Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas Kontrol

62 Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa frekuensi tertinggi terdapat pada interval 38-51 yaitu sebanyak 9 siswa. Perolehan nilai yang didapat pada kelas kontrol tersebut menunjukkan bahwa data cenderung mengumpul di bawah rata-rata dengan kemiringan kurva sebesar 0,95 maka kurva memiliki ekor memanjang ke kanan atau miring ke kiri. Ketajaman kurva kurtosis sebesar 2,5 maka model kurvanya runcing atau leptokurtis. Berdasarkan uraian mengenai hasil kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, ditemukan adanya beberapa perbedaan. Untuk lebih memperjelas perbedaan hasil kemampuan pemecahan masalah matematika siswa antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4. 3 Perbandingan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok kontrol Statistika Kelompok Eksperimen Kontrol Jumlah Siswa 30 30 Maksimum 96 88 Minimum 20 10 Rata-rata 62,67 46,76 Median Me 67,5 43,5 Modus Mo 70 45 Varians 305,89 353,89 Simpangan Baku S 17,489 18,81 Kemiringan 0,13 0,95 Ketajaman 2,43 2,5 Tabel di atas menunjukkan adanya perbedaan perhitungan statistik deskriptif antara kedua kelompok. Dari tabel dapat diketahui bahwa nilai rata-rata kelompok eksperimen lebih tinggi daripada nilai rata-rata kelompok kontrol dengan selisih sebesar 15,91. Nilai siswa tertinggi dari dua kelompok tersebut terdapat pada kelompok eksperimen yaitu dengan nilai 96. Sedangkan nilai siswa 63 terendah dari dua dua kelompok tersebut terdapat pada kelompok kontrol yaitu dengan nilai 10. Selain itu nilai median dan modus pada kelompok eksperimen lebih tinggi dibanding nilai median dan modus pada kelas kontrol. Artinya kemampuan pemecahan masalah matematika perorangan tertinggi terdapat pada kelompok eksperimen sedangkan kemampuan pemecahan masalah matematika perorangan terendah terdapat pada kelompok kontrol. Jika dilihat dari variansnya, kelompok eksperimen memiliki varians yang lebih kecil daripada kelompok kontrol, artinya siswa-siswi di kelompok eksperimen lebih berkelompok atau lebih homogen daripada kelompok kontrol. Berdasarkan perolehan nilai dari kemiringan kurva didapat perolehan kelompok eksperimen sebesar 0,13 artinya nilai penyebaran data kelompok eksperimen mengumpul di atas rata-rata, sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 0,95 artinya nilai penyebaran data kelompok kontrol mengumpul di bawah rata-rata. Artinya, secara deskriptif hasil belajar matematika perorangan tertinggi terdapat di kelas eksperimen dan hasil belajar matematika perorangan terendah terdapat di kelas kontrol. Sebaran data dari kedua kelas terlihat bahwa kelas eksperimen memiliki sebaran yang lebih heterogen karena memiliki nilai simpangan baku yang lebih besar dari kelas kontrol. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara dominan nilai tes kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada kelompok eksperimen lebih baik dari nilai tes kemampuan pemecahan masalah siswa di kelompok kontrol.

