PEMBAHASAN HASIL
4 PEMBAHASAN HASIL
A. Profil Pengusaha Profil pengusaha ini dilihat dari rata-rata umur pengusaha, jenis kelamin dan produk yang
dihasilkan.
1. Umur pengusaha Adapun data umur pengusaha sebagai berikut : Umur
Jumlah
20 tahun – 40 tahun
8 orang
>4o tahun – 60 tahun
Dari data di atas, pengusaha yang bergabung dalam kegiatan pengabdian masyarakat kali ini berumur 20 – 40 tahun berjumlah 8 orang, berumur >40 – 60 tahun berjumlah 6 orang sehingga total 14 orang
2. Produk yang dihasilkan oleh pengusaha
Beberapa produk yang dihasilkan oleh pengusaha antara lain :
Jakarta, 23-24 November 2017
Batik tulis, batik cap, hem (kemeja) untuk laki-laki, blouse untuk perempuan, longdress, daster, kaos, produk belum jadi seperti (kain meteran, sarung, sprei), sarimbit gamis, sarimbit blus, batik untuk anak-anak.
Adapun contoh produk yang dihasilkan seperti dapat dilihat pada foto di bawah ini:
Jakarta, 23-24 November 2017
B. Analisis SWOT
I. Kekuatan (Strengths) merupakan keunggulan yang dimiliki perusahaan, biasanya dari dalam perusahaan. Rangkuman kekuatan yang dimiliki perusahaan sebagai berikut :
1. Dikerjakan secara manual. Pengusaha batik di Pekalongan menyebut batik, jika dikerjakan secara manual. Jika produk tersebut dikerjakan oleh printing maupun sablon dengan mesin maka mereka menyebutnya bukan batik karena menurut mereka akan menghilangkan esensi dari batik itu sendiri.
2. Motif, corak dan warna selalu berbeda-beda Dalam berproduksi mereka selalu menciptakan motif, corak dan warna yang selalu berbeda-beda sesuai dengan musimnya.
3. Desain dibuat sendiri, sehingga motif tidak pasaran. Banyak pengusaha batik menekuni usaha ini turun temurun dan sudah belasan tahun, sehingga pemilik mengetahui dengan baik bagaimana membuat desain batik sendiri. Desain ini dikembangkan mengikuti perkembangan jaman yang ada dan selera pasar.
4. Kaya motif/desain. Banyaknya pengusaha batik yang paham untuk mendesain motif sendiri, sehingga banyak sekali motif desain yang berbeda-beda yang diciptakan oleh pengusaha batik Pekalongan.
5. Menjual melalui bisnis online, cepat dalam membalas pertanyaan dan pengiriman yang cepat pula. Beberapa pengusaha batik menjual produknya dengan online. Pelayanan merupakan hal paling pokok sehingga ketika ada pertanyaan dari pelanggan mereka akan cepat merespon. Mereka selalu mengusahakan pesanan hari ini disiapkan dan langsung dikirim hari ini juga
6. Memperbanyak cabang/reseler di kota-kota lain Beberapa dari mereka memperbanyak cabang/reseler di kota-kota lain untuk mempermudah pemasaran.
7. Kualitas bahan baku yang sangat baik. Pengrajin batik Pekalongan menomorsatukan kualitas bahan baku sehingga ada beberapa bahan baku yang harus diimpor seperti kapas, bahan pewarna batik.
II. Kelemahan (Weaknesses) merupakan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan, biasanya dari dalam perusahaan.
Rangkuman kelemahan yang dimiliki perusahaan sebagai berikut :
1. Produksi tergantung pada musim, kalau musim hujan tidak dapat berproduksi Ada beberapa pengusaha yang masih menjemur hasil produksinya sehingga sangat tergantung pada sinar matahari. Jika musim penghujan, maka secara otomatis produksi mereka akan terganggu.
2. Bahan baku sering mengalami kenaikan. Para pengusaha batik Pekalongan selalu menggunakan bahan baku dengan kualitas yang baik sehingga ada beberapa bahan yang harus diimpor. Hal ini tentu saja tergantung pada kondisi kurs mata uang dimana pada saat ini kondisi makro Indonesia kurang menguntungkan. Didukung oleh inflasi yang tinggi sehingga bahan baku mengalami kenaikan.
3. Belum terlalu paham bisnis online secara detail. Ada beberapa pengusaha yang belum paham bisnis online secara detail.
4. Kurangnya tenaga pemasaran yang paham masalah batik terutama untuk pembeli yang datang secara langsung.
III. Kesempatan (Opportunities) merupakan peluang yang dihadapi dan dapat dimanfaatkan oleh perusahaan, biasanya dari luar perusahaan.
Jakarta, 23-24 November 2017
Rangkuman kesempatan yang dimiliki perusahaan sebagai berikut :
1. Banyak mengikuti events/pemeran besar seperti Inacraft, Adi Wastra, Gelar Batik Nusantara, Crafina. Pekalongan merupakan kota batik sehingga banyak events/pemeran yang diadakan pemerintah setempat untuk tetap mempopulerkan batik di masyarakat.
2. Adanya peraturan yang mewajibkan untuk mengenakan seragam batik di Pulau Jawa maupun luar Jawa. Peraturan yang mewajibkan untuk mengenakan batik di Pulau Jawa maupun luar Jawa tentu sangat menguntungkan, karena menambah pangsa pasar batik di Pekalongan.
3. Bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk mengikuti pameran ke daerah lain. Pameran batik tidak hanya dilaksanakan di kota Pekalongan, tetapi juga memperkenalkan corak batik Pekalongan di daerah-daerah lain. Hal ini biasanya dilakukan pengusaha bekerja sama dengan pemerintah daerah Pekalongan.
