PELATIHAN MEMBUAT KARYA DENGAN MEMANFAATKAN BOTOL PLASTIK BEKAS UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA SEKOLAH DASAR
PELATIHAN MEMBUAT KARYA DENGAN MEMANFAATKAN BOTOL PLASTIK BEKAS UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA SEKOLAH DASAR
Anastasia Cinthya
Program Studi Desain Interior, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Universitas Tarumanagara [email protected]
ABSTRAK
Latar belakang kegiatan dilakukan adalah memadukan kurikulum pendidikan di Program Studi Desain Interior, dalam hal ini adalah mata kuliah Desain Dasar, dan mata kuliah Eksperimen Kreatif, dengan program Kurikulum Nasional di sekolah dasar. Kegiatan pelatihan dengan menggunakan media botol plastic bekas dan bahan cat acrylic merupakan pelatihan membuat karya Nirmana Dwimatra atau Desain 2 dimensi yang memanfaatkan barng bekas. Kegiatan Nirmana 2 Matra adalah aplikasi terhadap unsur-unsur desain, yaitu titik, garis, bidang, warna, dan tekstur yang diolah dengan menerapkan prinsip desain tertentu, seperti keselarasan (Harmoni), Irama (Rhythm), pengulangan (Repetisi), kesatuan (Unity), keseimbangan (Balance), dan prinsip desain lainnya. Kegiatan pelatihan ini ditujukan untuk melatih dan memberikan wawasan kepada anak-anak usia pendidikan sekolah dasar, agar mereka dapat terinspirasi dan mampu melakukan inovasi terhadap karya-karya 2 dimensi yang selama ini telah mereka ketahui. Kreativitas dan inovasi karya dapat menjadi salah satu cara untuk membangkitkan motivasi dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Melalui kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat dari Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Tarumanagara, dosen dapat memberikan pelatihan membuat karya 2 dimensi, dimana pada akhirnya diharapkan dapat memberikan manfaat kepada guru dan murid untuk melahirkan karya baru yang lebih baik dan lebih inovatif. Ketrampilan mengolah karya 2 dimensi tersebut sangat berguna dalam menunjang kegiatan belajar mengajar yang disesuaikan dengan kebutuhan materi Kurikilum Nasional, seperti karya komposisi warna dan karya mengolah bentuk. Selain itu, hasil karya 2 dimensi hasil pelatihan, karya guru-guru, dan diharapkan ada karya dari murid- murid, di pamerkan di ruang kelas sehingga dapat memperindah kelas dan memberikan suasana baru dalam penataan kelas.
Kata kunci : Nirmana Dwi Matra, Kreativitas, Kurikulum.
1. PENDAHULUAN
1.1.Pendidikan Seni
Pendidikan seni merupakan saran untuk pengembangan kreativitas anak. Pelaksanaan pendidikan seni dapat dilakukan melalui kegiatan permainan. Tujuan pendidikan seni bukan untuk membina anak-anak menjadi seniman, melainkan untuk mendidik anak menjadi kreatif. Seni merupakan aktivitas permainan. Melalui permainan, kita dapat mendidik anak dan membina kreativitasnya sedini mungkin. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seni dapat digunakan sebagai alat pendidikan. Melalui permainan dalam pendidikan seni anak memiliki keleluasaan untuk mengembangkan kreativitasnya.
Beberapa aspek penting yang perlu mendapat perhatian dalam pendidikan seni antara lain kesungguhan, kepekaan, daya produksi, kesadaran berkelompok, dan daya cipta. Pendidikan seni adalah segala usaha untuk meningkatkan kemampuan kreatif ekspresif anak didik dalam mewujudkan kegiatan artistiknya berdasrkan aturan-aturan estetika tertentu. selain itu, pendidikan seni di SD bertujuan menciptakan cipta rasa keindahan dan kemampuan mengolah menghargai seni. Jadi melalui seni, kemampuan cipta, rasa dan karsa anak di olah dan dikembangkan.
Selain mengolah cipta, rasa dan karsa seperti yang diterapkan di atas, pendidikan seni merupakan mengolah berbagai ketrampilan berpikir. Hal tersebut meliputi ketrampilan kreatif, inovatif, dan kritis. Ketrampilan ini di olah melalui cara belajar induktif dan deduktif secara seimbang.
