MOTIVASI GREEN BEHAVIOR: KEGIATAN BERSAMA POMG RAUDHATUL ATHFAL TAUFIQURRAHMAN BEJI TIMUR DEPOK

MOTIVASI GREEN BEHAVIOR: KEGIATAN BERSAMA POMG RAUDHATUL ATHFAL TAUFIQURRAHMAN BEJI TIMUR DEPOK

Heni Mularsih 2 dan Kartika Nuringsih 1

1 Fakultas Psikologi, Universitas Tarumanagara Jakarta Email: [email protected]

2 Jurusan Manajemen, Universitas Tarumanagara Jakarta Email:[email protected]

ABSTRAK

Sebagai apresiasi kepada masyarakat Beji Timur atas pencanangan RW ramah anak dan ramah lingkungan, dilakukan kegiatan untuk mendorong atau menginspirasi POMG melakukan aktivitas berbasis green behavior. Didukung oleh Persatuan Orang Tua Murid dan Guru (POMG) bersama 26 siswa Raudhatul Athfal Taufiqurrahman dilakukan sosialisasi simbol perilaku ramah lingkungan serta memotivasi orang tua agar membimbing dan memberi contoh sederhana selama di rumah. Delapan simbol diperkenalkan kemudian diberikan kuisioner evaluasi kepada POMG. Sejumlah penyataan diberikan kepada POMG tentang kebiasaan ramah lingkungan dari anak-anak, guru, orang tua maupun pedagang sekitar sekolah. Sebanyak 26 kuisioner dikembalikan oleh POMG kemudian dianalisis secara diskriptif dengan hasil mengindikasikan bahwa perilaku dipersepsikan secara positif oleh POMG adalah: membuang sampah secara benar, hemat air bersih, menjaga kebersihan sungai, memilihara tanaman, membersihkan ruangan di rumah. Sebagai lanjutan akan dikembangkan dengan media lebih menarik bagi siswa sehingga melalui rekayasa sosial diharapkan ana-anak memahami dan menerapkan perilaku hijau dalam kehidupan sehari-hari dan dalam jangka panjang terbentuk karakter peduli lingkungan hidup.

Kata kunci: Perilaku ramah lingkungan, motivasi, POMG

1. PENDAHULUAN

Sebagai bentuk apresiasi terhadap pembentukan prototipe rukun warga yang Ramah Anak & Ramah Lingkungan di sejumlah kalurahan di Kota Depok, salah satu implementasi program tersebut dilakukan pada Kalurahan Beji Timur. Sebagai komitmen terhadap program Pemda Kota Depok, dijalin kerjasama dengan Taman Kanak-Kanak atau Raudhatul Athfal Taufiqurrahman berada di Jalan Baitul Rohim No. 12 Kalurahan Beji Timur Kecamatan Beji Kota Depok. Pendekatan green behavior melalui sekolah terinspirasi oleh gagasan sekolah hijau untuk membangun environmental concervation bagi masa depan Suriname (Somwaru, 2016). Taman Kanak-Kanak ini berada satu lingkungan dengan SD, SMP dan SMK dalam naungan Yayasan Pendidikan Taufiqurrahman. Pada tahun ajaran 2016/2017 memiliki murid sebanyak 26 anak di kelompok A dan B dengan jumlah guru sebanyak dua orang dipimpin oleh Ibu Wiwi Amaliah, S.Pd. Untuk meningkatkan ketertarikan anak-anak dan orang tua melakukan aktivitas ramah lingkungan, dilakukan kegiatan memotivasi POMG dalam aktivitas hijau. Keterbatasan sumber daya manusia, pengetahuan dan teknologi sebagai kendala sekolah dalam memperkenalkan dan menerapkan perilaku secara kontinyu. Hasil diskusi dengan guru dan kepala sekolah disimpulkan perlu media sosialisasi perilaku hijau serta praktek aktivitas ramah lingkungan sehingga anak-anak mengetahui bentuk-bentuk kebiasaan atau perilaku hijau dan akhirnya termotivasi menjaga kebersihan lingkungan sekolah dan rumah.

