Tahapan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas Eksperimen dan

65 Persentase tahapan yang paling rendah adalah pada tahapan menguji kembali. Sedangkan pada tahapan melakukan penghitungan dan melakukan rencana menghasilkan persentase yang berbeda tipis dan tahapan melakukan penghitungan lebih tinggi sebanyak 0,5. Hal ini disebabkan adanya siswa yang menyelesaikan masalah tanpa melalui proses perencanaan yang berarti siswa langsung menebak jawaban masalah tersebut yang kebetulan benar. Ada kemungkinan siswa tersebut mendapat jawaban dari siswa lainnya. Pada kelas kontrol persentase tahapan yang paling tinggi sama dengan kelas ekperimen yaitu pada tahap memahami masalah sebanyak 67,1. Untuk tahap melakukan perhitungan dan tahap melakukan rencana sebanyak 46,4 dan 42,0. Presentase terkecil yaitu pada tahap menguji kembali sebanyak 14,3. Tabel di atas menunjukan adanya perbedaan presentase tahapan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa antara kelompok eksperimen yang menggunakan pembelajaran dengan pendekatan MEAs dan kelompok kontrol yang menggunakan pembelajaran dengan pendekatan konvensional. Dari tabel dapat diketahui bahwa nilai presentase tahapan pemecahan masalah kelompok eksperimen lebih tinggi daripada presentase kelas kontrol. Dengan selisih secara berurutan yaitu 9,3, 9,2, 5,5, dan 13,8.

4. Respon Siswa Terhadap Pendekatan MEAs

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan setelah penelitian mengenai respon siswa terhadap pendekatan MEAs, didapat bahwa siswa merasa belajar matematika dengan pendekatan MEAs dapat membangkitkan ide-ide dalam menyelesaikan persoalan. Siswa merasa bahwa membahas suatu persoalan matematika secara berkelompok lebih menyenangkan dan lebih mudah, karena siswa dapat saling memberikan ide solusi pemecahan masalah matematika. Hal ini seperti menurut para ahli, pembelajaran dengan pendekatan MEAs adalah pembelajaran yang didasarkan pada masalah realistis dan bekerja dalam kelompok kecil untuk membantu siswa membangun pemecahan masalah matematika. Respon siswa yang mengatakan bahwa belajar dalam berkelompok lebih menyenangkan karena dapat berdiskusi dengan teman satu kelompok. Siswa juga berpendapat bahwa belajar dalam kelompok dapat memudahkan memahami 66 pelajaran matematika. Dan juga pada kegiatan MEAs terdapat presentasi tiap kelompok, pada kegiatan tersebut siswa mendiskusikan solusi masalah dalam lembar kerja siswa dengan kelompok yang lain. Hal ini seperti yang disebutkan dalam teori mengenai pendekatan MEAs, yaitu pemilihan kelompok dalam diskusi sangat penting karena siswa harus merasa nyaman dalam kelompok agar lebih leluasa mengeluarkan ide-ide dan bagi siswa yang memiliki kemampuan tinggi bisa saling membantu siswa yang memiliki kemampuan sedang atau rendah.

B. Hasil Pengujian Prasyarat Analisis

1. Uji Normalitas

Dari hasil perhitungan uji normalitas diperoleh = 1,43, dengan jumlah sampel 30, taraf signifikansi α = 5 dan derajat kebebasan dk = 3 maka diperoleh = 7,81, dengan demikian 1,43 ≤ 7,81, ini berarti bahwa data kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelompok eksperimen berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. a. Uji Normalitas Kelompok Kontrol Dari hasil perhitungan uji normalitas diperoleh = 1,81, dengan jumlah sampel 30, taraf signifikansi α = 5 dan derajat kebebasan dk = 3 maka diperoleh = 7,81, dengan demikian 1,81 ≤ 7,81, ini berarti bahwa nilai kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelompok kontrol berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya pada lampiran. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan uji normalitas antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4. 5 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kelompok Eksperimen dan Kontrol Kelas N α = 5 Kesimpulan Eksperimen 30 1,43 7,81 Data berasal dari populasi yang berdistribusi normal Kontrol 30 1,81 7,81 67

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas varians digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelompok sampel berasal dari populasi yang sama homogen atau berbeda heterogen. Dalam penelitian ini, uji homogenitas yang digunakan adalah uji F. kriteria pengujian yang digunakan yaitu kedua kelompok dikatakan homogen apabila diukur pada taraf signifikansi tertentu. Hasil perhitungan untuk kelompok eksperimen diperoleh varians = 305,89 dan untuk kelompok kontrol diperoleh varians = 353,89, sehingga diperoleh nilai = 1,156 . dari tabel distribusi F dengan taraf signifikansi α = 5 dan dk pembilang = dk penyebut = 29, diperoleh . karena 1,156 ≤ 1,9, maka Ho diterima atau dengan kata lain varians kedua populasi homogen. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan uji homogenitas dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4. 6 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Kelas N Kesimpulan Eksperimen 30 1,156 1,9 Varians kedua kelompok homogen Kontrol 30

C. Pengujian Hipotesis

Dari hasil perhitungan uji prasyarat menunjukan bahwa data kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal dan homogen. Untuk menguji perbedaan dua rata-rata antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol digunakan uji t. Setelah melakukan perhitungan dengan menggunakan uji t maka diperoleh t hitung = 3,049 menggunakan tabel distribusi t pada taraf signifikansi 5 dan derajat kebebasan db = 58, diperoleh harga t tabel α=0.05 = 1,99. Hasil perhitungan uji hipotesis disajikan pada tabel berikut ini:

Dokumen yang terkait

Pendekatan Pembelajaran Model Eliciting Activities (Meas) Terhadap Kemampuan Representasi Matematis Siswa (Studi Eksperimen Di Smp Negeri 178 Jakarta)

2 25 225

Pengaruh Pendekatan Model Eliciting Activities (MEA;) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis Siswa

10 55 273

PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ELICITING ACTIVITIES (MEAS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ABSTRAKSI MATEMATIS SISWA SMP.

3 12 15

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN MODEL-ELICITING ACTIVITIES (MEAs) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA: Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa SMP Negeri 9 Cimahi Kelas VII.

0 1 49

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN MODEL ELICITING ACTIVITIES (MEAS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMP : Suatu Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII SMP Negeri 26 Bandung.

0 2 39

PENERAPAN PENDEKATAN MODEL-ELICITING ACTIVITIES (MEAs) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP.

1 1 50

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN MODEL ELICITING ACTIVITIES (MEAS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMP : Suatu Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII SMP Negeri 26 Bandung.

1 3 44

PENERAPAN PENDEKATAN MODEL ELICITING ACTIVITIES (MEAs) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP.

3 9 38

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN MODEL-ELICITING ACTIVITIES (MEAs) : Penelitian terhadap siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Pamarican Ciamis.

1 3 57

Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Melalui Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs)

0 1 9