Dunia anak adalah dunia bermain. Salah satu fungsi seni adalah sebagai media bermain. Oleh sebab itu, aktivitas berolah seni dapat dikembangkan melalui bermain. Melalui bermain kemampuan mencipta atau berkarya, bercita rasa estetis dan berapresiasi seni diperoleh secara menyenangkan. Melalui kondisi yang menyenangkan seperti ini, anak akan mengulang setiap aktivitas belajarnya secara mandiri dan akan menjadi kebiasaan dan keinginan terhadap seni.
Peningkatan kualitas pendidikan di tingkat pendidikan dasar merupakan pondasi dalam membangun kekuatan sumber daya manusia di Indonesia. Disisi lain,kita menyadari bahwa program pembangunan pendidikan dasar di Indonesia masih menghadapi berbagai kendala yang dapat mempengaruhi penurunan kualitas pendidikan tingkat sekolah dasar. Kondisi semacam ini tidak dapat dimaklumi karena dikhawatirkan dapat menurunkan mutu pendidikan dan kwalitas siswa dalam negeri. Untuk itu perlu kepedulian dan peran serta masyarakat didalam meningkatkan mutu pendidikan terutama ditingkat dasar. Adapun salah satu upaya untuk membangun kualitas sumber daya manusia ialah dengan meningkatkan kualitas media pengajaran di sekolah dasar termasuk dengan inovasi dalam kegiatan belajar mengajar dengan cara membuat karya kreatif.
Karya kreatif berfungsi untuk menjadi contoh dan alat peraga dalam pengajaran bidang seni budaya dan keterampilan (SBK). Bidang seni budaya dan ketrampilan ini bila dikembangkan dalam metode pembalajaran, dapat membantu potensi anak didik dalam mengembangkan kemampuan otak kanannya. Dimana anak-anak belajar dan bermain dengan warna, garis, bentuk dan elemen desain lainnya. Sehingga diharapkan dapat membantu anak dalam mengembangkan intuisinya, yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan daya kreativitas anak.
Pendidikan seni merupakan sarana untuk pengembangan kreativitas anak. Pendidikan seni bukan untuk membina anak-anak menjadi seniman, melainkan untuk mendidik anak menjadi kreatif. Pendidikan seni sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan kemampuan kreatif ekspresif anak dalam mewujudkan kegiatan artistiknya berdasarkan aturan-aturan estetika tertentu. Selain mengolah cipta, rasa dan karsa, pendidikan seni akan mengolah berbagai kemampuan dan ketrampilan berpikir kreatif anak.
Guru sekolah dasar pada umumnya merupakan guru bidang studi yang memiliki keterbatasan pengetahuan dan wawasan mengenai pendidikan seni, khususnya pemahaman terhadap karya nirmana dwi matra. Disisi lain, kurikulum pendidikan seni, budaya dan ketrampilan di sekolah dasar diarahkan untuk menumbuhkan kepekaan rasa, estetik dan artistic, sehingga diharapkan pada diri siswa dapat tumbuh dan berkembang sikap kritis, spresiatif dan kreatif. Dimana sikap ini dapat tumbuh dan berkembang bilamana dilakukan serangkaian proses pengamatan dan berkreasi dari siswa melalui aktivitas seni di kelas atau pun di luar kelas.