Pada kajian ini istilah perilaku ramah lingkungan diidentikan sebagai perilaku hijau atau green behavior . Menurut Kollmuss & Agyeman (2002), green behavior dengan istilah lain sebagai pro enviromental behavior didefinifikan sebagai berikut:

Jakarta, 23-24 November 2017

Pro environmental behavior means behavior that consciously seek to minimaze the negatif impact of one’s actions on the natural and build word (e.g. minimize resource and energy consumption,

use of non-toxic substances, reduce waste production.

Mengacu dengan definisi tersebut tersirat adanya perilaku secara sadar meminimalkan efek negatif dari suatu tindakan terhadap alam dalam bentuk perilaku hemat dalam penggunaan energi, sumberdaya, pola konsumsi, penggunaan material secara aman bagi lingkungan atau mengurangi produksi sampah. Kaiser & Wilson (2007) mengidentifikasi dimensi perilaku ramah lingkungan yaitu: energy concervation, recycling, vicarious, social toward conservation, transportation and mobility, waste avoidance, consumerism. Markle (2013) mengukur pro environmental behavior berdasarkan empat dimensi yaitu: conservation, environmental citizenship, food, transportation. Berdasarkan penjabaran tersebut terpilih beberapa dimensi sesuai konteks anak-anak dengan pendekatan perilaku ramah lingkungan sekolah dan rumah. Model diperkenalkan melalui POMG dengan karakter sederhana sesuai tingkatan anak-anak.

Pendekatan kegiatan pengabdian kepada masyarakat menfokuskan pada motivasi karena dengan terbentuknya motivasi akan memiliki keterkaitan dengan ketertarikan pada aktivitas atau perilaku ramah lingkungan. Menurut theory of planned behavior (TPB) dari Ajzen diidentifikasi bahwa perilaku disebabkan oleh minat atau intensi sedangkan minat terbentuk oleh tiga faktor yaitu: attitude, social norm and behavior control (Nishimura & Tristan, 2011). Dengan mempertimbangkan pada TPB, maka untuk membangun suatu perilaku hijau dikembangkan suatu rekayasa sosial dengan melibatkan POMG dan anak-anak. Dengan rekayasa sosial maka pada diri anak-anak terbentuk sikap (attitude) peduli lingkungan, selanjutnya dengan bimbingan guru terbentuk norma sosial (social norm) untuk senantiasa perilaku ramah lingkungan (green value) serta dengan pantauan orang tua dapat membentuk kepercayaan diri (perceived behavior control) pada anak-anak sehingga semakin tertarik atau termotivasi menerapkan aktivitas ramah lingkungan di lingkungan sekitar sekolah dan rumah.

Untuk itu dilakukan observasi kondisi kehidupan masyarakat serta diskusi dengan mitra Taman Kanak-Kanak Taufiqurrahman. Kondisi eksisting mitra mengedukasi dan menerapkan perilaku ramah lingkungan dipengaruhi oleh beberapa aspek, yaitu: (1) Aspek Sosial Budaya: Berkaitan dengan tata nilai keluarga dan masyarakat menangani sampah. Keterbatasan informasi dan pengetahuan menyebabkan kesadaran menjaga lingkungan belum sepenuhnya diingatkan kepada anak-anak. Ditemukan sampah plastik berupa kemasan minuman/makanan, popok bayi, steloform, kantong kresek dan sisa makanan dibuang sembarangan di sungai sehingga kebiasaan tersebut berpotensi ditiru anak anak. (2) Aspek Fasilitas Umum: Berkaitan dengan sarana umum untuk membantu anak dan memfasilitasi masyarakat berperilaku ramah lingkungan. Fasilitas pilah sampah sudah telah tersedia di tempat-tempat umum seperti: Stasiun Kereta, Puskesmas, Posyandu Kalurahan, sekolah dasar dan tempat pembelanjaan. Namun lingkungan terdekat anak usia dini belum sepenuhnya disediakan fasilitas ramah lingkungan atau kondisi tidak terawat. Akibatnya mereka sulit membiasakan perilaku tersebut atau terbukti banyak salah menempatkan jenis sampah pada sejumlah tempat pilah sampah seperti sampah stasiun kereta, mall atau fasilitas umum. (3) Aspek Kehidupan Masyarakat: Keterbatasan informasi menyebabkan sebagian masyarakat kurang memahami pengetahuan cara berperilaku hijau sekaligus cara mengajarkan perilaku kepada anak. Sebagai efek dari kebiasaan tersebut masyarakat geram dengan membuang sampah sembarangan. Kegeraman diaktualisasikan dalam bentuk tulisan larangan dengan pesan tidak sopan atau tidak pantas dibaca oleh anak-anak. Keterbatasan di atas menjadi tanggung jawab semua pihak untuk mengedukasi perilaku hijau sehingga terbentuk karakter anak-anak menghargai kelestarian lingkungan.

