HASIL DAN PEMBAHASAN Praktik daur ulang botol plastik
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Praktik daur ulang botol plastik
Teknik kerajinan tangan dari botol plastik ini adalah merangkai kepingan botol plastik menjadi bunga. Peserta, yaitu guru, dibagi dalam dua kelompok. Masing-masing anggota dalam kelompok menggunakan peralatan dan bahan baku yang telah disediakan secara bersama-sama. Mereka mempraktikkan pembuatan bunga mawar dari botol plastik terlebih dahulu. Botol plastik yang digunakan sangat beragam, baik botol plastik berwarna bekas minuman ringan Fanta, Sprite, Floridia, Mizone, maupun botol plastik Aqua berukuran sedang hingga besar.
Gambar 1. Cara membuat bunga mawar
Untuk memudahkan menggunting botol plastik, instruktur menyiapkan pola bunga mawar dan daunnya. Dengan menggunakan gunting camel, botol plastik digunting berbentuk kelopak- kelopak bunga dan daun. Instruktur mendemonstrasikan tahapan pembuatan, sementara guru menyimak dan mengikuti langkah-langkah pembuatannya.
Gambar 2. Fasilitator mendampingi guru
Ada beberapa guru yang cekatan menyelesaikan setangkai bunga, tetapi ada pula yang tertinggal. Ekspresi puas dan senang mampu merangkai bunga tampak di wajah mereka. Apalagi instruktur menyampaikannya dengan diselingi humor. Setelah melihat peserta mampu membuat
Jakarta, 23-24 November 2017
mawar, instruktur melanjutkan dengan mengajarkan pembuatan bunga kamboja dan pot bunga. Pada dasarnya, instruktur mengajarkan pola dasar pembuatan hingga teknik mewarnai bunga yang dapat digunakan untuk membuat jenis bunga apa pun. Diharapkan guru dapat mengembangkannya sendiri.
Gambar 3. Guru belajar mewarnai bunga (kiri) dan hasil rangkaian bunga (kanan)
Pelatihan keterampilan dari botol plastik ini mendapat respon positif dari guru dan kepala sekolah. Menurut kepala sekolah, pelatihan ini sangat bermanfaat. Guru mendapat pengetahuan baru dari tidak tahu menjadi tahu bagaimana cara membuat bunga dari botol plastik Aqua atau botol plastik lainnya.
Industri kreatif dan pembelajaran keterampilan daur ulang di mata guru
Kerajinan tangan, jika ditekuni dengan baik, dikembangkan dengan kreativitas sendiri, serta dilakukan secara berkelanjutan dapat menciptakan lapangan kerja bagi diri sendiri atau orang lain hingga akhirnya menjadi sumber penghasilan. Aktivitas seperti ini menyemarakkan industri kreatif di Indonesia, yang berlandaskan pada semangat wirausaha yang sebenarnya sudah dipupuk sejak di bangku SD melalui mata pelajaran keterampilan (SBK). Bahkan, mata pelajaran IPS berbasis kewirausahaan (Afandi, 2013).
Industri kreatif bukanlah istilah yang asing. Untuk mengetahui pengetahuan guru mengenai makna industri kreatif, guru diberikan kuesioner yang harus diisi. Berikut pemahaman guru mengenai makna industri kreatif:
Kreativitas yang dituangkan pada media tertentu dalam jumlah besar. Suatu pemanfaatan dari bahan yang sederhana menjadi kreativitas berdaya
guna. Industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas keterampilan serta bakat
individu untuk menciptakan lapangan pekerjaan. Industri yang berasal dari keterampilan bakat individu. Industri yang memunculkan hal baru dan memiliki nilai ekonomi yang
lebih.
Dari beberapa pemahaman guru di atas, guru memaknai industri kreatif dengan konsep kreativitas, bakat individu, pemanfaatan bahan sederhana, lapangan pekerjaan, berdaya guna, dan bernilai ekonomi. Asosiasi-asosiasi inilah yang muncul ketika guru mendengar istilah industri kreatif . Pemahaman tersebut diperoleh dari memaknai kata industri dan kreatif. Menurut KBBI
versi daring (2016), Industri (n) adalah kegiatan memproses atau mengolah barang dengan menggunakan sarana dan peralatan, misalnya mesin
Jakarta, 23-24 November 2017
Kreatif (adj) adalah memiliki daya cipta; memiliki kemampuan untuk menciptakan; bersifat (mengandung) daya cipta Jadi industri kreatif adalah industri yang digerakkan oleh karya-karya kreatif, seperti lukisan, pakaian, makanan, dan tarian
Konsep ini sudah sesuai dengan pengertian industri kreatif yang sesungguhnya: “Industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan, serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut ” (Departemen Perdagangan Republik Indonesia, 2008). Kreativitas dan bakat individu menjadi kunci dalam industri kreatif untuk dapat bersaing di pasar nasional atau internasional. Hal inilah yang dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi individu itu sendiri, juga orang lain (Pengembangan Ekonomi Kreatif, 2012).
Kementerian Perdagangan RI dalam Yeni et al. (2011) mengelompokkan industri kreatif dalam lima belas jenis, yaitu periklanan, arsitektur, seni rupa, desain produk, kerajinan atau kriya, fesyen, video/film/fotografi, permainan interaktif (games), musik, seni pertunjukan, penerbitan dan percetakan, layanan komputer dan piranti lunak (software), TV dan radio (broadcast), penelitian dan pengembangan (R&D), dan kuliner. Kerajinan tangan yang diajarkan kepada siswa merupakan salah satu subsektor industri kreatif.