1.2.Seni Rupa bagi Siswa Sekolah Dasar
Pendidikan Seni Rupa sesungguhnya merupakan istilah yang relatif baru digunakan dalam dunia persekolahan. Pada mulanya digunakan istilah menggambar. Penggunaan istilah pengajaran menggambar ini berlangsung cukup lama hingga kemudian diganti dengan istilah Pendidikan Seni rupa.Materi pelajaran yang diberikan tidak hanya menggambar tetapi juga beragam bidang seni rupa yang lain seperti mematung, mencetak, menempel dan juga Pendidikan Seni Rupa sesungguhnya merupakan istilah yang relatif baru digunakan dalam dunia persekolahan. Pada mulanya digunakan istilah menggambar. Penggunaan istilah pengajaran menggambar ini berlangsung cukup lama hingga kemudian diganti dengan istilah Pendidikan Seni rupa.Materi pelajaran yang diberikan tidak hanya menggambar tetapi juga beragam bidang seni rupa yang lain seperti mematung, mencetak, menempel dan juga
Pendidikan seni merupakan sarana untuk pengembangan kreativitas anak. Pelaksanaan pendidikan seni dapat dilakukan melalui kegiatan permainan. Tujuan pendidikan seni dapat dilakukan melalui kegiatan permainan. Tujuan pendidikan seni bukan untuk membina anak-anak menjadi seniman, melainkan untuk mendidik anak menjadi kreatif. Seni merupakan aktifitas permainan, melalui permainan kita dapat mendidik anak dan membina kreativitasnya sedini mungkin. Dengan demikian dapat dikatakan seni dapat digunakan sebagai alat pendidikan. Pendidikan Seni Rupa adalah mengembangkan keterampilan menggambar, menanamkan kesadaran budaya lokal, mengembangkan kemampuan apreasiasi seni rupa, menyediakan kesempatan mengaktualisasikan diri, mengembangkan penguasaan disiplin ilmu Seni Rupa, dan mempromosikan gagasan multikultural.
Seni rupa merupakan hasil interpretasi dan tanggapan pengalaman manusia dalam bentuk visual dan rabaan. Seni rupa berperanan dalam memenuhi tujuan-tujuan tertentu dalam kehidupan manusia maupun semata-mata memenuhi kebutuhan estetik. Karya seni rupa dapat menimbulkan berbagai kesan (indah, unik, atau kegetiran) serta memiliki kemampuan untuk membangkitkan pikiran dan perasaan. Dengan memahami makna tentang bentuk-bentuk seni rupa, akan diperoleh rasa kepuasan dan kesenangan.
Melalui pengalaman berkarya, siswa memperoleh pemahaman tentang berbagai penggunaan media, baik media untuk seni rupa dwimatra maupun seni rupa trimatra. Dalam berkarya seni rupa, siswa belajar menggunakan berbagai teknik tradisional dan modern untuk mengeksploitasi sifat-sifat dan potensi estetik media. Melalui seni rupa, siswa belajar berkomunikasi melalui gambar dan bentuk, serta mengembangkan rasa kebanggaan dalam menciptakan ungkapan pikiran dan perasaannya.
Dalam pembelajaran seni rupa, peranan seni murni, kriya, maupun desain bersifat saling melengkapi dan saling berkaitan. Pembelajaran seni rupa dapat dilakukan dengan pendekatan studio, misalnya studio seni lukis, seni patung, seni grafis, dan kriya. Pembelajaran seni rupa dapat juga dipisahkan menjadi kegiatan pembelajaran seni rupa murni, kriya, dan desain.
1.3. Metode Dwimatra pada Pendidikan Seni Rupa
Seni rupa dapat dibedakan menjadi seni rupa murni, seni kriya, dan desain. Jenis- jenis seni rupa ini menunjukkan proses pembuatan dan bentuk karya yang dihasilkan, serta nama pembuatnya, yaitu seniman, kriyawan, dan desainer. Seni murni menekankan pada ungkapan pikiran dan perasaan, meliputi seni lukis, seni patung, dan seni grafis. Seni kriya menekankan pada keterampilan teknik pembuatan karya, dengan hasil berupa karya kriya fungsional dan nonfungsional. Seni kriya menggunakan berbagai teknik dan media tertentu, misalnya kriya kayu, kriya logam, dan kriya tekstil. Desain menunjukkan proses pembuatan karya yang maksud dan tujuannya telah ditentukan lebih dahulu. Karya desain merupakan rancangan gambar, benda, atau lingkungan yang didasarkan pada persyaratan-persyaratan tertentu. Seniman atau kriawan dapat bekerja secara mandiri, sedangkan desainer bekerja untuk keperluan klien.