Jakarta, 23-24 November 2017

Berdasarkan tiga keterbatasan tersebut dilakukan kegiatan untuk mendorong atau memotivasi POMG agar senantiasa melakukan perilaku hijau bersama anak-anak di sekolah dan rumah. Observasi kepada lingkungan mitra dilakukan selama empat bulan untuk mengamati perilaku anak-anak dalam melakukan aktivitas ramah lingkungan. Untuk itu perlu rekayasa sosial untuk membantu mengedukasi green behavior sehingga mampu menjembatani keterbatasan internal sekolah dengan ketiga aspek tersebut. Dengan demikian letak permasalahan mitra adalah: Bagaimana cara memotivasi lingkungan sekolah dalam melakukan perilaku hijau?.

2. METODE PELAKSANAAN PKM

Pendekatan kepada mitra dilakukan dengan cara pendampingan untuk memberi motivasi kepada pihak anak-anak dan POMG sehingga tujuan dari kegiatan pengabdian ini untuk menginspirasi masyarakat supaya tergerak mengedukasi tentang ramah lingkungan. Dengan inspirasi tersebut diharapkan masyarakat akan termotivasi melakukan aktivitas hijau meskipun dengan cara paling sederhana. Kami berharap mendapat dukungan dengan pemda atau komunitas hijau lain sehingga lebih efisien dalam memperkenalkan green behavior, seperti gagasan Kirkwood & Walton (2010). Harapan ke depan akan terbentuk nilai-nilai ramah lingkungan (green value) dalam diri anak-anak secara kontiyu. Sementara manfaat bagi internal sekolah dengan mengimplementasikan green behavior dalam aktivitas belajar mengajar dapat menciptakan value. Sejalan dengan gagasan Kainrath dikutip oleh Chopra (2014) pendekatan tersebut sebagai green innovation sehingga dengan didukung oleh green commitment akan menjadikan green opportunity bagi sekolah dan akhirnya menciptakan keunggulan kompetitif (Singh, 2009). Pendekatan ini dilakukan melalui sekolah dengan pertimbangan pesan perilaku hijau akan efektif diselibkan dalam proses belajar di sekolah. Di samping itu sekolah adalah lingkungan kedua setelah rumah yang bersifat formal sehingga dengan panduan guru anak-anak lebih tertib.

Metode memotivasi anak-anak dan POMG dilakukan melalui pengenalan simbol perilaku hijau dilanjutkan penjelasan setiap simbol. Mengacu dengan Kollmuss & Agyeman (2002) serta dimensi green behavior dari Kaiser & Wilson (2007), pengenalan terdiri delapan simbol mulai dari daur ulang, hemat air bersih, pilah sampah, hemat listrik, menjaga pohon, menyiram tanaman, bersih- bersih dan menjaga kebersihan sungai. Pemilihan dimensi tersebut yang sesuai dengan perilaku anak-anak seperti: waste avoidance, minimize energy consumption, conservation dan recycling. Simbol diperkenalkan kepada siswa kemudian diikuti dengan memotivasi guru dan orang tua untuk mengingatkan dan membimbing dalam aktivitas di rumah. Sekolah tidak memiliki bak pilah sampah sehingga alat bantu diberikan berupa dua bak sampah warna merah dan hijau. Dengan alat tersebut anak-anak dapat menerapkan pilah sampah di sekolah selanjutnya kami meminta POMG mengamati kebiasaan putra/putri selama di sekolah dan rumah dalam satu bulan observasi.