4. Banyaknya touris/orang yang datang sengaja dari luar Jawa untuk berbelanja, karena mereka menyukai keunikan dan keglamoran. Banyaknya orang luar Jawa/touris yang berkunjung ke Pekalongan untuk mencari motif batik yang unik, tentu saja sangat menguntungkan bagi pengusaha batik di Pekalongan.
5. Banyak bank yang menawari pinjaman untuk modal usaha. Bank di daerah setempat banyak yang menawarkan pinjaman untuk modal usaha karena mereka sudah saling percaya dengan para pengusaha tersebut, dimana usaha batik ini sudah dirintis bertahun-tahun dan ada yang turun temurun.
VI. Ancaman (Threats) Rangkuman ancaman yang dihadapi perusahaan sebagai berikut :
1. Motif/corak sering ditiru oleh pesaing lain terutama pengusaha sablon/print dan diproduksi dengan kualitas lebih jelek sehingga dapat dijual lebih murah.
2. Banyaknya pesaing baik menjual langsung maupun online dengan harga jual yang sangat murah.
3. Kurangnya regenerasi tenaga kerja karena kemajuan jaman, tenaga kerja setingkat SMA kurang minat untuk mendalami pembuatan batik.
4. Banyaknya daerah yang sudah dapat membuat batik sendiri dengan ciri khas daerah masing-masing.Berkaitan dengan peraturan bahwa masing-masing daerah harus mampu menciptakan batik sendiri dengan ciri khas daerah masing-masing, tentu saja menjadi ancaman yang sangat besar bagi pengusaha di Pekalongan. Bahkan mereka merekrut tenaga ahli dari Pekalongan untuk melakukan training bagaimana pembuatan batik di daerah mereka. Dari segi pendapatan pakar mungkin mengalami kenaikan, tetapi dari segi penjualan produk jadi, tentu saja berkurang, karena mereka sudah dapat membuat batik di daerah masing-masing.
5. Produk impor yang membanjiri pasar lokal maupun nasional.
6. Biaya ongkos ke luar Jawa yang masih sangat mahal untuk produk pesanan jarak jauh.
7. Adanya rencana pembangunan jalan tol sehingga dikhawatirkan sedikit masyarakat yang mampir.
Jakarta, 23-24 November 2017
C. Matrik SWOT Dari analisis SWOT di atas, diturunkan menjadi matrik SWOT yang akan dihasilkan beberapa strategi. Strategi yang diperoleh merupakan kombinasi dari kondisi SO, ST, WO dan WT. Adapun strategi yang dapat diusulkan sebagai berikut :
Strategi SO
1. Bekerja sama dengan pemerintah setempat melalui seminar dan pameran-pameran untuk memperkenalkan batik Pekalongan baik dari pembuatannya, corak, motif dan kualitas sehingga masyarakat dapat membedakannya dengan produk batik lainnya. (S2, S4, O1, O3)
2. Melakukan backward integration dengan membangun suppliernya sendiri (mendirikan pabrik untuk menyediakan bahan bakunya sendiri). (S7,O5)
Strategi ST
1. Mempatenkan desain motifnya sehingga jika orang/pengusaha lain akan meniru harus membayar paten kepada pengusaha batik tersebut.(S2,S3, S4, T1)
2. Mendirikan perwakilan di luar Jawa, jika permodalan cukup dapat mendirikan toko tetapi jika tidak cukup maka bekerja sama dengan orang-orang di luar Jawa untuk memasarkan produknya. (S6,T6,T7)
3. Secara berkala terus mengupdate produknya secara online dan mengunggah produk- produk yang sedang tren saat ini, sehingga dapat menarik minat pembeli.(S5, T5)
4. Memodifikasi motif batik Pekalongan dengan motif batik yang sedang digemari atau motif batik dari daerah lain sehingga batik Pekalongan dapat menjangkau masyarakat di semua wilayah Indonesia. (S4,T4)
5. Mengedukasi masyarakat mengenai batik sehingga masyarakat dapat membedakan mana batik yang memiliki kualitas baik dan mana batik yang memiliki kualitas rendah. Edukasi ini dapat dilakukan secara langsung maupun mengunggahnya melalui sosial media, karena banyak masyarakat yang tidak tahu mana batik yang berkualitas baik (asli, cap atau tulis) dan mana yang bukan batik (printing maupun sablon). (S4, T1)
6. Mendidik bagaimana membuat batik, khususnya bagi orang yang tidak mampu untuk melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi.(S1,T3)
Strategi WO
1. Membuat pemanasan dengan tenaga listrik untuk mengeringkan batik sehingga tidak tergantung pada sinar matahari dalam produksi batiknya.(W1, O5)
2. Melakukan training mengenai batik bagi tenaga pemasarandi masing-masing toko/perusahaan. (W4,O4)
3. Membuat website yang menarik untuk mempromosikan produknya, sehingga perlu belajar bagaimana membuat website yang dapat menarik pengunjung. (W3, O2)
Strategi WT
1. Mempelajari bisnis online secara detail baik melalui tutorial youtube maupun kursus.(W3, T2)
2. Melakukan diversifikasi produk yaitu memproduksi batik dengan berbagai tingkatan kualitas, untuk kualitas super, biasa dan murah sehingga dapat menjangkau semua konsumen. Banyaknya produksi batik dengan kualitas super, biasa dan murah disesuaikan dengan segmen pasar masing-masing perusahaan. (W2, T2)
Jakarta, 23-24 November 2017