Istilah dwimatra mungkin belum terlalu dikenal oleh masyarakat secara umum. Padahal kedua istilah ini memiliki arti yang kurang lebih sama dengan istilah dua dimensi dan tiga dimensi yang sudah umum dikenal masyarakat. Istilah dwimatra berasal dari dua kata yaitu dwi atau dua dan matra. Kata matra secara umum dapat diartikan dimensi atau ukuran seperti panjang, lebar, dan tinggi. Akan tetapi kata matra lebih sering digunakan dalam bidang seni seperti musik dan sastra untuk menunjukkan ukuran seperti ukuran Istilah dwimatra mungkin belum terlalu dikenal oleh masyarakat secara umum. Padahal kedua istilah ini memiliki arti yang kurang lebih sama dengan istilah dua dimensi dan tiga dimensi yang sudah umum dikenal masyarakat. Istilah dwimatra berasal dari dua kata yaitu dwi atau dua dan matra. Kata matra secara umum dapat diartikan dimensi atau ukuran seperti panjang, lebar, dan tinggi. Akan tetapi kata matra lebih sering digunakan dalam bidang seni seperti musik dan sastra untuk menunjukkan ukuran seperti ukuran
Pengertian seni rupa dwimatra adalah seni rupa yang hanya terdiri dari ukuran panjang dan lebar saja seperti seni lukis dan seni grafis. Seni rupa dwimatra hanya bisa dirasakan keindahannya melalui penglihatan dan hanya bisa dilihat dari satu arah seperti lukisan dan batik.
Pembelajaran seni rupa di sekolah mengembangkan kemampuan siswa dalam berkarya seni yang bersifat visual dan rabaan. Pembelajaran seni rupa memberikan kemampuan bagi siswa untuk memahami dan memperoleh kepuasan dalam menanggapi karya seni rupa ciptaan siswa sendiri maupun karya seni rupa ciptaan orang lain.
2. METODE PENELITIAN
Detail Kegiatan: Nama Kegiatan
Pelatihan Membuat Karya dengan Memanfaatkan Botol Plastik Bekas untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa Sekolah Dasar
Jenis
Eksperimen Kreatif
Lokasi
a. Sekolah Dasar Negeri Babakan Raden 01, Kabupaten Bogor – Jawa Barat b.Sekolah dasar Negeri Bayongbong 01, Kabupaten Serang -
Banten
c. Sekolah Dasar Islam teladan Al-Ittihad, Kemandoran – Jakarta Barat
Sasaran Pelaksanaan
a. Guru b.Murid kelas 5
c. Murid kelas 6
Waktu Pelaksanaan
Juni 2015 – Juni 2016
Jenis Pelaksanaan Pelatihan pembuatan seni rupa memanfaatkan botol plastik bekas. Dilakukan sesuai dengan tingkat sasaran pelaksanaan yang berbeda. Untuk siswa lebih dipermudah, diperkaya dengan penggunaan warna-warni guna merangsang sensitivitas warna siswa dan daya reka bentuk. Untuk guru, diberi aspek komersial, agar benda yang dihasilkan kelak dapat menambah pemasukan bagi guru dengan menjadi enterpreneur
Metode pelaksanaan kegiatan pengabdian digambarkan dalam alur sebagai berikut :
Mula i
Survey lapangan -Identifikasi permasalahaan
-Pendataan SDM -Inventarisir fasilitas yg
tersedia
Pembagian kelompok kerja
a. Menggambar b. Mewarnai
c. Merangkai
Penyusunan Rencana Program
Implementasi Program
Menggambar Mewarnai
Merangkai
Evaluasi Kegiatan
Kwalitas
dan
Analisis Faktor Hambatan
Analisis Faktor Penunjang
Verifikasi
dan Simpulan
Meningkatnya pemahaman dan apresiasi seni
Selesai
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil Pengabdian Masyarakat
Kegiatan Pelatihan telah dilaksanakan di tiga Sekolah Dasar, yaitu:
a. Sekolah Dasar Negeri Babakan Raden 01, Kabupaten Bogor – Jawa Barat
b. Sekolah dasar Negeri Bayongbong 01, Kabupaten Serang - Banten
c. Sekolah Dasar Islam teladan Al-Ittihad, Kemandoran – Jakarta Barat Pelasanaannya pada waktu yang berbeda, dengan kegiatan yang sama yakni kegiatan seni kreativitas nirmana dwi matra dengan memanfaatkan botol plasti bekas. Dengan peserta pelatihan yang memanfaatkan botol plastic bekas adalah:
d. Guru
e. Murid kelas 5
f. Murid kelas 6 Dalam kurun waktu 10 tahun, pendidikan dari TK hingga SMU, kita tidak hanya belajar cara menemukkan jawaban yang benar, melainkan juga kehilangan kemampuan f. Murid kelas 6 Dalam kurun waktu 10 tahun, pendidikan dari TK hingga SMU, kita tidak hanya belajar cara menemukkan jawaban yang benar, melainkan juga kehilangan kemampuan
Karenanya, saat ini yang lebih penting adalah meningkatkan kualitas-kualitas yang lebih sulit untuk dikuantifikasi, jenis-jenis kemampuan high concept dan high touch yang terdiri dari imajinasi, kesenangan, dan ketrampilan sosial. Enam kecerdasan khusus dari high concept dan high touch yang menjadi sangat penting dalam era baru adalah: Desain, Cerita, Simponi, Empati, Permainan, dan Makna (Daniel H Pink:2012).
