlukan untuk pondasi jembatan beton saja.

 Memanfaatkan sumber daya yang ada di lokasi setempat yang cukup mudah diperoleh.  Pengangkutan bahan material seperti semen, kerikil, pasir dan kayu lebih mudah dalam

tranportasinya.

Sehingga pilihan desain jembatan yang akan dibangun adalah jembatan pelat beton dengan tumpuan sederhana dengan spesifikasi sebagai berikut:

Pelat Jembatan:

 Pelat Beton Bertulang dengan Mutu Beton minimum = K175  Baja Tulangan pelat menggunakan Diameter 16 mm – 150 mm dua arah polos mutu Baja U24

(BJTD 240)  Tebal Pelat Jembatan

= 30 cm

 Panjang Bentang Jembatan

= 3.2 meter

 Lebar Jembatan

= 3.0 meter

Balok Sloof:

 Balok Sloof Beton sepanjang = 3 meter  Mutu Beton minimum = K175  Balok Sloof ukuran 30cm x 30 cm, dengan baja tulangan 8 diameter 16mm, sengkang diameter

12mm jarak 200 mm

Pondasi:

 Pondasi Batukali di cor dengan ikatan beton  Lebar Tapak Pondasi 90 cm sepanjang 3 meter  Kedalaman Pondasi 1.2 meter

Dolken:

 Diameter 7-10 cm di panjang setiap jarak 15 cm

Jakarta, 23-24 November 2017

Gambar 8. Desain Jembatan Penghubung Jalan Raya dan Polindes

Jakarta, 23-24 November 2017

Gambar 9. Tahap Setting Out Proyek Jembatan

4. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan:

 Berdasarkan analisis situasi pada Desa Karangpatihan, kondisi desa memerlukan infrastruktur dan fasilitas yang baik. Hal ini dapat dilihat dari diperlukannya jembatan penghubung sebagai akses dari Polindes ke taman bacaan karena kondisi saat ini belum memadai.

 Kelayakan pengetahuan teknik sipil untuk implementasi di daerah tertinggal yang jauh dari pusat pemerintahan membutuhkan survei terlebih dahulu untuk melihat pusat pemerintahan, potensi, serta menetapkan baik jenis konstruksi maupun metode pelaksanaan konstruksinya.

 Berdasarkan survei lapangan yang telah dilakukan, diperoleh data-data penunjang untuk pembuatan jembatan. Terdapat beberapa kendala yang dihadapi seperti permasalahan dari letak Polindes dan akses masuk. Namun dapat diatasi dengan pembuatan jembatan beton sebagai akses menuju taman bacaan dengan berbagai pertimbangan pemilihan struktur yang akan digunakan.

 Pemberdayaan masyarakat setempat dapat meningkatkan dan mengidentifikasi tingkat kehalian tenaga kerja setempat. Hal ini dapat meningkatkan produktivitas masyarakat dan kualitas tenaga kerja yang dihasilkan.

 Pemberdayaan masyarakat dapat meningkatkan perkenomian setempat. Dengan turut sertanya masyarakat dalam membangun jembatan akses menuju Polindes dan taman bacaan, dapat memberikan penghasilan tambahan.

 Pemberdayaan masyarakat juga berdampak pada aspek sosial melalui kegiatan gotong royong yang dilakukan sehingga dapat meningkatkan tali kekeluargaan antar warga.

Saran:

 Proyek dapat terlaksana secara tepat sasaran apabila didahului dengan survei lapangan sehingga dapat diperoleh kondisi aktualnya. Selain itu dapat diketahui permasalahan yang dihadapi sehingga solusi atas permasalahan tersebut dapat diberikan.

 Masyarakat sebaiknya turut serta dan aktif dalam melaksanakan pembangunan jembatan

supaya dapat tercapai target luaran.  Kepala desa sebaiknya memberikan dukungan yang positif supaya dapat terjamin kelancaran dalam proses pembangunan.

Jakarta, 23-24 November 2017

5. REFERENSI

Tim LPKMV, 2011, “Buku Panduan Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat”, LPKMV UNTAR, Jakarta.

Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan

Pengembangan, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, 2017, “Panduan Pelaksanaan Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat Di Perguruan Tinggi Edisi

XI”, Jakarta

Perangkat Desa Karangpatihan, 2006, “ Demografi Desa Karangpatihan, Ponorogo”, Ponorogo.

MacGregor , James G. and Wight, Jamed K., 2012, “Reinforced Concrete Mechanics & Design

6E.”, Pearson, USA.

Chen, Wai-Fah, Duan, Lian, 2000, “Bridge Engineering Handbook”, CRC Press LCC, USA.

SNI 1725, 2016, “Standar Pembebanan Untuk Jembatan”, Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.

Jakarta, 23-24 November 2017