Gambar 1 Simbol Green Behavior Untuk Anak-Anak

Jakarta, 23-24 November 2017

Selanjutnya kami memberikan angket kepada POMG terkait dengan kebiasaan perilaku ramah lingkungan oleh siswa, guru, orang tua maupun pedagang sekitar sekolah. Seperti pada Tabel 1 sebelas pertanyaan diberikan kepada POMG kemudian diminta mengisi sesuai persepsi terhadap perilaku anak-anak, orang tua itu sendiri, sekolah dan pedagang sekitar sekolah. Setelah angket terkumpul dilakukan analisis diskriptif sebagai bahan evaluasi dan feedback atas kegiatan ini. Dalam angket tersebut dijajaki seberapa besar keinginan untuk mengulang kembali kegiatan serupa supaya kebiasaan anak-anak terjadi secara berkelanjutan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Cara memotivasi lingkungan sekolah berperilaku ramah lingkungan dengan cara memperkenalkan perilaku ramah lingkungan kepada POMG dan cerita kepada anak-anak. Pelaksanaan dilakukan April-Mei 2017 sekaligus mengapresiasi Hari Bumi pada 22 April 2017. Jadwal kegiatan dengan TK dilakukan beberapa tahapan kedatangan pertama April dan dievaluasi pada bulan Juni 2017. Kedatangan awal untuk kesepakatan kerjasama disambut ramah oleh Kepala Sekolah yaitu: Ibu Wiwi Amaliah, Spd. Di Gambar 2 terlihat Dr. Heni Mularsih, Psikolog memberikan pengenalan kepada anak-anak melalui simbol green behavior. Meskipun masih anak-anak tetapi antusias dengan informasi ramah lingkungan. Mereka menceritakan tentang kebiasaan membuang sampah, menggunakan air, listrik, kebersihan sungai dan lainnya. Jika dilakukan pengulangan secara rutin dipastikan anak-anak terbimbing melakukan aktivitas sehari-hari dan terbentuk spirit ramah lingkungan. Selanjutnya kami berpesan kepada anak-anak supaya merawat bak pilah sampah dan digunakan setiap hari oleh taman kanak-kanak.

Gambar 2. Kegiatan Bersama Guru dan Anak-anak

Jakarta, 23-24 November 2017

Gambar 3. Anak-Anak Belajar Pilah Sampah

Pesan ramah lingkungan Gambar 1 kemudian dikemas sebagai modul kecil berisikan simbol dan penjelasan setiap simbol. Bu Wiwi Amaliah dan guru akan melanjutkan mengingatkan anak-anak supaya menjaga lingkungan hidup. Untuk mengimbangi pesan-pesan ramah lingkungan dari sisi sekolah, lebih efektif dilakukan juga di rumah sehingga kerjasama dengan orang tua dinilai penting pada kegiatan ini. Terjalin kesepakan dengan orang tua siswa untuk mengamati dan membimbing putra/putrinya dalam aktivitas pada simbol tersebut serta memberikan contoh positif lainnya. Kebersamaan dengan POMG membuat sasaran kegiatan lebih efektif dan tidak terputus hanya sampai sekolah. Dengan senang hati POMG mengisi kuisioner seperti terlihat di Tabel 1 dan mengembalikan kepada tim pengabdian masyarakat. Keberhasilan memotivasi atau pengenalan perilaku hijau dievaluasi melalui angket tersebut.