Foto 1: Pelatihan Guru SDN Bayongbong 01 membuat karya dari bahan botol plasti dan sendok plastik menjadi lampu hias berbentuk buah Nanas (Dokumentasi Tim)
Untuk itu, kami dari Fakultas Seni Rupa dan Desain, Universitas Tarumanagara berkepentingan untuk dapat membantu mengembangkan kreativitas dan pola berpikir kreatif dengan membuat kegiatan seni di sekolah dasar. Berbagai macam kegiatan seni dapat dilaksanakan untuk meningkatkan daya berpikir kreatif dan meningkatkan apresiasi seni, diantaranya adalah dengan memanfaatkan botol plastik bekas untuk membuat karya seni. Kegiatan ini telah kami laksanakan di tiga sekolah, yaitu di SDN Bayongbong 01, Serang – Banten, SDIT Al-Ittihad Kemandoran, Jakarta Barat, dan SDN Babakan Raden 01, Bogor – Jawa Barat. Dari ketiga kegiatan disekolah dasar tersebut, tidak hanya pada murid sekolah dasar saja yang sebagai masyarakat sasaran, tetapi juga kami laksanakan pelatihan untuk guru- guru sekolah dasar.
Kegiatan pembuatan karya seni dari bahan botol plastik dan sendok plastik ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Bayongbong 01, Ciruas – Kabupaten Serang, Banten. Botol plastik yang digunakan adalah botol bekas air mineral, dimana kegiatan ini bertujuan untuk memanfaatkan botol plastic bekas dan sendok plastik bekas menjadi bermanfaat. Selain itu, setelah menjadi karya lampu hias berbentuk Nanas, maka karya tersebut untuk menambahkan nilai estetik bila digunakan untuk menghias ruangan.
Foto 2: Guru SDN Bayongbong 01 membuat bagian kepala nanas untuk lampu hias (Dokumentasi Tim)
Bahan dan peralatan yang digunakan dalam pelatihan membuat lampu hias adalah: botol plastik bekas air mineral dan sendok plastik bekas sebagai bahan utama, bahan pelengkap adalah lampu DC 3 volt, kabel, dan konektor, serta bahan penguncinya adalah lem silicon dan lem serba guna, serta peralatan yang digunakan adalah spidol, gunting, pisau cutter , tang penjepit, dan glue gun.
Foto 3: Pelatihan Murid kelas 5 dan 6 SDIT Al-Ittihad membuat pola pada Botol Plastik Bekas
Tahap pengerjaan diawali dengan membuat pola pada botol plastic dan memotongnya, kemudian memotong sendok plastic dan menyusunnya mengikuti pola yang telah dibuat dibotol plastic serta merekatkannya dengan menggunakan lem silicon kombinasi dengan lem serba guna hingga berbentuk menyerupai sisik buah nanas. Bila rangkaian telah selesai, maka selanjutnya memasangkan lampu dan kabel pada bagian dalam botol plastic, sehingga saat dinyalakan akan memberikan cahaya pendar.
