Sikap Landasan Teori TINJAUAN PUSTAKA

dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. 6. Evaluasi Evaluation Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi ataun penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu criteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Pengetahuan yang benar tentang HIVAIDS dapat menjadi pedoman untuk melakukan tindakan pencegahan yang benar agar tidak tertular oleh HIVAIDS. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Pengetahuan menjadi landasan penting untuk menentukan suatu tindakan. Pengetahuan, sikap dan perilaku akan kesehatan merupakan faktor yang menentukan dalam mengambil suatu keputusan Notoatmodjo, 2010.

b. Sikap

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya. Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yakni Notoatmodjo, 2005 : 1. Menerima Receiving Menerima diartikan bahwa orang subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek. Universitas Sumatera Utara 2. Merespon Responding Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti yang menerima ide tersebut. 3. Menghargai Valuing Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. 4. Bertanggung jawab Responsible Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi. c . Tindakan Tindakan adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot neuromuscular yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti menulis, mengetik, olah raga dan sebagainya. Meskipun sifatnya motorik, namun tindakan itu membutuhkan koordinasi gerak teliti dan kesadaran yang tinggi. Dengan demikian objek yang melakukan gerakan motorik dengan koordinasi dan kesadaran yang rendah dapat dianggap kurang atau tidak terampil.

2.5. Landasan Teori

Berdasarkan Teori Lawrence Green 1980 banyak faktor penyebab masalah perilaku kesehatan yang dapat berpengaruh langsung terjadinya suatu penyakit pada Universitas Sumatera Utara masyarakat yaitu faktor predisposisi berupa : pengetahuan, keyakinan, nilai dan sikap. Faktor lain dapat kemungkinana berupa ketersediaan dan keterjangkauan sarana kesehatan, selain itu ada beberapa faktor penguat seperti keluarga, teman sebaya, guru, majikan dan petugas kesehatan yang dalam hal ini berperan sebagai motivator dalam suatu masalah baik itu pengobatan maupun pencegahan terhadap suatu penyakit sehingga tidak menyebabkan tingginya prevalensi penyakit disuatu daerah. Variabel yang diteliti adalah perilaku waria dalam upaya pencegahan HIVAIDS, proses untuk merubah perilaku dapat dilakukan dengan pendidikan. Pendidikan ini diharapkan untuk merubah cara pikir, bersikap serta cara bertindak. Cara pikir yang didasarkan pada pendidikan akan menghasilkan pengetahuan yang benar demikian pula dengan cara bersikap, jika pengetahuan ada diharapkan dapat mempengaruhi sikap yang pada akhirnya dapat pula mempengaruhi cara berbuat atau bertingkah Notoatmojo, 2007. Menurut Green dan Kreuter 2000, masalah kesehatan dapat terjadi karena penyebab perilaku dan non perilaku. Penyebab perilaku itu sendiri hadir karena adanya pengaruh faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor pendorong. Masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh penyebab perilaku dan non perilaku ini bersama-sama dengan faktor non kesehatan akan membentuk kualitas hidup dari individu atau masyarakat yang bersangkutan. Faktor predisposisi terkait dengan pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai dan persepsi seseorang memudahkan atau merintangi motivasi untuk berubah. Faktor enabling terkait dengan pelayanan kesehatan pendukung, perumahan, sarana sanitasi dasar, fasilitas pendidikan, rendahnya pendapatan dan hukum atau norma yang Universitas Sumatera Utara berlaku. Faktor penguat terkait dengan lingkungan sosial seperti sikap dan perilaku petugas sosial, petugas kesehatan, tokoh masyarakat dan tokoh agama. 2.6. Kerangka Konsep Kerangka konsep dalam penelitian ini merupakan penyederhanaan dari kerangka teori yang ada. Dalam hal ini tidak semua variabel yang tercantum dalam kerangka teori dilakukan pengukuran dalam penelitian. Variabel yang diteliti sebagai variabel independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan, sikap dan tindakan. Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah faktor risiko HIVAIDS pada kelompok waria. Variabel Independen Variabel Dependen Gambar 2.7 Kerangka Konsep Penelitian Sosio Demografi : -Umur -Pendidikan -Pekerjaan Kejadian HIVAIDS pada Waria Perilaku : - Pengetahuan - Sikap - Tindakan Universitas Sumatera Utara

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini adalah studi analitik observasional yaitu berupaya mencari hubungan antara variabelnya. Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian kasus kontrol Case Control Study, sering juga disebut retrospektif study merupakan penelitian epidemiologi analitik observasional yang menelaah hubungan antar efek penyakit dengan faktor risiko. Penelitian ini dimulai dari mengidentifikasi pasien dengan penyakit yang disebut sebagi kasus dan kelompok tanpa penyakit sebagai kontrol. Kemudian secara retrospekstif diteliti faktor risiko yang dapat mengakibatkan mengapa kasus terkena penyakit sedang kontrol tidak Sastroasmoro, 2002. Peneliti kemudian mengukur paparan yang dialami penderita HIVAIDS pada waktu lampau dengan cara mengkaji catatan medik, pemeriksaan diagnostik penunjang. Penelitian ini dapat mengestimasi beberapa faktor yang berhubungan dengan perilaku penderita HIVAIDS. Subjek penelitian ini adalah penderita HIVAIDS positif, yang menjadi kasus adalah waria yang datang ke klinik IMS Bestari Kota Medan yang menderita HIVAIDS dan kontrol adalah seluruh waria yang datang berkunjung ke klinik IMS Bestari Kota Medan tahun 2014. 50 Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Layanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) pada Kelompok Risiko HIV/AIDS di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan

5 90 147

Gambaran Karakteristik Infeksi Menular Seksual (IMS) Di RSUD Dr. Pirngadi Medan Pada Tahun 2012

4 62 85

Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Tindakan Pemakaian Kondom Dalam Upaya Pencegahan Penularan Infeksi Menular Seksual (IMS) Di Kota Medan Tahun 2010

3 40 99

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara Tentang Infeksi Menular Seksual (IMS)

0 29 60

Keputusan Waria Melakukan Tes HIV/AIDS Pasca Konseling Di Klinik Infeksi Menular Seksual Dan Voluntary Counselling And Testing Veteran Medan Tahun 2009

0 68 124

Persepsi Kelompok Risiko Tinggi Tertular Hiv/Aids Tentang Klinik Infeksi Menular Seksual (IMS) Dan Voluntary Counseling & Testing (VCT) Di Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2008

0 21 103

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Risiko HIV/AIDS terhadap Kelompok Waria di Klinik Infeksi Menular Seksual (IMS) Bestari Kota Medan Tahun 2014

5 54 177

Gaya Hidup Seksual “Ayam Kampus” dan Dampaknya Terhadap Risiko Penularan Infeksi Menular Seksual (IMS)

0 3 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi Menular Seksual 2.1.1 Definisi dan Epidemiologi Infeksi Menular Seksual - Studi Kualitatif Pencegahan Penyakit Infeksi Menular pada Komunitas Waria di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2013

0 1 26

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Layanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) pada Kelompok Risiko HIV/AIDS di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan

0 0 16