Gambar 4. Kesepakatan Bersama POMG

Sebanyak 26 angket dikembalikan oleh POMG kemudian jawaban angket ditabulasi dan dianalisis secara diskriptif melalui pie chart. Dari sebelas pertanyaan teridentifikasi sebagai berikut: Pertama: Paling kiri terlihat perilaku membuang sampah pada tempatnya teridentifikasi baru sebesar 14% dari 26 siswa belum memahami dan melakukan kebiasaan tersebut. Kondisi ini dikarenakan belum dibiasakan atau dibimbing oleh orang tua di rumah. Sebaliknya sebanyak 86% dari anak-anak sudah menjalankan disebabkan mereka sering mendengar informasi dari guru, orang tua, masyarakat atau televisi.

Jakarta, 23-24 November 2017

Gambar 5. Respon POMG Pada Perilaku Hijau 1

Kedua: Hasil berbeda dengan penggunaan bak pilah sampah sering dilakukan oleh 20% siswa, 46% masih kurang sedangkan 34% tidak pernah melakukan pilah sampah. Faktor penyebab adalah kurang bimbingan orang tua, sekolah dan kurang fasilitas pilah sampah di lingkungan terdekat dengan anak-anak termasuk sekolah. Untuk membantu anak-anak, maka tim PKM menyiapkan Bak Pilah Sampah sebagai fasilitas sekolah melakukan gerakan pilah sampah. Ketiga: Perilaku hemat listrik atau hemat energi terlihat 31% sering melakukan sedangkan 59% kurang melakukan dan masih ada 10% tidak pernah melakukan hemat energi. Untuk itu anak-anak perlu diingatkan supaya memahami hemat energi dan orang tua dihimbau supaya mendampingi putra/putri dalam aktivitas hemat listrik. Contoh sederhana dapat dilakukan saat mematikan lampu di kamar tidur, televisi atau AC ketika sudah tidak digunakan.

Gambar 6. Respon POMG Pada Perilaku Hijau 2

Keempat: Perilaku hemat air bersih terlihat sudah 45% sering melakukan, sedangkan 46% kurang melakukan dan sisanya 9% tidak pernah melakukan hemat air bersih. Untuk itu anak-anak diingatkan untuk hemat air bersih dan mengingat saat musim kemarau orang-orang mengalami kekurangan air bersih. Dengan demikian anak-anak akan lebih mengetahui pentingnya air bersih untuk kehidupan manusia dan makluk hidup. Kelima: perilaku menjaga kebersihan sungai sudah bagus karena 48% anak-anak sering melakukan, 31% kurang dan 21% belum memahami menjaga kebersihan sekitar sungai atau situ. Pesan ini penting diberikan pada anak-anak karena di Kota Depok banyak sekali dengan situ seperti: Situ Pladen, Lio, Sidamukti, Universitas Indonesia. Keenam: Untuk perilaku memelihara tanaman sebanyak 45% sudah melakukan, 45% kurang dan 10% tidak pernah. Keterbatasan sekolah memiliki ruang terbuka hijau serta keterbatasan keluarga masing-masing anak-anak dalam mempertahankan ruang terbuka hijau menyebabkan lingkungan perumahan tidak lagi memiliki tanaman. Dengan demikian 10% anak-anak tidak mampu mempraktekan cara memelihara tanaman. Untuk itu tim PKM membagikan pot bunga/tanaman sebagai media melatih anak-anak mencintai tanaman sekaligus menambah keasrian teras sekolah.

Jakarta, 23-24 November 2017

Gambar 7. Respon POMG Pada Perilaku Hijau 3

Ketujuh: Terkait perilaku hidup bersih ternyata sebanyak 51% anak-anak sering membersihkan ruangan dalam rumah atau minimal kamarnya sendiri, seperti: membantu ibu menyapu ruangan. Untuk selebihnya sebanyak 49% kurang. Kedelapan: Untuk Bimbingan orang tua terlihat 96% sering melakukan dan hanya 4% tidak pernah membimbing kepada anak-anak untuk membiasakan perilaku ramah lingkungan. Faktor kesibukan atau masih belum mengganggap bahwa perilaku ramah lingkungan penting dibiasakan sejak dini kepada anak-anak. Kesembilan: Pemanfaatan barang bekas oleh pihak sekolah untuk prakarya, direspon sebanyak 33% sering dilakukan, 42% kurang dan sisanya 25% menyatakan tidak pernah. Diperlukan kreativitas untuk memanfaatkan barang bekas menjadi prakarya anak-anak sehingga dapat menghemat biaya pembelian material edukasi serta mengasah kreativitas & inovasi menggunakan barang yang sudah tidak terpakai.