Kegiatan pelatihan dengan menggunakan botol plastic bekas selanjutnya adalah untuk murid kelas 5 dan kelas 6 di Sekolah Dasar Islam Al-Ittihad Kemandoran, Jakarta Barat. Kegiatannya adalah menghias botol plastic bekas dengan membuat komposisi warna pada dinding botol. Siswa kelas 5 dan kelas 6 dipandu oleh mahasiswa untuk membuat pola pada dinding botol dengan menggunakan spidol. Selanjutnya, pola yang telah dibuat diisi warna dengan menggunakan bahan cat poster atau cat acrylic.
Foto 4: Murid kelas 5 dan 6 SDIT Al-Ittihad memoles warna mengikuti pola yang telah dibuatnya
Peralatan yang digunakan untuk menggambar yaitu spidol, kuas cat lukis, pallet, dan tempat air. Dengan peralatan ini, murid diajarkan untuk mewarnai dengan teknik plakat, yaitu teknik menggambar dengan menggunakan bahan cat poster atau cat plakat dengan sapuan warna yang tebal, sehingga hasilnya tampak pekat dan menutup. Mahasiswa membimbing murid kelas 5 dan kelas 6 untuk membuat pola atau gambar pada dinding botol plastik, kemudian mengisi pola tersebut dengan warna dari cat poster atau cat plakat.
Foto 5: Murid kelas 5 dan 6 SDN Babakan Raden 01 Cariu membuat karya dari botol bekas
Kegiatan melatih siswa membuat karya dengan memanfaatkan botol bekas selanjutnya dilaksanakan di SDN Babakan Raden 01, Cariu – Bogor. Metode yang sama diajarkan kepada murid kelas 5 dan 6 untuk membuat pola pada dinding botol terlebih dahulu, kemudian memoleskan warna dari cat plakat atau cat acrylic dengan mengikuti pola yang sudah mereka gambarkan sebelumnya. Seluruh tahapan pengerjaan dibawah bimbingan dan arahan dari dosen yang dibantu oleh mahasiswa.
Foto 6: Murid kelas 5 dan 6 menampilkan hasil karya dari botol bekas yang telah dibuatnya
Kegiatan memanfaatkan botol bekas ini, bukanlah hal yang baru bagi kami yang mengajarkannya namun bagi guru terutama murid di sekolah dasar bisa jadi hal ini merupakan pengalaman yang baru mereka kerjakan. Kreativitas membutuhkan keberanian untuk mencoba dan mengambil risiko, yaitu berani untuk mencoba hal-hal baru yang belum pernah dilakukan dan berani beresiko mendapatkan hasiln yang belum jelas. Dengan melakukan kegiatan mencoba, berlatih dan membuat karya berarti harus lebih berani melakukan kesalahan dan kekeliruan. Hasil dari mencoba tersebut ada yang berhasil baik dan ada pula yang hasilnya kurang memuaskan, tetapi lebih dari itu, bagi guru dan murid sekolah dasar hal tersebut yang terpenting bahwa kegiatan membuat karya dari bahan botol plstik bekas memberikan pengalaman dan wawasan baru dalam membuat karya seni rupa.
3.2. Pembahasan Masalah
Berdasarkan data yang dilakukan selama observasi di lapangan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hambatan penyampaian pembelajaran seni rupa ke siswa Sekolah dasar diakibatkan oleh tidak berlangsungnya pembelajaran seni secara kontinu yang dikarenakan oleh beberapa faktor berikut ini
1. Masih minimnya pengetahuan guru kelas terhadap mata pelajaran seni rupa. Sebetulnya ada tiga aspek dalam pembelajaran seni rupa yaitu aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif. Sebagian besar guru masih beranggapan bahwa mata pelajaran seni rupa hanyalah menggambar tanpa ada teori maupun apresiasi meskipun mereka telah mendapatkan silabus kurikulum dari depdiknas.
2. Guru masih mempunyai anggapan yang memposisikan pelajaran kerajinan tangan dan keseninan (kertangkes) sebagai mata pelajaran yang subordinasi. Hal ini berpengaruh terhadap waktu yang diberikan sehingga kadangkala pelajaran kesenian justru dipergunakan oleh mata pelajaran lain yang dianggap lebih penting.