3. Tahapan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas Eksperimen dan

Kontrol Ditinjau dari tahapan pemecahan masalah menurut Polya tersebut, skor persentase rata-rata tahapan kemampuan pemecahan masalah pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol disajikan pada tabel berikut ini. 64 Tabel 4. 4 Persentase Rata-rata Tahapan Pemecahan Masalah Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol No. Tahapan Pemecahan Masalah Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol Rata-Rata Skor per indikator Rata-Rata Skor per indikator 1 Memahami Masalah MM 76,4 67,1 2 Melakukan Rencana MR 51,2 42,0 3 Melakukan Perhitungan MP 51,7 46,4 4 Mengecek Kembali MK 28,1 14,3 Jumlah 207,4 169,8 Persentase data kemampuan pemecaham masalah matematika yang disajikan di atas berdasarkan perhitungan dari rata-rata skor yang dijawab benar oleh siswa dibandingkan dengan skor ideal setiap tahapan pemecahan masalah. Dari tabel di atas terlihat bahwa siswa kelas eksperimen sudah mampu untuk memahami masalah yang ada pada soal-soal postest, dengan menuliskan apa saja yang diketahui di dalam soal dan masalah apa yang dipertanyakan atau ditanya. Siswa yang mampu memahami masalah sebanyak 76,4. Untuk tahap melakukan penghitungan dan melakukan rencana, presentasenya sebanyak 51,7 dan 51,2. Persentase yang paling kecil dari keempat tahapan tersebut yaitu tahap menguji kembali yaitu 28,1. Persentase siswa yang memahami masalah pada kelompok eksperimen paling tinggi diantara tahapan yang lain, hal ini menunjukkan bahwa pemahaman siswa terhadap soal-soal pemecahan masalah khususnya masalah sehari-hari sudah meningkat pada kelas eksperimen dibandingkan dengan pemahaman masalah siswa pada kelas kontrol. Selain itu dibandingkan dengan tahapan yang lainnya, tahapan memahami masalah lebih mudah dipelajari siswa sehingga baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol tahapan ini yang paling dominan. 65 Persentase tahapan yang paling rendah adalah pada tahapan menguji kembali. Sedangkan pada tahapan melakukan penghitungan dan melakukan rencana menghasilkan persentase yang berbeda tipis dan tahapan melakukan penghitungan lebih tinggi sebanyak 0,5. Hal ini disebabkan adanya siswa yang menyelesaikan masalah tanpa melalui proses perencanaan yang berarti siswa langsung menebak jawaban masalah tersebut yang kebetulan benar. Ada kemungkinan siswa tersebut mendapat jawaban dari siswa lainnya. Pada kelas kontrol persentase tahapan yang paling tinggi sama dengan kelas ekperimen yaitu pada tahap memahami masalah sebanyak 67,1. Untuk tahap melakukan perhitungan dan tahap melakukan rencana sebanyak 46,4 dan 42,0. Presentase terkecil yaitu pada tahap menguji kembali sebanyak 14,3. Tabel di atas menunjukan adanya perbedaan presentase tahapan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa antara kelompok eksperimen yang menggunakan pembelajaran dengan pendekatan MEAs dan kelompok kontrol yang menggunakan pembelajaran dengan pendekatan konvensional. Dari tabel dapat diketahui bahwa nilai presentase tahapan pemecahan masalah kelompok eksperimen lebih tinggi daripada presentase kelas kontrol. Dengan selisih secara berurutan yaitu 9,3, 9,2, 5,5, dan 13,8.

4. Respon Siswa Terhadap Pendekatan MEAs

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan setelah penelitian mengenai respon siswa terhadap pendekatan MEAs, didapat bahwa siswa merasa belajar matematika dengan pendekatan MEAs dapat membangkitkan ide-ide dalam menyelesaikan persoalan. Siswa merasa bahwa membahas suatu persoalan matematika secara berkelompok lebih menyenangkan dan lebih mudah, karena siswa dapat saling memberikan ide solusi pemecahan masalah matematika. Hal ini seperti menurut para ahli, pembelajaran dengan pendekatan MEAs adalah pembelajaran yang didasarkan pada masalah realistis dan bekerja dalam kelompok kecil untuk membantu siswa membangun pemecahan masalah matematika. Respon siswa yang mengatakan bahwa belajar dalam berkelompok lebih menyenangkan karena dapat berdiskusi dengan teman satu kelompok. Siswa juga berpendapat bahwa belajar dalam kelompok dapat memudahkan memahami

Dokumen yang terkait

Pendekatan Pembelajaran Model Eliciting Activities (Meas) Terhadap Kemampuan Representasi Matematis Siswa (Studi Eksperimen Di Smp Negeri 178 Jakarta)

2 25 225

Pengaruh Pendekatan Model Eliciting Activities (MEA;) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis Siswa

10 55 273

PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ELICITING ACTIVITIES (MEAS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ABSTRAKSI MATEMATIS SISWA SMP.

3 12 15

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN MODEL-ELICITING ACTIVITIES (MEAs) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA: Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa SMP Negeri 9 Cimahi Kelas VII.

0 1 49

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN MODEL ELICITING ACTIVITIES (MEAS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMP : Suatu Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII SMP Negeri 26 Bandung.

0 2 39

PENERAPAN PENDEKATAN MODEL-ELICITING ACTIVITIES (MEAs) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP.

1 1 50

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN MODEL ELICITING ACTIVITIES (MEAS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMP : Suatu Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII SMP Negeri 26 Bandung.

1 3 44

PENERAPAN PENDEKATAN MODEL ELICITING ACTIVITIES (MEAs) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP.

3 9 38

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN MODEL-ELICITING ACTIVITIES (MEAs) : Penelitian terhadap siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Pamarican Ciamis.

1 3 57

Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Melalui Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs)

0 1 9