Akan tetapi, ketika ditanyakan apa saja subsektor industri kreatif, tidak ada guru yang menjawab dengan tepat. Agaknya istilah subsektor membuat guru menginterpretasikan industri kreatif bermacam-macam. Jawaban mereka cenderung menyebutkan hasil kerajinan atau jenis produk industri kreatif, seperti tas plastik kemasan, lukisan mozaik dari telur, bunga, tempat tisu, tas, baju boneka, tetapi ada pula yang menjawab secara umum, yaitu rumah tangga, keterampilan, perikanan, dan pasar barang seru. Pelatihan daur ulang botol plastik yang diikuti guru disepakati guru tergolong industri kreatif karena menggunakan daur ulang sampah botol plastik yang diolah secara kreatif menjadi bunga plastik. Meskipun awalnya diajarkan dari ide orang lain (baca: instruktur pelatihan ini), diharapkan selanjutnya keterampilan daur ulang botol plastik bekas ini akan ditekuni dan dikembangkan oleh kreativitas guru sendiri.
Gambar 4. Para peserta dan fasilitator pelatihan
Sebelum belajar daur ulang botol plastik, guru sudah mengajarkan kepada siswa berbagai keterampilan tangan yang menggunakan barang bekas. Guru sudah memperkenalkan siswa dengan pemanfaatan barang bekas, seperti kardus indomi/aqua/sepatu, koran, botol bekas, dan sedotan plastik. Guru pernah mengajarkan gelas plastik untuk dijadikan bingkai foto; kardus bekas dijadikan rumah-rumahan; kain perca dijadikan taplak meja; kulit kerang dijadikan hiasan bingkai foto. Hal tersebut menunjukkan bahwa guru menerapkan pelajaran keterampilan secara kreatif dengan menggunakan bahan-bahan yang tidak terpakai kendatipun untuk itu sebelumnya guru
Jakarta, 23-24 November 2017
harus belajar bagaimana membuatnya. Seperti pengakuan salah satu guru, ia belajar keterampilan membuat tempat pensil dari botol plastik Aqua dari televisi (wawancara guru, perempuan).
Guru mengatakan sangat penting untuk mengajarkan daur ulang barang bekas kepada siswa SD agar “mereka tahu memanfaatkan barang bekas yang ada di rumah atau di sekolah” (wawancara dengan guru, perempuan, 17 Oktober 2017). Alasan lainnya agar siswa mengetahui bahwa sampah bermanfaat dan dapat memiliki nilai ekonomis; agar siswa lebih kreatif lagi sehingga bisa jadi usaha siswa kelak di kemudian hari; dapat mengembangkan kreativitas siswa; daur ulang untuk mengurangi sampah; mengajak siswa mencintai lingkungan; memunculkan kreativitas siswa; menanamkan rasa cinta lingkungan yang bersih; menghasilkan barang baru dari bahan bekas.
Pengajaran daur ulang, yang merupakan bagian dari pengenalan kewirausahaan dan industri kreatif di tingkat dasar, memiliki manfaat baik bagi guru maupun siswa. Guru dapat terus berkreasi mencoba keterampilan (tangan) yang baru, baik melalui pelatihan maupun percobaan sendiri, sebelum diajarkan kepada siswa. Siswa juga memperoleh pengalaman dan termotivasi untuk menggali kreativitas dan inovasi melalui pemanfaatan limbah atau sampah anorganik.
Ketika ditanyakan apa bentuk tindak lanjut pelatihan ini, guru mengatakan akan mengajarkan keterampilan tangan ini kepada siswa. Mereka yakin akan ada tindak lanjutnya untuk diri guru sendiri, tinggal bagaimana mengatur waktunya. Keterampilan ini dapat menjadi tambahan penghasilan guru; guru akan memberikan reward kepada siswa atas karyanya; diharapkan siswa akan menularkan ilmunya kepada teman-temannya yang lain dan barang kali bisa memasarkannya sendiri kepada temannya; siswa juga semakin kreatif untuk memanfaatkan barang bekas menjadi barang baru.
Dalam mata pelajaran SBK, khususnya keterampilan, guru mengakui perlu ekstra waktu untuk belajar dan mencari bahan dari internet atau buku, misalnya. Dengan diadakannya pelatihan daur ulang botol plastik ini, guru bangga dapat belajar sesuatu yang baru, tetapi ada hal yang dikhawatirkan. Alat yang digunakan agaknya menjadi pertimbangan guru. Untuk mempraktikkan pembuatan bunga dari botol plastik ini, dibutuhkan antara lain gunting camel, tang, pylox warna- warni, lem tembak, solder, dan lilin. Alat-alat ini digunakan dalam pengerjaannya yang berhubungan dengan aliran listrik, misalnya untuk melubangi botol plastik dan merekatkan antarkelopak bunga, antarbunga, dan antara daun dan tangkai bunga. Salah satu guru mengatakan akan mempertimbangkannya jika keterampilan ini diberikan kepada siswa karena siswa akan berinteraksi dengan listrik dan panas: “Praktiknya pakai solder sih ya, pakai listrik, jadi ngeri juga buat anak- anak.” (guru, perempuan, wawancara 17 Oktober 2017). Namun, guru lain mengatakan, “akan dicobakan kepada siswa” (guru, laki-laki, wawancara 17 Oktober 2017).
Dari hasil evaluasi sebulan setelah pelatihan diketahui bahwa guru telah menerapkan praktik daur ulang botol plastik di kelas 4, 5, dan 6. Dalam pembelajaran ini, siswa merasa senang karena dapat membuat bunga warna-warni.