3. Masih minimnya bahan peralatan yang dimiliki oleh guru sehingga kadangkala siswa memiliki ketidak mampuan menggambar secara baik. Atas dasar itulah guru memberikan pelajaran apa adanya.
4. Ketidakmampuan guru untuk memberikan penuntun atau contoh menggambar secara baik sehingga menurut siswa menjadi tidak tertarik terhadap pelajaran Kertangkes.
5. Guru banyak yang menyatakan bahwa mereka banyak kekurangan literatur yang berkaitan 5. Guru banyak yang menyatakan bahwa mereka banyak kekurangan literatur yang berkaitan
6. Guru juga menyatakan besarnya tanggungjawab terhadap mata pelajaran yang diujikan nasional sehingga mengakibatkan pembelajaran apresiasi terlewatkan.
7. Ketidaktersedian sumber media pembelajaran juga patut menjadi masalah dalam proses pembelajaran.
4. KESIMPULAN dan SARAN
Berkreativitas salah satunya adalah mengenai keberanian untuk mencoba dan dari kegiatan mencoba tersebut telah mempertimbangkan segala risiko dan konsekuensinya. Sehingga kita tidak berorientasi pada hasil, melainkan berorientasi pada proses, karena hasil yang diharapkan belum tentu baik, bahkan sering kali berakhir dengan kegagalan. Untuk mendapatkan hasil yang baik, maka kita harus banyak melakukan eksperimen-eksperimen yang baik. Berkreativitas tidak harus berorientasi pada kreativitas besar yang sifatnya mahakarya dan revolusioner. Berkreativitas dapat dikerjakan dengan kreativitas kecil yang evolusioner, seperti kelihaian atau kecerdikan yang dapat kita gunakan untuk memecahkan masalah sehari-hari.
Gambar 1: Interaksi manusia dengan alam atau lingkungan dan hasil budi daya kreasi manusia Ide-ide kreatif dapat muncul sebagai hasil dari interaksi kita dengan lingkungan,
karena itu kegiatan mengamati lingkungan fisik dan sosial kita pun sebisa mungkin harus diupayakan untuk mencari dan mendapatkan ide yang penuh dengan kreativitas. Mencoba untuk mengalihkan fokus didepan kita dengan menggeser ke arah kanan, kiri, atau ke belakang, sering kali menjadi salah satu aktivitas yang dapat menemukan ide kreatif. Dengan sedikit upaya dan kemauan untuk mencoba, maka kita dapat menghasilkan karya-karya kreatif. Kegiatan serupa ini sebaiknya dapat dilanjutkan oleh para guru sekolah dasar, agar murid-murid dapat berlatih mengolah daya intuisi dan imajinasi mereka dengan membuat karya-karya kreatif.
Dunia ini dibangun oleh orang-orang praktis yang tahu cara memasuki kerangka pikiran imajinatif, menyimak imajinasi mereka, dan membangun berdasarkan ide-ide yang mereka temukan. (Roger Von Oech:2008)
Nilai positif dari kegiatan diatas adalah:
1. Siswa memperoleh pengetahuan seni rupa tambahan diluar yang diperoleh dari kurikulum sekolah
2. Siswa memperoleh pengetahuan seni rupa dari pemanfaatan barang bekas, dalam hal ini botol plastik
3. Siswa mampu mengembangkan kreativitas dan keterampilannya dalam memanfaatkan barang bekas
4. Guru memperoleh pengetahuan seni rupa tambahan diluar dari kurikulum
5. Guru memperoleh pengetahuan seni rupa dari pemanfaatan barang bekas, dalam hal ini botol plastik
6. Guru mampu memanfaatkan barang bekas menjadi sesuatu yang berguna
7. Guru mampu mendapatkan tambahan pemasukan dari menjual hasil seni pemanfaatan barang bekas
Hasil pelatihan apresiasi di Sekolah Dasar di ketiga tempat diatas belum bisa meningkatkan kompetensi siswa dalam menilai karya seni rupa baik mengenai gagasan, tema, maupun simbol dalam karya seni rupa. Penyebab kurang berhasilnya proses pembelajaran apresiasi seni rupa yang utama adalah adanya persepsi guru bahwa pendidikan seni rupa hanya praktik dan kekurangtahuan guru mengenai pembelajaran apresiasi.
