Pengobatan HIVAIDS Usaha yang Dilakukan Apabila Terinfeksi HIVAIDS

AIDS sehingga berusaha menghindarkan diri dari segala sesuatu yang bisa menimbulkan terjadinya virus HIVAIDS. Pada prinsipnya pencegahan dapat dilakukan dengan cara mencegah penularan virus HIV melalui perubahan perilaku seksual yang terkenal dengan istilah “ABC” yang telah terbukti mampu menurunkan percepatan penularan HIV, terutama di Uganda dan beberapa Negara Afrika lain. Prinsip “ABC” ini telah dipakai dan dibakukan secara international, sebagai cara paling efektif mencegah HIV lewat hubungan seksual. Prinsip “ABC” itu adalah: “A” : Anda jauhi seks sampai anda kawin atau menjalin hubungan jangka panjang dengan pasangan Abstinesia “B” : Bersikap saling setia dengan pasangan dalam hubungan perkawinan atau hubungan jangka panjang tetap Be faithful “C” : Cegah dengan memakai kondom yang benar dan konsisten untuk penjaja seks atau orang yang tidak mampu melaksanakan A dan B Condom Untuk pencegahan penularan non seksual berlaku prinsip “D” dan “E” yaitu : “D” : Drug, “say no to drug” atau katakan tidak pada napza atau narkoba. “E” : Equipment “No sharing” jangan memakai alat suntik secara bergantian.

2.1.10. Pengobatan HIVAIDS

Sampai sekarang belum ada obat yang benar-benar dapat menyembuhkan penderita HIVAIDS. Obat yang ada sekarang hanya sebagai obat penambah daya tahan tubuh atau memperpanjang umur penderita. Berikut ini obat-obat yang dikenal didunia kedokteran yang dapat memperpanjang umur sampai 2 tahun : Universitas Sumatera Utara 1. AZT Azidothymidine Obat ini berfungsi penahan perkembangan virus, namun mengandung efek samping yaitu kerusakan tulang sum-sum dan anemia berat. 2. DDI Diseoxycitidine Cara kerja obat ini tidak jauh berbeda dengan AZT, tapi telah diuji cobakan tidak menimbulkan efek samping. 3. DDC Zalcitabine Seperti AZT dan DDI, obat ini juga dapat menahan perkembangan virus. Lalu para ahli Jepang menemukan obat-obatan HIVAIDS sebagai berikut : - M.HDA Meiji Humin Deritivize Al-Bumin Obat ini gabungan Carbadimine Humin dan Succiny Lated Human Al- Bumin yang terkandung dalam darah. Obat ini kabarnya dapat menyingkirkan sel-sel limfosit yang digerogoti oleh HIV dengan tidak membahayakan limfosit normal. - Tachyplesin Adalah cairan kimia yang diambil dari sejenis kepiting Tachyplens tridentotus yang dinamakan T-220. Ramuan ini telah diuji cobakan pada tikus dengan hasil yang memuaskan, namun masih mengandung efek samping seperti AZT. Para ahli Inggris juga menemukan ramuan yang digunakan untuk mengobati penderita HIVAIDS, yaitu So 221 dan GLO 223, kedua obat ini masih menimbulkan efek samping seperti AZT, namun tidak terlalu berbahaya. Masih ada juga obat-obat Universitas Sumatera Utara tradisional dari Cina, yaitu Milingwang yang diuji cobakan pada 158 pasien AIDS yang hasilnya paling tidak bisa memperpanjang hidup.

2.1.11. Usaha yang Dilakukan Apabila Terinfeksi HIVAIDS

Usaha-usaha yang dilakukan apabila terinfeksi virus HIVAIDS disebut juga dengan penerapan strategi pengobatan baru. Dalam pengobatan HIVAIDS sangat penting mengetahui dinamika HIV, serta perjalanan penyakit pathogenesis sehingga dapat melakukan tindakan dan pengobatan tepat waktu. Beberapa harapan dan kabar baik dapat dicatat dari pertemuan-pertemuan “Van Couver” di Kanada saat ini cukup banyak obat anti HIV yang efektif untuk pengobatan kombinasi. Beberapa obat penghambat protease dan obat anti HIV sedang dalam tahap akhir untuk mendapat izin. Selain itu muncul pula pemeriksaan “Viral Load” yang prosesnya lebih mudah dalam mendeteksi RNA dari HIV dalam darah. Semua usaha di atas seharusnya ditunjang oleh motivasi dari penderita AIDS itu sendiri. Misalnya bagi mereka yang termasuk kelompok resiko tinggi terkena HIVAIDS selalu memeriksakan darahnya secara teratur, paling sedikit 3-6 bulan sekali, demi keselamatan pasangan seksualnya. Selain itu, yang tidak kalah penting adalah dengan mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa yaitu dengan melaksanakan ibadah- ibadah yang diperintahkan dan berusaha untuk menjauhi segala yang dilarangNya, agar penderitaan yang dirasakannya tidak terlalu berat. Bagi masyarakat hendaknya jangan menjauhi, mengucilkan mereka yang terinfeksi HIVAIDS, tetapi seharusnya memberi dorongan atau semangat hidup, Universitas Sumatera Utara misalnya : melalui nasehat-nasehat yang bisa menumbuhkan rasa percaya diri, sehingga mereka yang telah mengidap virus HIV AIDS tidak putus asa dalam menjalani hidupnya. Dengan adanya usaha-usaha diatas, niscaya masalah HIVAIDS dapat diatasi, paling tidak dapat dicegah sedini mungkin, apalagi jika ada partisipasi dari semua pihak Ardian, 2006. 2.2. Waria 2.2.1. Pengertian Waria

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Layanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) pada Kelompok Risiko HIV/AIDS di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan

5 90 147

Gambaran Karakteristik Infeksi Menular Seksual (IMS) Di RSUD Dr. Pirngadi Medan Pada Tahun 2012

4 62 85

Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Tindakan Pemakaian Kondom Dalam Upaya Pencegahan Penularan Infeksi Menular Seksual (IMS) Di Kota Medan Tahun 2010

3 40 99

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara Tentang Infeksi Menular Seksual (IMS)

0 29 60

Keputusan Waria Melakukan Tes HIV/AIDS Pasca Konseling Di Klinik Infeksi Menular Seksual Dan Voluntary Counselling And Testing Veteran Medan Tahun 2009

0 68 124

Persepsi Kelompok Risiko Tinggi Tertular Hiv/Aids Tentang Klinik Infeksi Menular Seksual (IMS) Dan Voluntary Counseling & Testing (VCT) Di Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2008

0 21 103

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Risiko HIV/AIDS terhadap Kelompok Waria di Klinik Infeksi Menular Seksual (IMS) Bestari Kota Medan Tahun 2014

5 54 177

Gaya Hidup Seksual “Ayam Kampus” dan Dampaknya Terhadap Risiko Penularan Infeksi Menular Seksual (IMS)

0 3 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi Menular Seksual 2.1.1 Definisi dan Epidemiologi Infeksi Menular Seksual - Studi Kualitatif Pencegahan Penyakit Infeksi Menular pada Komunitas Waria di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2013

0 1 26

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Layanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) pada Kelompok Risiko HIV/AIDS di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan

0 0 16