Gambar 8. Respon POMG Pada Perilaku Hijau 4

Kesepuluh: Dinyatakan 73% sekolah telah merawat peralatan & sarana perilaku ramah lingkungan secara baik, seperti tempat sampah. Sebanyak 18% menyatakan kurang dan 9% menyatakan tidak pernah. Kesebelas: terkait dengan aktivitas pedagang disekitar sekolah teridentifikasi bahwa 69% pedagang sudah membuang sampah dengan benar, 21% kurang dan sisanya 10% tidak pernah. Meskipun pedagang sudah diingatkan merapikan sampahnya tetapi terkadang masih ditemukan kebiasaan tidak tertib di lingkungan sekolah. Pedagang terbagi dua, yaitu: pedagang memiliki tempat usaha menetap di dekat sekolah dan pedagang yang datang ke tempat sekolah seperti: soimay, bakso atau cimol. Pedagang ini yang cenderung menyisakan sampah.

Alasan memilih kelompok anak-anak sebagai target edukasi perilaku hijau dengan harapan dapat memberikan informasi atau menambah pengalaman kepada anak-anak tentang perilaku tersebut. Selaras dengan studi sebelumnya teridentifikasi bahwa salah satu faktor mempengaruhi green behavior berasal dari pengalaman masa kecil (Gifford & Nilsson, 2014). Selain itu pengalaman dan pendidikan memiliki keterkaitan dengan kebiasaan ramah lingkungan sehingga bagi yang memiliki pengetahuan secara spesifik tentang lingkungan relatif lebih peduli terhadap lingkungan (Gifford & Nilsson, 2014). Dengan demikian sosialisasi ini sebagai pengetahuan awal bagi anak- anak untuk belajar tentang perilaku hijau. Selanjutnya mengindikasikan perilaku dipersepsikan secara positif oleh POMG terhadap perilaku hijau dari putra/putrinya adalah: membuang sampah secara benar (1), hemat air bersih (4), menjaga kebersihan sungai (5), memilihara tanaman (6) dan

Jakarta, 23-24 November 2017

membersihkan ruangan di rumah (7). Berdasarkan hasil angket tersebut, maka kegiatan akan dievaluasi dan dilakukan kembali di Agustus-Oktober 2017 sesuai dengan kesepakan POMG yang menginginkan pengulangan pada semester berikutnya. Karena peralatan sudah disediakan maka pada kegiatan berikutnya tidak diperlukan pembelian alat atau hanya sebatas pembelian goody bag bagi anak-anak. Keberlanjutan perilaku ramah lingkungan harus dibiasakan kepada anak-anak supaya terbentuk kharakter anak cinta lingkungan.

4. KESIMPULAN DAN SARAN

Kegiatan kecil ini masih sebatas titik awal edukasi ramah lingkungan dan kami berharap mampu melanjutkan kegiatan secara lebih luas dan berkelanjutan. Kegiatan PKM bertujuan memberi motivasi POMG sehingga mampu mengatasi masalah terkait aspek sosial budaya, ketersediaan fasilitas umum dan kehidupan bermasyarakat sekitar sekolah. Luaran terbentuk kegiatan akan disempurnakan menjadi rekayasa sosial secara lebih menarik bagi anak-anak. Seiring dengan pertumbuhan dan kedewasaan anak-anak diharapkan makin terbentuk kesadaran terhadap kebersihan lingkungan di sekolah & rumah. Kedepannya program kami dapat berkelanjutan dan berharap dapat bekerja sama dengan Pemda Kota Depok, Dikti, CSR atau komunitas lain memiliki kepedulian terhadap green education for childreen di Indonesia.