Atas dasar itulah maka saran yang dapat diberikan oleh penulis:
1. Guru di Sekolah Dasar perlu memperhatikan pembelajaran apresiasi karena terintegrasi dengan pembelajaran kreatif dalam pendidikan seni rupa.
2. Perlu diadakan bimbingan baik dari pihak swasta maupun dari pihak Departemen
Pendidikan Nasional mengenai pembelajaran seni rupa di SD secara baik dan benar,
Kegiatan yang telah dilaksanakan mulai dari Juni 2015-2016 kami rasa sukses, dilihat dari antusias siswa dan guru ketika proses pelatihan berlangsung dan adanya permintaan pelatihan kembali. Hasil karya yang didapat pun cukup memuaskan.
Ucapan Terima Kasih
a. Jap Tji Beng, PhD., selaku Direktur Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Tarumanagara
b. Dr. Muchyar, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Tarumanagara
c. H. Ahmad Mursidi,M.A. Kepala Sekolah SDIT Al-Ittihad Kemandoran, Jakarta Barat
d. Mahpudin, S.Pd, Kepala Sekolah SDN Bayongbong 01, Desa Palasari, Serang – Banten
e. Dini Sugandini, S.Pd., Kepala Sekolah SDN Babakan Raden 01, Kecamatan Cariu, Bogor – Jawa Barat
f. Rekan-rekan dosen dan mahasiswa Fakutas Seni Rupa dan Desain, Universitas Tarumanagara
5. REFERENSI
Depdikbud. 1990. Pedoman Proses Belajar-Mengajar di Sekolah Dasar. Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah
Oech, Roger V, 2008, WHACK Pukulan untuk Merangsang Kreativitas dan Ide Baru, PT Bhuana Ilmu Populer: Jakarta.
Pink, Daniel H, MISTERI OTAK KANAN MANUSIA, terjemahan dari “A Whole New Mind”, Alih bahasa : Rusli, Think : Yogyakarta, 2012 Rohidi, Tjetjep Rohendi. 1998. “Fungi Seni dan Pendidikan Seni dalam Pendidikan Serta Implikasi dalam Pengembangan Kebudayaan”. Makalah Disajikan Dalam
Seminar Pendidikan Tinggi Seni Rupa Dalam Realitas Lokal Dalam Konteks Global. 120-13 September 2001. ITB Bandung.
Salam, Sofyan. 2000. “Program Muatan Lokal Sebagai Upaya Revitalisasi Seni Rupa Tradisional”. Makalah Disajikan Dalam Seminar Revitalisasi Seni Rupa
Tradisional.22-28 Februari 2000. UNM Makasar. Salam, Sofyan. 2001. Pendidikan Seni Rupa di Sekolah Dasar. Makasar: Universitas Negeri Makasar. Soedarso, Sp. 2006. Trilogi Seni Penciptaan, Eksistensi, Dan Kegunaan Seni. Yogyakarta: Badan Penerbit ISI Yogyakarta. Soedarso, Sp. tt. Apresiasi Semi Rupa Tradisional.. Yogyakarta: Badan Penerbit ISI Yogyakarta. Sujana, Nana. 1988. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Syafii, 1989.”Evaluasi Domain Kognitif dan Afektif dalam Pendidikan Seni Rupa” Makalah disajikan dalam seminar pendidikan seni rupa tnggal 27 Maret 1989 di semarang dalam rangka dies natalis XXIV IKIP Semarang.
Tabrani, Primadi. 2002. Pendidikan Seni: Apresiasinya Paling Memprihtinkan. Buletin Pusat Perbukuan Vol 7, Tahun 2002 DEPDIKNAS. Yahya, Amri.2003. “Pendidikan Seni Kita Telah Kehilangan Diksi Estetis”. Media Indonesia. Tanggal Tidak
Diketahui.
Jakarta, 23-24 November 2017